MUDA IKUT SUNNAH, JANGAN DIANGGAP ASING!

Pemuda Yang Dianggap Asing

Sebagai seorang pemuda yang baru berhijrah, saya merasa sangat terburu-buru. Entah kenapa saya sangat haus akan ilmu.

Namun, keburu-buruan ini ternyata tidak selamanya mendatangkan hal baik dari sudut manusia lain.

Bukan hanya aku, pemuda yang lain pun sama. Bahkan diantara mereka orangtuanya takut bahwa anaknya berubah.

Padahal jelas pemuda ini lebih baik dari sebelumnya.

Ketika ia pulang dalam keadaan mabuk, orangtuanya biasa saja. Lalu kemudian ada tatto ditubuhnya, orangtuanya masih biasa.

Namun ketika pemuda tersebut berhijrah lalu sering datang ke masjid, memelihara jenggot, kemudian celanannya tidak ishbal lagi, orangtua mereka waswas.

Padahal ini Sunnah!

“Kenapa kamu, Nak?” Kata orangtua pemuda itu yang khawatir dengan anaknya yang berubah lebih baik.

“Kamu ikut aliran apa?” Tambahnya.

Pemuda itu dianggap asing.

Teman-temannya pun mulai menjauhinya.

Tapi begitulah pemuda.

Meskipun temannya tak jarang yang mencela namun ia tetap mencoba untuk tetap istiqomah.

Ia kehilangan teman-teman lamanya yang biasa mengajaknya maksiat. Bukannya sok alim, pemuda ini semata-mata mengharapkan ridho dari Allah Swt.

 

Ya. Allah memang menyukai orangtua yang beriman, tapi Allah lebih menyukai pemuda yang beriman.

Pemuda yang beriman itu, seperti menggenggam bara api pada agamanya setelah berhijrah. Ia masuk sedalam-dalamnya agama Islam, walaupun mungkin sedikit menyakiti perasaannya.

Dia adalah pemuda yang dianggap asing.

Penjelasan Indah Mengenai “Menggenggam Bara Api”

Agama Ibarat Bara Api

Bara Api kalau digenggam dengan mantap dan cepat, maka api akan padam, dan bara akan tergenggam, dan panasnya hanya sedikit di awal-awal saja.

Kalau setengah-setengah mengenggam tidak mantap (menyentuh sedikit-sedikit) maka bara tidak akan bisa tergenggam dan hanya terasa panas terus.

Begitu juga dengan mengenggam agama, untuk awalnya berat untuk hijrah ke agama, tetapi jika mantab beragama maka tidak ada beratnya lagi.

Demikian juga jika setengah-setengah beragama, maka ia rasakan agama adalah “beban” dan ia hanya merasakan beban itu, tidak merasakan lezatnya iman

Dalam satu hadits, Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,

“Akan datang kepada manusia suatu zaman, orang yang berpegang teguh pada agamanya seperti orang yang menggenggam bara api.” [1]

Beratnya Menggenggam Bara Api

Mengapa “bara api”? Karena bara api jika digenggam tentu akan menyakitkan ketika digenggam.

Sebagaimana penjelasan syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah,

“Sebagaimana penggenggam bara api, akan menimpanya sakit yang sangat, ketika terjadi fitnah (ujian) dari musuh-musuh” [2]

Dan ini tentu membutuhkan kesabaran yang sangat.

Syaikh Al-Mubarakfuri menukil perkataan Al-Qari,

“Tidak mungkin menggenggam bara api kecuali dengan kesabaran yang sangat dan menanggung kesusahan yang sangat. Ini bisa terjadi pada zaman yang tidak bisa terbayangkan lagi bagaimana bisa menjaga agama kecuali dengan kesabararan yang besar.” [3]

Jangan setengah-setengah dalam beragama.

Yang namanya “bara api” baru bisa digenggam jika digenggam dengan erat dan langsung, maka bara api akan padam dan ia bisa menggenggam bara api tersebut.

Jika disentuh pelan-pelan, maka api tidak akan padam dan bara tidak akan tergenggam.

Jangan setengah-setengah dalam mempelajari Agama.

Begitu juga dengan agama.

Kalau kita setengah-setengah dalam beragama, maka agama tidak akan bisa kita genggam dengan erat.

Dan jika kita mendekat dan menyentuhnya maka akan terasa panas dan kitapun enggan untuk mendekat.

Saya ingin berpesan kepada para pembaca.

Jadilah pemuda yang bersungguh-sungguh untuk menjadi seorang pencari hidayah.

Syukron.

 

Source: Indonesia Bertauhid Official

 

Doa dan Nasihat untuk Jomblo Fisabilillah

jomblo fisabilillah

Terima kasih telah berada di status yang sama dengan ku. Sampai hari ini saya juga masih seorang jomblo fisabilillah.

Tulisan ini saya temukan di media sosial. Semoga dengan membagikannya aku segera bertemu denganmu, jodohku. 🙂

 

Doa Jomblo Fisabilillah

Ya Rabb
Jagalah hati ini sampai semuanya halal untukku
Jika memang ia jodohku maka pautkan hatinya dengan hatiku
Ku serahkan semuanya padaMu ya Allah
Jika memang dia yg terbaik untukku maka pertemukanlah kami dalam Cinta dan RidhoMu

Nasihat Untuk Jomblo Fisabilillah

Jika Engkau jatuh cinta, cintailah seseorang karena kekurangannya. Karena suatu saat nanti kamu akan bahagia dengan kelebihannya.

Dan jangan pernah mencintai seseorang dengan kelebihannya. Karena suatu saat nanti kamu pasti kecewa ketika kamu tahu akan kekurangannya.

Engkau menunggu dalam sujud istikharahmu
Engkau menanti dalam keikhlasan hatimu
Engkau senantiasa mensucikan diri, dikala engkau bertemankan sepi
Ku kan melangkah tuk membawa kebahagiaan
Ku kan memabwa seberkas cahaya kasih-Nya untuk kita kelak

Walau dalam pandangan aku jauh dari penglihatanmu
Namun Ia sang Maha Pencipta mengetahui apa yg terbaik untuk ku jalani
Semoga engkau mengerti, yakinlah akan kekuasaan sang illahi, yg senantiasa memberi bila kita ikhlas untuk kebahagiaan kita nanti

Kewibawaan seorang LELAKI itu BUKAN di lihat dari seberapa banyak & pintar dia menaklukkan hati seorang wanita

Tapi Kewibawaan seorang Laki-laki itu di lihat seberapa Pandai dia MENJAGA HATI seorang WANITA untuk memuliakannya di hadapan SANG PENCIPTAnya.

Mari muliakan Cinta dengan menikah!

#semangatmenikah

 

Source: @berbagisemangat

DULU BEJAT LALU MENJADI SHOLEH

Jangan Kau Cari Aku Lagi di Masa Lalu, Karena Aku Sudah Tidak disana Lagi

Dulu Bejat Lalu Sekarang Telah Berhijrah

Tidak selamanya orang yang berada dalam kebaikan terus menerus, tidak pernah terjerumus dalam suatu kesalahan. Yang dahulu kufur, yang dahulu bejat, lantas menjadi baik dan beriman dengan iman yang benar, bisa jadi ia lebih baik. Karena yang diperhatikan adalah kondisi akhir seorang muslim.

Ibnu Taimiyah rahimahullah memiliki perkataan menarik yang patut disimak:

Sebagian orang mengira bahwa seseorang yang lahir dalam keadaan Islam dan tidak pernah berbuat kekufuran sama sekali, itu yang lebih baik dari orang yang dulunya kafir kemudian masuk Islam. Anggapan ini tidaklah benar. Yang benar standarnya adalah siapa yang akhir hidupnya baik, yaitu siapa yang paling bertakwa kepada Allah di akhir masa hidupnya, itulah yang lebih baik.

Sudah kita ketahui bersama, saabiqunal awwalun (orang-orang yang pertama kali masuk Islam) dari kaum Muhajirin dan Anshar yang dahulunya kufur lalu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, mereka lebih baik dari anak-anak mereka atau selain anak mereka yang lahir dalam keadaan Islam.

Barangsiapa mengenal kejelekan dan ia merasakannya, lalu ia mengenal kebaikan dan merasakan nikmatnya, maka ia tentu lebih mengenal dan mencintai kebaikan tersebut serta membenci kejelekan daripada orang yang tidak mengenal dan melakukan kebaikan atau kejelekan sebelumnya. Bahkan orang yang hanya tahu perbuatan baik, ia bisa saja terjerumus dalam kejelekan karena tidak mengetahui itu perbuatan jelek. Ia bisa terjatuh di dalamnya atau ia tidak mengingkarinya. Hal ini berbeda dengan yang telah merasakan kejelekan sebelumnya. [Al Majmu’ Al Fatawa, 10: 300]

Sehingga jika seseorang yang dahulunya bejat lantas menjadi baik dan sholih tidak selamanya kalah baiknya bahkan ia bisa jadi lebih baik dari orang yang sejak dahulunya adalah orang yang baik-baik. Buktinya saja kita dapat saksikan banyak penjahat yang menjadi ulama dan orang sholih, bahkan mengalahkan orang yang dahulunya telah beriman. Karena sekali lagi kondisi seorang muslim dilihat dari akhirnya. Ada sebagian yang malah dahulu beriman dan sholih, namun saat ini dan akhir hidupnya malah menjadi jelek.

 

Source: Dakwah Tauhid