Ficky Septian Ali Seorang Suami, Blogger, Penulis Paruh Waktu, Storyteller, Pemuda Hijrah dan Banyak Lagi.

Hijrah dari Keburukan kepada Kebaikan

6 min read

hijrah dari keburukan

Perjalanan Hijrah dari Keburukan kepada Kebaikan – Ada yang bilang setiap perjalanan yang kamu lakukan adalah Hijrah. Namun, dalam makna yang sebenarnya tentu tidak.

Lantas, perjalanan bagaimana yang disebut hijrah?

Perjalanan itu adalah perjalanan yang meninggalkan keburukan kepada kebaikan. Sesungguhnya seseorang yang akan masuk surga adalah seseorang yang sedikit dosanya.

“Barang siapa hijrah di jalan Allah, niscaya mereka akan mendapatkan tempat di bumi ini tempat hijrah yang luas dan (rezeki) yang banyak. Barang siapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-nya, kemudian kematian datang menimpanya sebelum sampai pada tempat yang dituju, maka sungguh, pahalanya telah ditetapkan disisi Allah. Dan Allah maha pengampun lagi maha penyayang.”

(An Nisaa’ :100)

 

Mengenai Peristiwa Hijrah

Hijrah adalah salah satu hal yang sangat penting dalam agama kita. Melalui perjalanan ini, Rasulullah membawa babak baru dalam berdakwah. Dan kemudian, setelah itu muncul nama tahun dalam penanggalan Islam.

Sebelum terjadi hijrah, penanggalan tahun Islam diambil dari peristiwa nabi ketika mendapatkan wahyu. Tahun ini disebut tahun kenabian dan diistilahkan dengan istilah bi’tsah.

Jadi, penanggalan Islam saat itu biasanya disebut tahun pertama bi’tsah, tahun kedua bi’tsah, tahun ketiga bi’tsah dan seterusnya.

Misalnya peristiwa Isra Mi’raj yang terjadi pada tahun keberapa bi’tsah, karena belum hijrah sehingga tidak disebut tahun keberapa Hijriyah. Peristiwa Umar masuk Islam pada tahun kesekian bi’tsah. Peristiwa ini tidak disebut hijriyah, karena belum terjadi hijrah.

Dan menurut kebiasan masyarakat Arab dahulu, mereka menamakan penanggalan-penanggalan sesuai dengan peristiwa besar yang terjadi.

Ketika terjadi peristiwa besar maka berikutnya tahun-tahun dinamakan dengan peristiwa itu, sampai nanti muncul lagi peristiwa besar berikutnya baru diganti namanya. Seperti orang Nasrani menamakan tahun dalam penanggalan mereka yang disebut tahun kelahiran, karena saat itu terjadi peristiwa lahirnya nabi Isya menurut versi mereka.

(Baca Juga: Tiada Hijrah Tanpa Ujian)

Nabi Muhammad lahir di tahun yang sama dengan tahun ketika terjadi penyerangan terhadap ka’bah, yang kemudian disebut dengan Al-Fil “Tahun Gajah”. Sebelum terjadi bi’tsah, maka tahun-tahun tersebut disebut tahun gajah satu, tahun gajah kedua, tahun gajah tiga dan seterusnya sampai Rasulullah menerima wahyu yang pertama.

Kemudian, setelah nabi Muhammad hijrah maka berakhirlah tahun bi’tsah. Dan sejak saat itu penanggalan Islam tidak pernah lagi dirubah namanya, kecuali dengan nama Hijriyah. Ini membuktikan bahwa hijrah adalah sesuatu yang sangat besar dan istimewa.

 

Hijrah adalah Peristiwa yang Istimewa

Jikalau peristiwa ini istimewa, maka siapapun yang terlibat dengan peristiwa ini menjadi istimewa.

Kalau kejadian itu istimewa maka siapapun yang ada didalamnya terangkat menjadi istimewa.

Islam itu istimewa, maka siapapun yang masuk dalam Islam, ia menjadi hamba Allah yang istimewa.

Ramadhan itu istimewa, maka siapapun yang beribadah dibulan Ramadhan dan memberikan hak-hak bulan itu, ia menjadi istimewa.

Sepertiga malam terakhir adalah waktu yang paling istimewa dalam sehari, maka siapa yang bangun dalam sepertiga malam terakhir, ia menjadi orang yang istimewa.

Nabi Muhammad adalah nabi yang paling istimewa, maka siapa yang menjadi umatnya adalah umat yang paling istimewa diantara semua umat nabi.

Masjid adalah tempat yang paling istimewa, maka siapa yang masuk kedalamnya, ia adalah orang yang paling istimewa diantara semua orang yang berada di muka bumi. Keistimewaan sesuatu membuat siapapun yang terlibat didalamnya menjadi istimewa.

 

Sejarah Hijrah

Hijrah ini adalah sebuah peristiwa yang besar. Sebuah kejadian yang sangat penting dalam sejarah Islam. Sehingga orang-orang yang terlibat didalam hijrah ini, kelak kemudian menjadi orang yang khusus dan dikenal dengan istilah muhajirin.

Orang-orang yang melakukan hijrah adalah kaum yang istimewa, mereka adalah kaum Muhajirin. Namun kaum Anshar juga diistimewakan, karena mereka adalah orang-orang yang menyambut dan menolong orang yang berhijrah. Mereka semua terlibat dengan hijrah, karena itu mereka adalah orang-orang yang istimewa.

Dan kita telah melihat banyak kisah-kisah hijrah yang diceritakan sejarahnya sampai saat ini. Seperti pada kisah hijrahnya Salman AlFarisi, hijrahnya Suhaib Ar Rumi, hijrahnya Ali bin Abi Thalib, hijrahnya Umar bin Khatab yang terang-terangan dan yang paling luar biasa hijrahnya Rasulullah bersama Abu Bakar Ash-Shiddiq.

 

Pengertian dan Makna Hijrah

Hijrah dalam kejadian tataran sejarah adalah hijrah dalam makna yang sebenarnya. Ada pula, pengertian hijrah dalam makna majas / kiasan-nya, makna yang lain, makna yang lebih umum dari pada makna yang sebenarnya.

Hijrah dalam makna yang sebenarnya tidak akan pernah terjadi lagi dalam sejarah ini. Hal ini sudah dikatakan oleh Rasulullah. Karena pada saat itu, sudah tidak ada negeri yang harus ditinggalkan. Seluruh negeri adalah untuk orang-orang yang beriman.

Namun, kita masih memiliki kesempatan untuk berhijrah dalam makna yang lain.

Lantas, hijrah seperti apa yang masih berpeluang untuk kita dapatkan, sehingga kita menjadi orang-orang yang istimewa, seperti kaum Muhajirin. Hijrah yang dimaksud adalah hijrah yang meninggalkan keburukan kepada kebaikan.

Hijrah itu meninggalkan dosa. Hijrah itu adalah meninggalkan apa yang Allah tidak suka. Kalau kita tau Allah tidak suka dengan suatu hal, maka kita harus meninggalkan hal tersebut. Hijrah dari keburukan kepada kebaikan demi mengharap ridho Allah. Seperti itulah Hijrah.

Dan ternyata hijrah dalam hal ini, kedudukannya lebih tinggi dari peristiwa hijrah dari Mekkah ke Madinah, walaupun Mekkah dan Madinah memiliki kedudukan sebagai kota yang istimewa di mata Allah.

Kenapa?

Karena hijrah dalam hal ini, Allah buka terus sampai hari kiamat. Sampai matahari terbitnya di barat. Sampai nyawa kita berada di ujung kerongkongan kita.

(Baca Juga: Kekuatan Doa)

Bahasa lainnya adalah Taubatan Nasuha. Meninggalkan dosa-dosa, meninggalkan maksiat, meninggalkan yang makruh, meninggalkan yang syubhat, meninggalkan hal yang Allah tidak suka.

Begitulah hijrah dalam makna yang berbeda.

Kisah Hijrahnya Nabi-Nabi yang Paling Istimewa

Di dalam Al Quran ada banyak ayat-ayat yang bercerita tentang hijrah. Hijrah dalam makna yang luar biasa. Hijrah ini adalah amal yang menghiasi setiap sejarah para Auliya. Setidaknya para Ulul Azmi.

Dengan Nuh yang hijrah di atas kapalnya. Dengan Ibrahim yang hijrah dari irak ke palestina, dari palestina ke mekkah. Dengan Musa yang hijrah dari Mesir ke Yordania, kemudian kembali lagi ke mesir. Dengan Nabi Isa dari Dunia (Bumi) ke Langit, dan nanti akan kembali ke Bumi. Dan dengan Muhammad SAW yang hijrah dari Mekkah ke Madinah.

Setidaknya Ulul Azmi. Nabi-nabi yang paling istimewa itu, kenapa menjadi istimewa, salah satunya dalam sejarah mereka selalu ada adegan hijrah yang luar biasa.

Kata Nabi Ibrahim, “Saya berhijrah kepada Rabb saya.”

Apa arti berhijrah kepada Allah?

Berhijrah kepada Allah adalah berhijrah kepada apa yang Allah perintahkan. Terserah Allah mau perintahkan apa, saya menuju kesana. Allah panggil dimana saya akan datang kesitu.

Allah memanggil kita untuk mendirikan Sholat saat Adzan. Hijrahnya adalah saya harus memenuhi panggilan Allah.

Saya memenuhi panggilanmu Ya, Rabb. Kebaikan itu ada di sisimu ya, Allah. Maka Saya datang berhijrah kepadamu.

Seperti kata Nabi Ibrahim, begitulah hijrah yang harus kita lakukan.

Setelah berhijrah kita harus datang untuk memenuhi panggilan Allah. Panggilan Allah di masjid, dengan suara dari seorang Muazzin.

Panggilan Allah di medan-medan Jihad, dengan suara kaum muslimin yang terjajah dan terdzalimi, suara perempuan yang dinistai, suara anak-anak yang terdzalimi, suara orang tua yang disakiti.

Suara mereka adalah panggilan Allah untuk mengajak kita untuk berjihad.

(Nasihat Pra Nikah: Apa Yang Harus Dilakukan Sebelum Menikah?)

 

Nabi Ibrahim

Allah menyuruh Nabi Ibrahim pergi ke Palestina lewat Mesir. Padahal jika kita melihat peta, dari Irak ke Palestina hanya lurus saja. Sedangkan jika lewat mesir membutuhkan jarak dan waktu yang lebih banyak.

Kenapa?

Karena Allah ingin mempertemukannya dengan sesuatu yang baik. Allah mempertemukan Ibrahim dengan Siti Hajar.

Pokoknya ketika kita berhijrah kepada Allah, maka Allah akan mempersiapkan kepada kita sesuatu yang baik. Seperti Allah yang mempersiapkan Siti Hajar untuk Ibrahim, yang kemudian melahirkan seorang anak yang bernama Ismail.

Setelah itu Allah perintahkan Ibrahim untuk membawa Siti Hajar dan Ismail ke suatu daerah padang pasir (Mekkah) yang tidak dikenal oleh para musafir pada zama itu. Kemudian, Allah menyuruh Ibrahim untuk meninggalkan Siti Hajar dan kembali ke Palestina.

Ibrahim kembali ke Palestina. Lalu, bagaimana dengan nasib istri dan anaknya? Kita semua pasti pernah mendengarnya.

Setelah ditinggalkan oleh nabi Ibrahim, Allah munculkan mata air yang tidak ada habis-habisnya, Zam-Zam.

Mata air yang seperti susu ibu, sesuai dengan kebutuhan manusia. Kalau jamaah haji berkurang, ia tidak akan membanjiri kota mekkah. Kalau jamaah haji bertambah, ia tidak pernah mengalami kekurangan.

Air yang begitu berkah. Harta yang berkah. Ketika ada kebutuhan, Allah cukupkan kebutuhan kita. Ketika kita tidak ada kebutuhan, Allah kurangi supaya tidak mubazir.

Seperti ketika kita makan sedikit, ingatlah memang kebutuhkan kita sedikit agar kita tidak berbuat dosa.

Dari hal ini kita tau, bahwa Allah menghadiahkan Zam-Zam yang sangat berkah, ketika nabi Ibrahim berhijrah.

Nabi Ibrahim sangat tau, bahwa Allah maha besar. Karena itu kita wajib patuh terhadap perintahNya. Kita juga wajib meninggalkan sesuatu yang tidak disukai oleh Allah. Kecuali, jika kamu ingin memiliki timbangan dosa yang banyak.

 

Hijrah Berawal dari Meninggalkan Keburukan

Berhijrah itu mudah. Syaratnya gampang. Tinggalkan dosa!

Awal dari kebaikan itu adalah tinggalkan dosa.

Ketika kita ingin mendapatkan kebaikan dari Allah, tinggalkan dosa. Itu aja syaratnya. Berhijrahlah dari dosa!

Ingin jadi orang yang rizqinya berkah, tinggalkan riba. Ingin jadi orang yang khusyu sholatnya, tinggalkan dosa. Ingin bisa menghafalkan al quran, tinggal dosa. Ingin memiliki ilmu yang baik, tinggalkan dosa. Ingin mendapat jodoh yang cantik dan sholehah, tinggalkan dosa.

Tinggalkan dosa adalah awal dari kebaikan.

Ingin mendapatkan kebahagian dalam rumah tangga, tinggalkan dosa. Karena sesungguhnya kesengsaraan kita itu karena dosa, tidak ada sebab lain selain dosa.

(Baca Juga: Mengapa Harus Memilih Manhaj Salaf?)

Allah setiap hari menurunkan rahmat kepada hambanya. Namun, ada hamba yang tidak mendapat rahmatnya. Mereka adalah hamba-hamba yang memiliki banyak dosa. Dosa menghalanginya dari rahmat Allah.

Dosa menghalangi kita dari sembuh, dosa membawa kita pada penyakit. Kecuali untuk orang-orang yang diuji oleh Allah untuk penyakitnya, seperti Nabi Ayub.

Orang yang pertama masuk surga adalah orang yang paling sedikit dosanya. Karena kalau orang sedikit dosa, Allah akan bimbing hatinya kepada banyak amal-amal sholeh. Kalau kita kurang semangat dalam beramal, itu sebabnya pasti karena dosa.

Orang yang berhijrah dari dosa adalah orang yang mencegah kemungkaran di hatinya.

Dan yakinlah kepada janji Allah, sebagaimana kata nabi,

“Barang siapa meninggalkan sesuatu karena takut kepada Allah, maka Allah akan memberikan sesuatu yang lebih baik dari itu.”

 

Meninggalkan Orang Yang Membawa Keburukan

Meninggalkan pertemanan, bukan berarti ia tidak ingin berteman. Namun, ia meninggalkan kebiasan dan pergaulan yang buruk. Sehingga ia akhirnya ditingalkan atau bahkan dibenci oleh teman-temannya yang terbiasa melakukan hal yang buruk.

Tapi kemudian Allah datangkan kepadanya, teman baru yang baik.

Buktinya adalah ketika Antum bersedia membaca sampai pada baris ini, berarti Antum adalah teman baru untuk saya. Saudara saya yang akan berada di jalan yang benar.

Ketika kita berhijrah, kita bisa jadi bersaudara. Ketika kita berhijrah, Allah menjanjikan sesuatu yang baik.

Ketika Antum membaca artikel ini sampai pada akhir kata, mungkin saja Antum akan langsung berniat berhijrah, kemudian langsung pergi ke masjid, bertaubat kepada Allah dan dipertemukanlah dengan orang-orang yang sholeh.

Atau mungkin Antum akan segera dipertemukan dengan seorang wanita yang sholehah. Yang kelak akan menjadi istri Antum di masa mendatang.

Ketika kita berhijrah dari suatu pekerjaan, maka Allah akan datangkan pekerjaan baru yang lebih baik.

Ketika kita diputuskan oleh seorang pacar, bisa jadi Allah mendatangkan kesempatan kepada kita untuk berhijrah, sehingga kita tidak lagi berpacaran. Dengan tidak berpacaran maka kita akan terhindar dari dosa.

Dan percayalah kepada janji Allah. Jika kita berhijrah dari cinta sebelum menikah, maka Allah akan datangkan kepadamu cinta yang lebih baik setelah menikah. Wanita yang cantik dan sholehah. Rumah tangga yang baik dan anak-anak yang berbakti kepada orang tua.

Akhir kata, saya secara pribadi ingin berpesan kepada teman-teman yang sedang berhijrah. Semoga istiqomah.

Jauhi dosa. Awali berbagai macam kebaikan. Pergi ke masjid dan berkumpullah dengan orang-orang sholeh.

Tidak perlu di-share kecuali bermanfaat.

 

Dapatkan berbagai jenis kurma premium, halal, termurah, dan original dari Saudi di (klik):  https://tokokurmahawa.com/

Ficky Septian Ali Seorang Suami, Blogger, Penulis Paruh Waktu, Storyteller, Pemuda Hijrah dan Banyak Lagi.

9 Replies to “Hijrah dari Keburukan kepada Kebaikan”

  1. Secara garis besar, saya memahami bahwa seseorang yang ingin berhijrah harus mulai mengurangi hal-hal yang membawa dosa. Kemudian ada pula, hal-hal yang makruh, mungkin yang dimaksud merokok. Dan juga hal yang syubhat, mungkin yang dimaksud bid’ah pada tahlilan, ziarah dan lain-lain.

    Semoga kita senantiasa bisa selalu bersama Allah Swt.

    Amin.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *