Anjuran Menjadi Suami yang Berhias untuk Istri

suami berhias untuk istri

Suami Berhias untuk Istri – Seorang istri berhias untuk suaminya adalah hal yang sudah lumrah kita dengar, ya. Tapi kalau seorang suami yang berhias untuk istrinya? Apakah masih terdengar asing?

Islam adalah agama yang sempurna, maka tak heran jika perihal interaksi antara pasangan suami-istri pun sangat diperhatikan. Salah satunya yaitu perihal mengenai suami berhias untuk istri.

Di agama kita, suami juga harus memperhatikan keindahan dirinya di hadapan istri karena hal ini akan menambah rasa cinta sang istri kepada suaminya. Sebagaimana yang terdapat dalam firman Allah:

وَلَهُنَّ مِثْلُ الَّذِيْ عَلَيْهِنَّ بِالْمَعْرُوْفِۖ

Wa la hunna mistlulladzi ‘alaihinna bil ma’ruf

Artinya:

“Dan para wanita memiliki hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma’ruf.”

(QS. Al-Baqarah: ayat 228)

Teman-teman yang dirahmati Allah, dari ayat ini dapat kita simpulkan bahwa wanita juga memiliki hak untuk melihat suaminya dalam keadaan berhias yang menyenangkan mata, sebagaimana kewajiban wanita yang juga harus berhias untuk menyenangkan suaminya.

Jadi, suami juga harus bersikap yang baik (dalam konteks berpenampilan) di hadapan istri. Misalnya, jika ia senang istrinya wangi, maka ia sebagai suami pun juga harus wangi. Jangan hanya selalu meminta istrinya saja yang dandan, tapi suami juga.

Suami Berhias untuk Istri

Beberapa macam contoh kegiatan berhias bagi para suami di antaranya adalah:

  1. Menghiasi wajah dengan senyuman di hadapan istrinya.
  2. Memakai gel atau minyak rambut ketika bersisir.
  3. Memangkas rambut ketika sudah panjang atau kurang rapi.
  4. Sering memakai parfum atau minyak wangi.
  5. Tidak lupa menggosok gigi atau bersiwak.
  6. Rutin mandi, keramas, dan mencuci muka.
  7. Mengganti pakaian apabila telah berkeringat atau berbau tak sedap.
  8. Mengenakan pakaian-pakaian yang bagus di hadapan istri.
  9. Rajin berolahraga agar tubuh tetap bugar dan sehat.
  10. Dll

Namun perlu diperhatikan juga batasan-batasan suami dalam berhias untuk istri, jangan sampai melebihi hal yang wajar atau normal pada umumnya. Tentu tidak wajar rasanya apabila waktu berdandan suami melebihi lamanya waktu berdandan istri. Atau apabila suami memakai skincare yang begitu banyak hingga hampir menyaingi skincare istri.

Suami tetap harus berhias dalam batasan-batasan yang wajar atau secukupnya saja karena Allah tidak suka apabila hambanya yang laki-laki berhias menyerupai wanita dan wanita menyerupai laki-laki. Dalam lafadz Musnad Imam Ahmad disebutkan,

لَعَنَ اللَّهُ الْمُتَشَبِّهِينَ مِنَ الرِّجَالِ بِالنِّسَاءِ ، وَالْمُتَشَبِّهَاتِ مِنَ النِّسَاءِ بِالرِّجَالِ

Allah melaknat laki-laki yang menyerupai wanita, begitu pula wanita yang menyerupai laki-laki

(HR. Ahmad no. 3151, 5: 243. Sanad hadits ini shahih sesuai syarat Bukhari).

Ustadz Dr. Syafiq Riza Basalamah, MA dalam kajiannya yang berjudul ‘Tatkala Gelas-gelas Kaca Mulai Retak’ (dalam hal ini ‘gelas-gelas kaca’ diibaratkan sebagai wanita), beliau menyampaikan bahwa se-stress apapun seorang suami di kantor atau tempat kerjanya, ketika ia pulang ke rumah usahakan tinggalkanlah dahulu semua masalah-masalah pekerjaan tersebut.

Ketika pulang ke rumah sehabis bekerja hendaknya seorang suami masuk ke dalam rumah seraya mengucapkan salam “Assalamu’alaikum,” sambil tersenyum kepada istrinya. Maka dengan seperti itu setiap hari, keromantisan akan timbul dan tumbuh di dalam rumah tangga.

‘Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata, “Rasulullah (shallallahu ‘alaihi wa sallam) ketika memasuki rumahnya selalu memulai dengan bersiwak.” Masya Allah… Mengapa bersiwak? Karena untuk menghilangkan aroma yang tidak nyaman ketika dekat dengan istrinya.

Menilik perkataan Bunda ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha tersebut, maka para suami hendaknya juga sangat memperhatikan bau-bau makanan yang dikonsumsinya, misalnya seperti memakan petai dan jengkol yang memiliki aroma tajam.

Jangan sampai para suami berpenampilan wangi dan terbaik hanya ketika keluar rumah saja, sedangkan istrinya di rumah hanya mencium aroma sisa atau bau keringatnya saja. Berhiaslah untuk istri kita sebagaimana kita juga menginginkan istri kita bersolek, wangi, dan cantik untuk kita.

Baca juga artikel favorit lainnya: Cara Allah Mengabulkan Doa Ketika Kita Meminta Jodoh

‘Abdullah bin Abbas mengatakan, “Aku ingin bersolek untuk istriku, sebagaimana aku menginginkan istriku juga berhias untuk diriku. Karena Allah berfirman bahwa para perempuan-perempuan itu memiliki hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma’ruf.”

Begitulah bagaimana Para Sahabat sangat memperhatikan firman Allah di Surah Al-Baqarah ayat 228. Kita juga dapat melakukannya misalnya dengan memakai minyak wangi dan bersiwak seperti yang gemar dilakukan oleh Rasulullah (shallallahu ‘alaihi wa sallam).

Demikianlah artikel singkat dari kami tentang suami berhias untuk istri. Apabila ada kesalahan atau kekurangan penulis mohon maaf. Semoga para suami senantiasa diberi kemudahan untuk memperhatikan penampilan di depan istri. Baarakallahu fiikum.

 

Referensi:

Rumaysho TV- Suami Juga Harus Berhias untuk Istri

Mutiara Hikmah: Bersolek untuk Istri – Ustadz Dr. Syafiq Riza Basalamah, MA

https://rumaysho.com/3281-pria-yang-bergaya-seperti-wanita.html

Cara Bertaubat Kepada Allah dan Syarat Agar Taubat Diterima

cara bertaubat

Cara Bertaubat – Taubat adalah kembali. Seseorang yang mencari cara untuk bertaubat kepada Allah artinya ia sedang berusaha kembali dari dosanya (berpaling dan menarik diri dari dosa masa lalu).

Taubat adalah kembali kepada Allah dengan melepaskan hati dari belenggu yang membuatnya terus-menerus melakukan dosa, kemudian menggantinya dengan melaksanakan perintah Allah.

Hakikat taubat adalah perasaan di dalam hati untuk menyesali tingkah laku maksiat yang sudah terjadi di masa lalu, lantas ia mengarahkan hati kepada Allah Azza wa Jalla.

Kemudian pada sisa usianya mencegah diri berasal dari perbuatan dosa dan melakukan amal shaleh dan meninggalkan larangan adalah bentuk nyata berasal dari taubat.

Cara Melebur Dosa dengan Bertaubat kepada Allah

Taubat seringkali diidentikkan bersama momen di mana seorang hamba mengakui kesalahannya kepada Allah dan berjanji untuk tidak mengulang dosa yang telah lalu.

Berikut ini adalah tuntunan cara bertaubat kepada Allah:

Segera Melakukan Sholat Taubat

Sudah sepantasnya bagi seorang muslim untuk bersemangat dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah Ta’ala, mendekatkan diri pada-Nya, dan tidak terjerumus di dalam kubangan maksiat.

Namun, sebagai seorang hamba tentu kita tidak luput dari dosa-dosa. Karena itu, Allah memberikan kesempatan kepada setiap hambanya untuk bertaubat.

Dosa yang dilakukan oleh makhluk sejatinya untuk menunjukan sifat Al Ghaffaar, yakni Allah yang Maha Pengampun.

Allah Azza wa Jalla berfirman,

“Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat, beriman, beramal saleh, kemudian tetap di jalan yang benar.” [QS. Taha: 82]

Karena itu, apabila kita terlajur terjerumus kepada dosa maka sebaiknya kita segera melakukan Sholat Taubat.

Shalat taubat adalah shalat yang disunnahkan berdasarkan kesepakatan empat madzhab. Hal ini berdasarkan hadits Abu Bakr Ash Shiddiq, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Tidaklah seorang hamba melakukan dosa kemudian ia bersuci dengan baik, kemudian berdiri untuk melakukan shalat dua raka’at kemudian meminta ampun kepada Allah, kecuali Allah akan mengampuninya.”

Kemudian beliau membaca ayat ini,

“Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.”

[HR. Tirmidzi no. 406]

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri menyunnahkan shalat taubat ketika seseorang benar-benar ingin bertaubat. Berikut tuntunannya:

  1. Berwudhu dengan sempurna. Apabila tidak mampu, maka bertayamum.
  2. Shalat Taubat dilakukan dua raka’at dengan niat di dalam hati, tanpa perlu melafazhkan bacaan tertentu.
  3. Boleh dilakukan kapan saja, siang atau malam.
  4. Segera melakukan sholat taubat setelah mengingat Allah dari dosa yang telah lalu.
  5. Memenuhi syarat-syarat taubat

Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata,

“Demikian pula shalat taubat (termasuk shalat yang memiliki sebab dan harus segera dilakukan, sehingga boleh dilakukan meskipun waktu terlarang untuk shalat. Jika seseorang berbuat dosa, maka taubatnya itu wajib, yaitu wajib segera dilakukan. Dan disunnahkan baginya untuk melaksanakan shalat taubat sebanyak dua raka’at. Lalu ia bertaubat sebagaimana keterangan dalam hadits Abu Bakr Ash Shiddiq.”

[Majmu’ Al Fatawa, Ibnu Taimiyah]

(Baca Juga: Rahasia di Balik Taubat)

Syarat-Syarat Taubat

Setelah kita mengetahui bagaimana cara melakukan shalat taubat, hendaknya kita juga harus memenuhi syarat-syarat taubat.

Secara ringkas dikatakan oleh para ulama sebagaimana disampaikan Ibnu Katsir,

“Menghindari dosa untuk saat ini. Menyesali dosa yang telah lalu. Bertekad tidak melakukannya lagi di masa akan datang. Lalu jika dosa tersebut berkaitan dengan hak sesama manusia, maka ia harus menyelesaikannya/ mengembalikannya.”

[Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, Ibnu Katsir, 14/61, Muassasah Qurthubah]

Adapun, dalam kitab Majalis Syahri Ramadhan, setelah membawakan banyak dalil dari al-Qur’an dan as-Sunnah yang mendorong kaum Muslimin, Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin mengatakan bahwa taubat yang diperintahkan Allâh Azza wa Jalla adalah taubat nasuha (yang tulus) yang mencakup lima syarat, yaitu:

Bertaubat dengan Ikhlas

Hendaknya taubat itu dilakukan dengan ikhlas. Artinya, yang mendorong dia untuk bertaubat adalah kecintaannya kepada Allah Azza wa Jalla , pengagungannya terhadap Allah, harapannya untuk pahala disertai rasa takut akan tertimpa adzab-Nya.

Taubat harus dilakukan semata-maka karena Allah. Bukan karena sebab makhluk atau tujuan duniawi.

Menyesali Dosa yang Telah Lalu

Menyesali serta merasa sedih atas dosa yang pernah dilakukan, sebagai bukti penyesalan yang sesungguhnya kepada Allâh dan luluh dihadapan-Nya serta murka pada hawa nafsunya sendiri yang terus membujuknya untuk melakukan keburukan.

Taubat seperti ini adalah taubat yang benar-benar dilandasi akidah, keyakinan dan ilmu.

Cara bertaubat sebagaimana dikatakan oleh Malik bin Dinar. Ia berkata,

“Menangisi dosa-dosa itu akan menghapuskan dosa-dosa sebagaimana angin mengeringkan daun yang basah.”

[Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam]

Segera Berhenti dari Perbuatan Maksiat

Apabila ia melakukan dosa, maka ia harus segera tinggalkan dan apabila ia meninggalkan suatu yang wajib, maka ia kembali menunaikannya. Dan jika berkaitan dengan hak manusia, maka ia segera menunaikannya atau meminta maaf. Kemudian, ia berusaha untuk tidak mengulangi perbuatan maksiat tersebut.

Seseorang yang bertaubat tetapi ia terus-menerus melakukan perbuatan maksiat maka taubatnya tidak sah. Karena itu, pastikan ketika kita sudah bertaubat maka sebaiknya kita tidak mengulanginya lagi agar syarat taubat ini terpenuhi.

Bertekad untuk Tidak Mengulang Perbuatan Dosa

Bertekad untuk tidak mengulangi dosa tersebut di masa yang akan datang. Karena ini merupakan buah dari taubatnya dan sebagai bukti kejujuran pelakunya.

Jika ia mengatakan telah bertaubat, namun ia masih bertekad untuk melakukan maksiat itu lagi di suatu hari nanti, maka taubatnya saat itu belum benar. Karena taubatnya hanya sementara, si pelaku maksiat ini hanya sedang mencari momen yang tepat saja.

Taubatnya ini tidak menunjukkan bahwa dia membenci perbuatan maksiat itu lalu menjauh darinya dan selanjutnya melaksanakan ketaatan kepada Allâh Azza wa Jalla.

Taubat Dilakukan pada Waktu Diterimanya Taubat

Jika taubat itu dilakukan setelah habis waktu diterimanya taubat, maka taubatnya tidak akan diterima.

Berakhirnya waktu penerimaan taubat itu ada dua macam: (Pertama), bersifat umum berlaku untuk semua orang dan (kedua), bersifat khusus untuk setiap pribadi.  Yang bersifat umum adalah terbitnya matahari dari arah barat. Jika matahari telah terbit dari arah barat, maka saat itu taubat sudah tidak bermanfaat lagi.

Adapun yang bersifat khusus adalah saat kematian mendatangi seseorang. Ketika kematian mendatangi seseorang, maka taubat sudah tidak berguna lagi baginya dan tidak akan diterima.

Allah Azza wa Jalla berfirman,

“Dan tidaklah taubat itu diterima Allâh dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) ia mengatakan : “Sesungguhnya saya bertaubat sekarang.” Dan tidak (pula diterima taubat) orang-orang yang mati sedang mereka di dalam kekafiran. Bagi orang-orang itu telah Kami sediakan siksa yang pedih.”

[QS. An-Nisa/4:18]

Apabila syarat-syarat taubat itu telah terpenuhi seluruh syaratnya dan diterima, maka Allah akan menghapus dosa-dosa yang ia telah bertaubat darinya, sekalipun jumlahnya sangat banyak.

Allah Ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا

Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya).

[QS. At Tahrim: 8]

Penutup

Demikian artikel mengenai bagaimana cara bertaubat kami sampaikan. Semoga Allah memudahkan kita untuk selalu taat kepada-Nya dan menjauhi setiap dosa serta menjadikan kita hamba-hamba yang gemar bertaubat atas dosa yang tidak bosan-bosannya dilakukan.

Amiin Yaa Mujibas Saailin.

 

Source:

 

Jangan Berputus Asa dari Rahmat Allah

Jangan Berputus Asa dari Rahmat Allah

Salah Satu Dosa Besar yang Wajib Dijauhi: Putus Asa dari Rahmat Allah

Teman-teman. Saat ini marak terjadi percobaan bunuh diri di berbagai belahan dunia, termasuk di negeri kita tercinta. Mereka melakukan percobaan bunuh diri, karena telah berputus asa dari rahmat tuhannya.

Dan tentu berputus asa bukanlah tanda dari seseorang yang beriman. Kita sebagai seorang muslim tidak boleh berputus asa, terutama berputus asa dari rahmat Allah.

Adapun Umar bin ‘Abdul ‘Aziz pernah berkata,

“Sesungguhnya apabila seseorang selalu memandang berat suatu masalah, ia akan sulit beramal untuk akhirat dan tidak akan mendapatkan apa-apa di dunia.”

Pada kesempatan kali ini, saya akan mencoba membagikan nasihat agar kita senantiasa untuk tidak pernah berputus asa dari Rahmat Allah. Rahmat Allah adalah kasih sayang yang diberikan dari Allah kepada setiap hambanya.

Kasih sayang Allah kepada setiap hambanya begitu besar dan tidaklah ada yang bisa menandinginya.

 

Rahmat Allah Lebih Besar Dari Kasih Sayang Seorang Ibu Kepada Anaknya

Dari Umar bin Al Khattab radhiallahu ‘anhu, beliau berkata:

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kedatangan rombongan tawanan perang. Di tengah-tengah rombongan itu ada seorang ibu yang sedang mencari-cari bayinya.

Tatkala dia berhasil menemukan bayinya di antara tawanan itu, maka dia pun memeluknya erat-erat ke tubuhnya dan menyusuinya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya kepada kami,

“Apakah menurut kalian ibu ini akan tega melemparkan anaknya ke dalam kobaran api?”

Kami menjawab, “Tidak mungkin, demi Allah. Sementara dia sanggup untuk mencegah bayinya terlempar ke dalamnya.”

Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

“Sesungguhnya Allah lebih sayang kepada hamba-Nya, melebihi kasih sayang ibu ini kepada anaknya.”

[HR. Bukhari dan Muslim]

Kita semua tahu bahwa fitrahnya seorang ibu akan senantiasa memberikan kasih yang besar kepada anaknya. Apabila seorang ibu tersebut saja tidak tega melemparkan anaknya dalam kobaran api, lantas tentu saja Allah lebih tidak tega lagi untuk melempar dan mencampakkan hambaNya ke dalam api neraka.

Dari sepenggal kisah diatas, kita tahu bahwa kasih sayang Allah begitu besar dan kita tentu tidak pantas untuk berputus asa dari RahmatNya.

 

Bentuk Kasih Sayang Allah Kepada Hamba

Adapun saya dan teman-teman semua tentu adalah hamba yang penuh dengan dosa-dosa. Apakah kita tetap mendapatkan kasih sayang Allah? Apakah Allah akan memberikan rahmat-Nya kepada kita?

Dan Allah senantiasa memberikan rahmat kepada setiap hamba-hambaNya. Salah satu bentuk kasih sayang Allah kepada kita adalah terkait dengan dosa-dosa kita yang ternyata tidak ditampakkan.

 

Allah Senantiasa Menutup Aib (Dosa) Kita

Allah selalu memuliakan hamba-hambaNya dengan menutup aib dan dosa-dosa, tanpa peduli seberapa besar itu semua.

Seandainya Allah membuat dosa nampak atau memiliki bau tidak sedap, tentu membuat kita selalu terhinakan. Karena itu, penulis ingin mengajak teman-teman pembaca semuanya untuk tetap menutup aib dan segera bertaubat.

Allah menutup dosa kita sebagai tanda kasih sayang. Allah masih memberi kita kesempatan untuk memperbaiki diri dan bertaubat atas keburukan-keburukan kita. Jangan malah kita membuka aib tersebut dan berbangga diri kepadanya.

Padahal bisa saja ketika kita sedang bermaksiat, Allah langsung mematikan kita dalam kondisi sedang penuh dengan dosa-dosa.

 

Allah Tidak Langsung Memberikan Adzab Kepada Kita

Salah satu bentuk besarnya kasih sayang Allah kepada kita adalah terkait umur yang diberikan kepada kita.

Tentu bisa saja ketika kita sedang bermaksiat, Allah langsung turunkan Adzab yang begitu besar kepada kita di saat itu juga.

Tapi Allah senantiasa menunggu hamba-hambaNya agar segera bertaubat.

Allah berfirman,

“Dan Allah Maha Pengampun, lagi mempunyai rahmat. Apabila Allah memberikan adzab karena perbuatan mereka, tentu Allah akan menyegerakan azab bagi mereka. Tetapi bagi mereka ada waktu yang tertentu (untuk mendapat azab) yang mereka sekali-kali tidak akan menemukan tempat berlindung dari padanya.”

[QS. Al-Kahfi: 58]

Saking besarnya kasih sayang-Nya kepada kita, Allah menunda hukuman untuk memberikan keselamatan kepada hamba-hamba yang bertaubat.

 

Allah Tidaklah Memberikan Musibah, Kecuali Agar Kita Bertaubat

Perlu kita ketahui bahwa bala’ dan musibah turun kepada kita, karena dosa-dosa kita sendiri. Setiap musibah yang turun disebabkan oleh dosa, dan tidak akan terangkat kecuali dengan bertaubat.

Segala macam musibah yang diturunkan kepada kita, tujuannya adalah untuk mengingatkan kita agar segera kembali kepada Allah.

Allah Ta’ala berfirman,

“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).”

[QS. Asy Syura: 30]

Tatkala hukuman/musibah diberikan kepada hamba, Allah tetap memberikan rahmatNya. Allah berikan kasih sayang dengan memberikan cobaan agar hamba tersebut segera bertaubat.

 

Allah Mendatangkan Musibah untuk Menghapus Dosa

Musibah apapun yang Allah datangkan kepada kita, baik musibah itu besar atau pun kecil akan mengurangi (menghapus) dosa-dosa.

Apabila kita tetap bersabar atas musibah yang Allah berikan, maka akan menjadi penggugur dari dosa-dosa.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Segala hal yang menimpa seseorang muslim seperti rasa letih, sedih, sakit, gelisah, sampai duri yang menusuknya, melainkan Allah akan menghapuskan kesalahan-kesalahannya dengan sebab itu semua.”

[Muttafaqun ‘alaihi]

Begitu besar kasih sayang Allah kepada hamba sampai mengirimkan musibah untuk menghapuskan dosa-dosa.

Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu musibah, melainkan Allah akan mengugurkan bersamanya dosa-dosanya seperti pohon yang mengugurkan daun-daun.

(Baca Juga: Hikmah Sakit Sebagai Penggugur Dosa)

 

Allah Selalu Membuka Lebar Pintu Taubat Kepada Hamba

Perlu kita ketahui bahwa Allah selalu mengampuni setiap dosa-dosa. Allah selalu membuka pintu taubat sampai datang 2 hal kepada hamba tersebut, yakni kematian dan hari kiamat.

Bisa jadi hari ini ada diantara teman-teman pembaca memiliki dosa yang sangat banyak, maka janganlah berputus asa. Allah masih membuka pintu taubat kepada kita semua.

Mari introspeksi diri kita dan memohon ampun atas segala dosa-dosa kita. Ketika kita kembali kepada Allah dengan bertaubat, Allah bergembira dan menunjukan pada malaikat-malaikat disampingnya bahwa hamba-Nya telah bertaubat.

Dari Abu Hamzah Anas bin Malik Al Anshori, pembatu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau berkata bahwa beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Sesungguhnya Allah itu begitu bergembira dengan taubat hamba-Nya melebihi kegembiraan seseorang di antara kalian yang menemukan kembali untanya yang telah hilang di suatu tanah yang luas.”

[HR. Bukhari no. 6309 dan Muslim no. 2747]

Adapun Allah membuka pintu taubat kepada Fir’aun yang mengaku sebagai tuhan yang maha tinggi. Salah satu bentuk kasih sayang tersebut berupa dua nabi yang Allah datangkan sekaligus agar Fir’aun bertaubat.

Namun, ternyata Nabi Musa alaihi salam dan Nabi Harun alaihi salam masih belum bisa membawa Fir’aun kembali kepada Allah.

Fir’aun telah melampaui batas dan tertutuplah pintu taubat ketika kematiannya datang di laut merah.

Karena itu apabila saat ini kita masih melakukan kemaksiatan, segeralah bertaubat dan tinggalkan segala bentuk kemaksiatan itu.

 

Allah Memberikan Keistimewaan Kepada Hamba yang Bertaubat

Adapun salah satu rahmat Allah yang sangat besar adalah terkait keistimewaan yang diberikan kepada hamba-hamba yang bertaubat, diantaranya:

  1. Allah memberikan keistiqomahan
  2. Allah memberikan rezeki lebih banyak
  3. Allah memberikan surga di akhirat

Bisa jadi kita memiliki banyak dosa, namun ketika kita bertaubat ada banyak keistimewaan-keistimewaan yang diberikan kepada kita.

Kasih sayang Allah begitu besar, maka tidaklah pantas bagi seorang hamba berputus asa dari rahmat Allah.

Sungguh sangat disayangkan keadaan sebagian pemuda di zaman ini. Adapun yang sudah terlanjur basah dan ternoda dengan dosa-dosa, malah semakin masuk dan terjerumus begitu dalam.

Semoga kita terhindar dari hal ini.

Apabila kita baru saja melakukan dosa, segera bertaubat. Allah akan membantu kita kembali kepada jalan yang lurus.

Jalan yang penuh rahmat dan jalan diridhai oleh Allah. Jalan yang akan mengantarkan kita semua ke surga.

Dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu’anhu. Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

“Tidak ada amalan seorangpun yang bisa memasukkannya ke dalam surga, dan menyelematkannya dari neraka. Tidak juga denganku, kecuali dengan rahmat dari Allah.”

[HR. Muslim no. 2817]

 

Berputus Asa dari Rahmat Allah adalah Salah Satu Bentuk Kekufuran

Salah satu sifat orang-orang kafir adalah mudah berputus asa dari rahmat Allah. Sebagai seorang mukmin, kita tidak boleh berputus asa dari rahmat Allah.

Di dalam Al-Qur’an ada kisah istimewa tentang Nabi Yaqub yang berharap Yusuf dan Bunyamin kembali. Beliau meminta kepada anak-anaknya yang lain untuk mencari berita tentang keduanya. Nabi Yaqub berkata,

“Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir”.

[QS. Yusuf: 87]

Adapun dalil lain terkait hal ini ada pada kisah Nabi Ibrahim. Beliau berkata,

“Tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Allah, kecuali orang-orang yang sesat”.

[QS. Al-Hijr: 56]

 

Jangan Berputus Asa Dalam Mencari Ilmu

Sebagai seorang muslim, kita seharusnya haus akan ilmu. Baik itu ilmu syar’i maupun ilmu yang berkaitan dengan dunia. Namun, terkadang kita merasa suatu ilmu terasa begitu sulit sampai membuat kita hampir menyerah.

Misalnya ketika kita mulai belajar ilmu matematika, ternyata kita tidak segera paham walaupun sudah dijelaskan belasan kali. Saat itu, kita harus tetap bersabar. Mungkin satu kali penjelasan lagi akan membuat kita baru benar-benar mengerti.

Sama halnya dengan ilmu agama. Pada awalnya, kita pasti sulit untuk membaca Al-Qur’an sampai dengan menghafal beberapa ayat. Tetapi perlahan, kita mulai bisa.

Dan Ilmu ini pun diberikan karena kita mengharapkan rahmat Allah.

Ada pula mungkin kita ada yang mulai untuk belajar bahasa Arab. Sudah tujuh pertemuan masih belum mengerti dan kosa katanya tidak juga bertambah. Meskipun belum berhasil mempelajari, jangan pernah berhenti.

Begitu pula dengan bidang keilmuan yang lain.

Dan tentu saja tidak ada kata terlambat untuk mulai mempelajari ilmu.

 

Jangan Berputus Asa Pada Jodoh dan Keturunan

Allah telah menetapkan setiap makhluk berpasang-pasangan.

Ada matahari dan bumi. Ada malam dan ada siang. Ada matahari dan ada rembulan. Ada daratan dan ada lautan. Ada terang dan ada gelap. Ada yang beriman dan ada yang kafir. Ada kematian dan ada kehidupan. Ada kesengsaraan dan ada kebahagiaan. Ada surga dan ada neraka. Sampai pada hewan pun terdapat demikian.

Ada juga jin dan ada manusia. Ada laki-laki dan ada perempuan.

Adapun kamu yang masih sendiri, juga telah Allah siapkan pasangan. Dan ini adalah salah satu bentuk kasih sayang Allah kepada hambaNya.

Dan ketika kita masih mencari namun belum juga bertemu, maka bersabarlah! Mungkin dipencarian selanjutnya kita akan menemukan jodoh yang tepat.

Begitu pula dengan keturunan. Bisa jadi ada diantara kita yang sudah menikah namun ternyata masih belum dikaruniai anak.

Tetaplah berusaha dan berdoa. Jangan berputus asa dari kasih sayang Allah terkait dengan keturunan.

Nabi Ibrahim alaihi salam baru dikaruniai anak pertamanya ketika berumur 100 tahun. Lalu ada Nabi Yahya diumur 70 tahun.

Selain berdoa, kita juga harus berusaha untuk tetap ikhtiar. Mungkin dengan konsultasi melalui dokter spesialis dan lain sebagainya.

Kemudian ketika misalnya masih belum juga dapat, mungkin bisa dipertimbangkan untuk menikah lagi atau melakukan adopsi. Tentunya harus dibicarakan terlebih dahulu dengan pasangannya.

(Baca Juga: Apa yang Harus Dipersiapkan Sebelum Menikah?)

 

Jangan Berputus Asa Dalam Mencari Rezeki

Adapun dalam mencari rezeki yang halal, janganlah pernah berputus asa dari rahmat Allah.

Kita harus tetap berusaha untuk mencari rezeki yang halal.

Jangan sampai berputus asa dengan mengatakan, “Yang haram saja susah, apalagi yang halal.”

Perlu kita ketahui bahwa cicak adalah hewan yang bergerak dengan cara merayap dan menempel di dinding. Allah jadikan makanan cicak adalah nyamuk yang bisa terbang.

Lantas apa yang terjadi?

Allah tetap membuat cicak tadi yang hanya berjalan dengan merayap bisa memakan nyamuk yang berterbangan.

Apabila cicak saja yang penuh dengan keterbatasannya bisa mendapatkan rezeki, tentu manusia dengan kesempurnaannya harus lebih bisa mencari rezeki yang halal.

Dari Jabir bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Wahai umat manusia, bertakwalah engkau kepada Allah, dan tempuhlah jalan yang baik dalam mencari rezeki, karena sesungguhnya tidaklah seorang hamba akan mati, hingga ia benar-benar telah mengenyam seluruh rezekinya, walaupun terlambat datangnya. Maka bertakwalah kepada Allah, dan tempuhlah jalan yang baik dalam mencari rezeki. Tempuhlah jalan-jalan mencari rezeki yang halal dan tinggalkan yang haram.”

[HR. Ibnu Majah no. 2144, dikatakan shahih oleh Syaikh Al Albani]

Dalam hal rezeki yang mesti dipahami ada dua yang harus kita ketahui, yaitu:

  1. Jatah rezeki akan tetap selalu ada selama kita masih bernyawa.
  2. Apabila salah satu pintu rezeki tertutup, maka akan terbuka pintu rezeki yang lain.

 

Jangan Berputus Asa Dari Pengampunan Dosa

Rahmat Allah begitu besar dan saking besarnya, Allah mudah memberikan ampunan kepada hamba-hambaNya.

Apabila ada seseorang yang pagi harinya bermaksiat kemudian malam harinya ia bertaubat, maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya.

Kemudian apabila seseorang tersebut bermaksiat lagi pada hari berikutnya dan kemudian segera bertaubat kembali, maka Allah akan senantiasa memberikan pengampunan tanpa peduli betapa besar dosanya.

Dari Abu Hurairah, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia berkata,

“Tatkala Allah menciptakan makhluk-Nya, Dia menulis dalam kitab-Nya, yang kitab itu terletak di sisi-Nya di atas ‘Arsy, “Sesungguhnya rahmat-Ku lebih mengalahkan kemurkaan-Ku.””

[HR. Bukhari no. 7404 dan Muslim no. 2751]

Allah Ta’ala juga berfirman yang artinya,

“Rabbmu telah menetapkan atas diri-Nya kasih sayang (rahmat)”

[QS. Al An’am: 54]

Allah selalu memberikan pengampunan kepada kita. Tentu ini kabar gembira untuk kita semua apabila kita masih memiliki banyak dosa-dosa.

Allah masih memberikan kesempatan kepada kita semua agar kembali kepadaNya.

Apabila kita sedang bersedih dan rasanya seperti ingin berputus asa, maka datangilah sahabat-sahabat terbaik kita.

Dan apabila ada sahabat kita yang datang dengan berputus asa, maka hiburlah sebaik kita.

Kita harus saling memberikan dukungan. Jangan lupa untuk ingatkan sahabat kita agar senantiasa hadir di majelis ilmu.

 

Demikian artikel ini ditulis dan saya hanyalah manusia biasa. Apabila ada kesalahan dalam menuliskan kata-kata, saya mohon maaf.

Saya juga sangat menerima kritik dan saran dari pembaca. 🙂

 

Adapun artikel ini pada dasarnya adalah pengembangan dari sedikit rangkuman Kajian Kitab Al-Kabair Karya Imam Adz-Dzahabi yang dibawakan Ustadz Sulaiman Rasyid di Masjid Pogung Dalangan.

 

Semoga bermanfaat.

 

Referensi:

Gambar:

  • Freepik.com