Kafir Quraisy dan Orang Musyrik di Zaman Jahiliyyah Ternyata Mengenal Allah

manhaj salaf

Benarkah Kaum Musyrikin Quraisy Tidak Mengenal Allah?

Persepsi yang Salah Tentang Kaum Musyrikin Quraisy

Telah terpatri dalam persepsi kita sejak kecil bahwa kaum musyrikin Quraisy adalah kaum penyembah berhala yang bodoh, sehingga zaman dimana mereka hidup disebut dengan zaman jahiliyyah.

Terngiang pula di telinga kita penjelasan para “guru ngaji” bahwa kebodohan mereka ini disebabkan penyembahan kepada patung yang jelas-jelas merupakan benda mati yang tidak mungkin bisa menciptakan dan mengabulkan permintaan mereka.

Apatah lagi tatkala disebutkan kisah dimana mereka sampai memakan sesembahannya yang terbuat dari tepung terigu akibat rasa lapar yang menghampiri mereka.

Sumber ilmu yang kita warisi sejak kecil tersebut menggambarkan kepada kita bahwa kaum musyrikin Quraisy tidaklah mengenal Alloh sama sekali dan ini membangun pola pikir kita hingga dewasa, sampai kita terhenyak saat mendapati penjelasan ustadz bermanhaj salaf ketika mengetengahkan sebagian ayat dari ayat-ayat Al-Qur’an seperti tersebut dalam firman-Nya, 

وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ

 “Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka, ‘Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?’ Tentu mereka akan menjawab, ’Allah’.” (QS. Luqman [31]: 25)

 atau dalam firman Alloh lainnya,

قُلْ مَنْ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ أَمَّنْ يَمْلِكُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَمَنْ يُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَيُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ وَمَنْ يُدَبِّرُ الْأَمْرَ فَسَيَقُولُونَ اللَّهُ فَقُلْ أَفَلَا تَتَّقُونَ

 “Katakanlah, ’Siapakah yang memberi rizki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup, dan siapakah yang mengatur segala urusan?’ Maka mereka akan menjawab, ’Allah.’ Maka katakanlah, ’Mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya?’” (QS. Yunus [10]: 31)

 Kaum Musyrikin Quraisy Mengenal Rububiyyah Alloh

Apa yang ada di benak kita ketika pertama kali mendapati makna ayat-ayat ini?

Pernahkah kita berpikir tentang siapa yang dimaksud dengan “mereka” saat membaca arti dari ayat-ayat tersebut?

Lalu apa yang kita rasakan tatkala mendapatkan jawaban dari pertanyaan tersebut dari  para ustadz bermanhaj salaf dimana yang dimaksud dengan “mereka” ternyata adalah kaum musrikin Quraisy?

Jawabannya mungkin hanya satu, yakni seolah-olah kita baru menyadari bahwa ternyata ada ayat-ayat Al-Qur’an yang menjelaskan tentang hakikat siapa sebenarnya kaum musyrikin Quraisy.

Kaum yang kita kira sebagai kaum yang sama sekali tidak mengenal Alloh sehingga mereka menjadikan berhala-berhala sebagai Tuhan, ternyata justru merupakan kaum yang sangat mengenal Alloh.

Dan ini juga menjawab pertanyaan di masa kecil kita saat membaca kisah para nabi dan rasul dari komik-komik yang beredar dimana kaum musyrikin Quraisy dalam komik-komik tersebut sering menyebut “Demi Alloh” dalam ungkapan sumpah-sumpah mereka.

Penjelasan Ulama Tentang Kaum Musyrikin Quraisy

Simaklah penjelasan Syaikh As Sa’di saat menafsirkan surat Luqman ayat 25 yang semakin memperjelas siapakah yang dimaksud “mereka” dalam ayat tersebut, “Maksudnya, “Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka,” yaitu kamu bertanya kepada kaum musyrikin yang mendustakan kebenaran, “Siapakah yang menciptakan langit dan bumi,” tentu mereka mengetahui bahwa berhala-berhala mereka sama sekali tidak menciptakan hal itu, dan tentu mereka segera mengatakan, “Allah” semata yang menciptakan keduanya.

Maka “katakanlah” kepada mereka dengan nada mematahkan hujjah atas mereka dengan argumen yang mereka akui atas apa yang mereka ingkari, “Segala puji bagi Allah,” yang telah menjelaskan nur (cahaya) dan menampakkan dalil terhadap kalian dari kalian sendiri.

Maka kalau mereka mengetahui, tentu mereka memastikan bahwa yang Esa (dengan penciptaan dan pengaturan alam semesta ini), Dia-lah yang diesakan dengan ibadah dan tauhid.

Akan tetapi, “kebanyakan mereka tidak mengetahui,” maka dari itu mereka mempersekutukan-Nya dengan yang lain, dan mereka rela dengan kotradiksi keyakinan yang mereka anut dengan kebimbangan dan keraguan, bukan dengan dasar ilmu pengetahuan yang mendalam.” 

Berdasarkan penjelasan dari Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di tersebut, kita mengetahui ternyata kaum musrikin Quraisy telah mengenali Alloh Ta’ala sebagai pencipta langit dan bumi. Bahkan lebih jauh dijelaskan dalam surat Luqman ayat 25 bahwa kaum musyrikin Quraisy telah mengenali Alloh sebagai pemberi rejeki, zat yang menghidupkan dan mematikan, dan pengatur alam semesta ini.

Semakin jelaslah bagi kita bahwa mereka benar-benar telah mengenali Alloh dengan baik sebagai Rabb mereka. Jauh panggang dari api dengan anggapan kita selama ini yang ternyata berbeda seratus delapan puluh derajat. 

Kaum Musyrikin Quraisy Berdo’a Kepada Alloh dalam Kondisi Sempit

Pengenalan kaum musyrikin Quraisy terhadap Alloh tidak berhenti sampai di situ. Tidak hanya sebatas pengakuan semata terhadap eksistensi Alloh sebagai pencipta, pengatur, pemberi rizki, zat yang menghidupkan dan mematikan.

Namun, mereka juga mengakui bahwa Allohlah yang kuasa mendatangkan mudharat atau musibah, sehingga tatkala menghadapi kesulitan, merekapun berdoa dan meminta tolong hanya kepada Alloh Ta’ala semata. Hal ini digambarkan dalam firman-Nya,

وَإِذَا مَسَّكُمُ الضُّرُّ فِي الْبَحْرِ ضَلَّ مَنْ تَدْعُونَ إِلَّا إِيَّاهُ فَلَمَّا نَجَّاكُمْ إِلَى الْبَرِّ أَعْرَضْتُمْ وَكَانَ الْإِنْسَانُ كَفُورًا

“Dan apabila kamu ditimpa bahaya di lautan, niscaya hilanglah siapa yang kamu seru kecuali Dia.  Maka tatkala Dia menyelamatkan Kamu ke daratan, kamu berpaling. Dan manusia adalah selalu tidak berterima kasih.” (QS. Al-Isra’: 67)

Secara panjang lebar, Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di dalam tafsirnya menyatakan, “Dan di antara rahmat-Nya yang menunjukkan bahwa Dia-lah satu-satunya Zat yang layak disembah, bukan objek yang lain, adalah tatkala mereka tertimpa bahaya di lautan, kemudian mereka takut akan binasa karena gulungan ombak, niscaya hilanglah dari benak mereka, segala sesuatu yang mereka sembah selain Allah di waktu lapang, baik sesembahan itu hidup atau mati.

Seolah-olah mereka tidak pernah menyeru sesembahan itu sama sekali. Hal ini disebabkan mereka mengetahui bahwasanya sesembahan itu tak berdaya untuk menghilangkan bahaya (yang sedang dihadapi).

Kafir Quraisy Mengakui Allah Sang Pencipta

Mereka pun berteriak menyeru sang Pencipta langit dan bumi, Zat yang dimintai perlindungan oleh semua makhluk dalam masalah-masalah mereka yang genting.

Pada waktu seperti ini mereka mengikhlaskan doa dan ketundukan kepada Alloh semata. Akan tetapi, ketika Alloh telah menghilangkan bahaya dan menyelamatkan mereka hingga sampai ke daratan, maka mereka lupa kepada Zat tempat mereka berdoa sebelumnya.

Mereka menyekutukan dengan-Nya suatu objek yang tidak mampu memberi dan tidak pula mampu mencegah pemberian. Mereka pun berpaling dari keikhlasan untuk Rabb dan Penguasa mereka.

Ini disebabkan kebodohan manusia dan kekufurannya. Karena sesungguhnya manusia itu sering mengkufuri nikmat-nikmat yang diberikan.

Kecuali orang-orang yang diberi hidayah, maka Allah memberikan nikmat kepada mereka dengan akal yang sehat dan mengambil petunjuk menuju jalan yang lurus.

Ia mengetahui bahwasanya Zat yang telah menghilangkan kesulitan-kesulitan dan menyelamatkannya dari kengerian-kengerian, Dia-lah yang berhak untuk ditunggalkan dan diikhlaskan kepada-Nya seluruh amalan, baik dalam keadaan lapang atau sempit, susah ataupun senang.

Adapun orang yang ditelantarkan tanpa bimbingan (dari Alloh) dan diserahkan kepada penanganan akalnya yang lemah, maka tidak menghiraukan pada waktu kesulitan kecuali hanya kemaslahatan sesaat dan keselamatannya di waktu itu.

Ketika dia telah mendapatkan keselamatan dan kesulitan telah menjauhinya, niscaya dia menduga dengan akalnya yang bodoh bahwa dia telah melemahkan Alloh.

Di dalam hatinya tidak terbetik akibat jelek yang bersifat duniawi, apalagi perkara akhirat.”

(Baca Juga: Meraih Nikmatnya Keberkahan di Atas Sunnah)

Kaum Musyrikin Quraisy Mencintai Alloh

Selain kaum musyrikin Quraisy berdo’a dengan ikhlas kepada Alloh semata tatkala tertimpa kesempitan, bentuk amalan lain yang menunjukkan mereka telah mengenal Alloh adalah mereka mencintai Alloh dalam hatinya, hanya saja cinta mereka terbagi dengan sesembahan-sesembahan selain Alloh baik dari kalangan makhluk yang shalih seperti malaikat yang dekat, nabi/rasul yang diutus, orang-orang shalih atau dari kalangan makhluk mati berupa patung-patung orang shalih yang sudah wafat, matahari, bulan, bintang, pohon, dan batu. Alloh menggambarkan kecintaan mereka dalam firman-Nya,

 وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَتَّخِذُ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَنْدَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللَّهِ وَالَّذِينَ آَمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ

 “Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah.”(QS. Al Baqarah: 165).

Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal menuliskan dalam salah satu artikelnya, “Allah Ta’ala menyebutkan keadaan orang musyrik di dunia dan akibat mereka di akhirat karena mereka telah membuat tandingan bagi Allah.

Mereka beribadah pada selain Allah bersama Allah. Mereka mencintai sesembahan mereka sebagaimana kecintaan mereka pada Allah. Padahal tidak ada ilah (sesembahan) yang berhak ditujukan ibadah kecuali pada Allah saja. Tidak ada sekutu dan tandingan bagi-Nya. Tidak ada pula yang berserikat dengan-Nya dalam hal ibadah.”

Kalimat “mereka mencintai sesembahan mereka sebagaimana kecintaan mereka pada Alloh” menunjukkan kepada kita bahwa disamping orang musyrikin Quraisy mencintai sesembahan selain Alloh, mereka juga mencintai Alloh. Maka tidaklah mungkin dikatakan sesuatu dicintai tanpa pengenalan kepada yang dicintainya tersebut.

 Kaum Musyrikin Quraisy Melakukan Beberapa Ibadah kepada Alloh

Bukti lain yang menunjukkan bahwa kaum musyrikin Quraisy telah mengenal Alloh adalah mereka masih menunaikan ibadah haji, bersedekah, dan banyak berdzikir kepada Alloh Ta’ala. Disebutkan dalam bulletin At-Tauhid, Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah menceritakan bahwasanya kaum musyrikin yang dihadapi oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang-orang yang rajin beribadah.

Mereka juga menunaikan ibadah haji, bersedekah, dan bahkan banyak berdzikir kepada Allah. Mengomentari hal ini Syaikh Shalih Al-Fauzan mengatakan bahwa kaum musyrikin Quraisy yang didakwahi oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah kaum yang beribadah kepada Allah, akan tetapi ibadah tersebut tidak bermanfaat bagi mereka karena ibadah yang mereka lakukan itu tercampuri dengan syirik akbar.

Sama saja apakah sesuatu yang diibadahi disamping Allah itu berupa patung, orang shalih, Nabi, atau bahkan malaikat.

Dan sama saja apakah tujuan pelakunya adalah demi mengangkat sosok-sosok tersebut sebagai sekutu Allah atau bukan, karena hakikat perbuatan mereka adalah syirik.

Demikian pula apabila niatnya hanya sekedar menjadikan sosok-sosok itu sebagai perantara ibadah dan penambah kedekatan diri kepada Allah. Maka hal itu pun dihukumi syirik.

Kaum Kafir Quraisy Ternyata Sangat Mengenal Allah

Jelaslah sekarang bagi kita bahwa kaum musyrikin Quraisy ternyata merupakan kaum yang sangat mengenal Alloh dengan baik, bahkan pengenalan mereka kepada Alloh jauh lebih baik dari pengenalan kebanyakan kaum muslimin yang hidup pada zaman ini dilihat dari beberapa sisi, yaitu:

  1. Kebanyakan kaum muslimin di zaman kita mencukupkan syarat disebut muslim jika telah meyakini Alloh sebagai pencipta alam semesta dan seisinya, meskipun meyakini pula adanya zat selain Alloh yang bisa mendatangkan rizki, manfaat lainnya, dan menolak madharat. Sedangkan kaum musyrikin Quraisy meyakini Alloh sebagai satu-satunya pencipta, zat yang menghidupkan dan mematikan, pemberi manfaat dan madharat, pengatur alam semesta, dan pemberi rizki.
  2. Sebagian kaum muslimin di zaman kita terjerumus dalam berdo’a kepada selain Alloh dalam kondisi lapang maupun sempit, sedangkan kaum musyrikin Quraisy hanya berdo’a kepada sesembahan selain Alloh dalam kondisi sempit.
  3. Kaum musyrikin Quraisy menjadikan berhala-berhala yang mereka sembah berupa patung orang-orang shalih yang sudah wafat, sedangkan sebagian kaum muslimin di zaman kita menjadikan kuburan sebagai sesembahan tanpa mempedulikan penghuni kuburnya orang shalih maupun fasik atau bahkan kafir.
  4. Kaum musyrikin Quraisy hanyalah menjadikan berhala-berhala mereka sebagai perantara untuk menyampaikan hajat dan permohonannya kepada Alloh, sedangkan sebagian kaum muslimin di zaman kita menjadikan penghuni kubur sebagai objek untuk diminta dan berdo’a langsung kepadanya, bukan lagi memohon kepada Alloh Ta’ala.

Kita berlindung kepada Alloh Ta’ala dari amalan syirik yang kita ketahui dan memohon ampunan kepada Alloh dari amalan syirik yang tidak ketahui.

Ditulis oleh Al Faqir ila Maghfirati Rabbihi,

Abu Qois Wasis El-Banjary

 

Referensi:

Image:

Menyusuri Jejak Ulama: Empat Hal Penting Sebelum Menulis

menulis

Empat Hal Penting Sebelum Menulis – Mereka yang mendahului kita dalam keshalihan dan ilmu, mereka yang pantas untuk dijadikan teladan. 

Bismillah. Alhamdulillah. Washalatu wassalamu ‘ala rasulillah.

Tulisan Yang Istimewa

Karya yang Bertahan Lama

Bayangkan di tahun ini –2023 Anda mendapatkan sebuah buku yang ditulis oleh seorang penulis, yaitu seorang teman SMA di tahun 2000. Membacanya tentu membangkitkan lagi memori lama. 

Anda terbayang tentang sang penulis, tentang kesehariannya, tentang hobinya menulis di masa tersebut. 

Dan ternyata setelah 20-an tahun lebih, buku itu masih ada.

Exciting sekali, bukan?

Atau kita temukan sebuah buku yang ditulis oleh seorang tokoh di negeri ini. 

Tokoh besar yang hidup di masa penjajahan. 

Beliau menulis sejarah dirinya, perjuangan di masa itu, suka duka yang dialaminya bersama keluarga serta bangsa ini. 

Tulisan yang berumur 70-an tahun lebih itu ternyata masih ada sampai sekarang, dan dipajang di sebuah etalase toko buku. 

Bagi para kutu buku, tentu karya tersebut bernilai dan merupakan sebuah karya yang istimewa.

Teruji oleh Waktu

Demikianlah, perjalanan waktu itu terkadang menjadi sebuah indikator penting dalam membentuk nilai berharga dari sebuah karya.

Semakin panjang usianya, semakin mahal harganya.

Semakin lama bertahan, semakin terlihat memang isinya bukan barang murahan.

Bagaimana pula jika karya tersebut berumur ratusan tahun.

Bagaimana pula jika sampai saat ini karya tersebut masih bertahan.

Bukan hanya bertahan, tapi masih dibaca.

Masih dinikmati, bahkan masih memberikan energi positif bagi para pembacanya.

Itulah karya para ulama kita.

Karya yang disusun pada masa tanpa teknologi secanggih saat ini.

Ditulis dengan perangkat sederhana.

Disimpan dengan media seadanya.

Namun tetap bertahan dan bercahaya.

Dengan sinar yang menembus batas waktu ratusan tahun lamanya.

Sebuah Karya Masterpiece

Al Imam dan Karyanya

Di antara karya-karya tersebut, ada sebuah masterpiece yang sampai saat ini terus dibaca, dibahas, digali ilmunya setelah ratusan tahun berlalu.

Usianya jauh lebih lama dari usia sang penulis yang hanya 40-an tahun saja.

Karya yang berjudul Riyadhush Shalihin, Tamannya Orang-orang Shalih, yang ditulis oleh seorang ulama besar yaitu Al Imam Abu Zakariya Yahya bin Syarf bin Muuri bin Hasan bin Husain, atau lebih terkenal dengan nama Al Imam An Nawawi rahimahullahu.

Sangat banyak keutamaan yang dijelaskan para ulama terkait karya ini. Dan sangat sedikit ruang yang tersedia untuk kita menuliskan keutamaan demi keutamaan tersebut.

Rahasia Keberkahan

Namun satu hal yang perlu kita perhatikan bersama –khususnya bagi Anda yang ingin membuat sebuah karya tulis, yaitu Kata Pengantar yang ditulis pada karya tersebut.

Mari kita simak sejenak Kata Pengantar itu dan kita nikmati bersama untuk dapat kita teladani sebagai bekal dalam menulis.

Beliau rahimahullahu mengawali karyanya dengan empat hal.

Silakan dapat melihat langsung karya tersebut pada tautan berikut:

https://app.turath.io/book/2348

Empat Hal Penting Sebelum Menulis

Pertama: Basmalah.

بسم الله الرحمن الرحيم

Dengan nama Allah, Ar Rahman, Ar Rahim.

Sebuah kalimat yang menunjukkan kebutuhan kita kepada Allah Rabbul ‘Alamin. 

Kebutuhan kita terhadap pertolongan dariNya.
Kebutuhan kita terhadap keberkahan yang ada pada sisiNya.

Kebutuhan kita secara mutlak kepadaNya, yang mana itu menunjukkan kelemahan kita.

Ya, kelemahan kita, saya, dan Anda.

Kita lemah.
Kita tidak akan mampu menggerakkan satu jari-pun untuk menuliskan satu huruf saja tanpa pertolonganNya.

Sebuah kalimat yang harus Anda letakkan di awal karya Anda.

Oleh karena itu perhatikanlah sebuah hadits yang dihasankan oleh Syaikh Ibnu Baz rahimahullah, yaitu:

كُلُّ كَلَامٍ أَوْ أَمْرٍ ذِي بَالٍ لَا يُفْتَحُ بِذِكْرِ اللهِ فَهُوَ أَبْتَرُ

Setiap perkataan atau urusan penting yang tidak dibuka dengan menyebut nama Allah maka dia terputus. https://islamqa.info/ar/146079 

Hadits yang menunjukkan keutamaan basmalah pada awal aktivitas –termasuk tulisan.

Yang akan mendatangkan kebaikan dan keberkahan.

Keberkahan yang ada pada Riyadhush Shalihin antara lain disebabkan hal tersebut, kalimat yang diucapkan oleh sang penulis, yang kita bersangka baik kepadanya bahwa Al Imam An Nawawi benar-benar tulus dalam mencantumkan hal tersebut di awal karyanya.

Sehingga keberkahan tersebut masih terjaga sampai hari ini.

Menjadikan perubahan pada jutaan bahkan mungkin milyaran manusia.

Dengan kebaikan dari penulisnya.

Yang menulis dengan hati tulus.

Dan benar-benar meminta kepadaNya, pertolongan dan bantuan agar karyanya menjadi sumber kebaikan.

Kedua: Hamdalah

الحمْدُ للهِ الواحدِ القَهَّارِ …

Cukup panjang pujian yang penulis sampaikan untuk Allah Rabbul ‘Alamin. Dengan menyebutkan nama-nama serta sifat-sifat Nya yang husna. Sempurna dalam kebaikan, sempurna dalam segala sisi.

 

Sebuah aktivitas yang merupakan level minimal dalam bersyukur, yaitu mengucapkannya dengan lisan.

Sebuah aktivitas yang merupakan penyebab datangnya tambahan nikmat. Sebagaimana rumus nikmat yang ada pada surah Ibrahim ayat 7

 لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ

“Jika kalian bersyukur maka akan Aku tambah”.

Kalimat Penambah Nikmat

Allah tidak hanya menyatakan bahwa nikmat itu akan bertahan, bahkan Allah menjanjikan bahwa nikmat itu akan bertambah.

Dan inilah di antara sebab kebaikan pada karya tersebut. Kebaikan pada Riyadhush Shalihin.

Karena sang penulis menyampaikan syukurnya dengan ketulusan.

Syukur yang bukan basa-basi.

Syukur yang bukan rutinitas semata.

Kalimat inipun menunjukkan bahwa hanya Allah sajalah yang berhak mendapatkan pujian.

Sebesar apapun karya dan kontribusi yang telah diberikan, hanya Allah saja tempat kembalinya segala kebaikan.

Menulis dengan Tulus, Tidak Basa Basi

Al Imam An Nawawi rahimahullahu pun tidak asal-asalan dalam mengucapkan kalimat ini.

Jika itu hanya basa-basi, maka tidak akan berfaedah. Tidak akan memberikan dampak kebaikan yang banyak dan jangka panjang.

Beliau membuktikan itu semua dengan perkataan beliau,

لا أجعل في حل من لقبني محي الدين

Aku tidak halalkan bagi orang yang menjulukiku “muhyidin”. 

Sabilul Muhtadin, hlm 5. https://app.turath.io/book/23?page=4 

Beliau –saking hebatnya dalam berkarya, dijuluki dengan muhyidin, sang penghidup agama.
Jadi seakan-akan agama itu mati, dan beliau hidupkan kembali.

Sebuah gelar yang luar biasa, lebih dari sekedar Lc, Dr, maupun Prof.

Namun beliau tidak menyukai gelar tersebut.

Beliau sangat memahami bahwa yang berhak untuk diberikan pujian adalah Allah Rabbul ‘Alamin.

Maka hendaknya kita pun melatih diri untuk dapat mengucapkan kalimat ini dari lubuk hati.

Mengucapkannya dengan penuh kesadaran.

Mengucapkannya tanpa kelalaian.

Mengucapkannya dan berusaha memenuhi konsekuensinya.

Yaitu tidak berharap pujian dari manusia, dan berusaha menggunakan setiap nikmat untuk beramal taat.

Ketiga: Syahadat

وأَشْهَدُ أَنْ لا إِلَهَ إِلا اللهُ البَرُّ الكَرِيمُ…

وأشهَدُ أَنَّ سَيَّدَنا مُحمّدًا عَبدُهُ ورَسُولُهُ…

Ini juga merupakan hal penting dalam mengawali tulisan.

Mempersaksikan diri bahwa tidak ada sesembahan yang berhak untuk diibadahi kecuali hanya Allah saja.

Serta mempersaksikan diri bahwa tidak ada jalan untuk dapat beribadah kepadanya kecuali dengan apa yang disyariatkan olehNya melalui Muhammad, hamba dan utusanNya.

Pintu gerbang masuk ke dalam Islam.

Kalimat agung luar biasa yang kita ucapkan setiap hari, minimal dalam tasyahud.

Sehingga kita diingatkan bahwa Allah sajalah yang berhak disembah, tidak ada yang lainnya.

Tidak ada penyembahan kepada Malaikat.

Tidak ada penyembahan kepada Nabi.

Tidak ada penyembahan kepada kubur-kubur siapapun.

Bahkan tidak ada penyembahan kepada hewan atau patung-patung.

Keempat: Shalawat

صَلَوَاتُ اللهِ وسَلامُهُ عَليهِ…

Sebagai adab yang mulia kepada sang Nabi ﷺ yang mulia.

Makna shalawat kita kepada beliau adalah mendoakan sang Nabi dengan keselamatan. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Al Imam Muhammad bin Abdul Wahhab dalam karya beliau Syuruth Shalat. https://app.turath.io/book/11266 

Pada hakikatnya ucapan ini akan kembali kepada orang yang melantunkannya. Sebagaimana sabda sang Nabi,

مَنْ صَلَّى عَلَىَّ وَاحِدَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ عَشْرًا

Shalawat yang di dalamnya mengandung doa kebaikan dan keselamatan, akan Allah balas kepada pelakunya dengan balasan sepuluh kali lipat.

Sehingga memperbanyak ucapan ini akan memperbanyak turunnya rahmat kepada kita.

Mengikat Ilmu dengan Menulis

Inilah sebuah karya yang berhasil bertahan dalam masa ratusan tahun.

Di dalamnya pelajaran dan rahasia keberkahan terkandung.

Sepantasnya bagi orang yang berakal untuk tidak melewatkan begitu saja.

Karena dia bagaikan permata yang sangat bernilai harganya.

Mintalah pertolongan kepada Allah.

Tuluslah dalam memuji Allah.

Perkuat syahadat.

Perbanyak shalawat.

Wa shalallahu ‘alaa nabiyyinaa muhammad. Walhamdulillahi rabbil ‘alamin.

 

Referensi

Keyword: 

Menulis, Jejak Ulama, Nikmat, Riyadhush Shalihin, Keberkahan, Tips Menulis, Rahasia Keberhasilan

10 Masjid Terbaik untuk Hijrah di Yogyakarta

masjid terbaik hijrah yogyakarta

Masjid Terbaik untuk Hijrah di Yogyakarta – Teman-teman, setuju nggak kalau tempat terbaik untuk memulai hijrah adalah masjid?

Kita temui orang-orang yang hijrah semakin sering mengunjungi masjid, di mana di rumah Allah itulah ia dapat merasakan ketenangan jiwa, beristirahat sejenak dari kehidupan dunia yang kadang melalaikan.

Orang yang hijrah biasanya akan lebih merasakan kedamaian dan ketenangan jiwa karena telah menyadari bahwa dunia ini hanyalah sementara, akhiratlah yang kekal abadi.

Mengunjungi masjid secara otomatis akan membuat iman kita meningkat. Dorongan untuk menjadi insan yang lebih baik pun muncul. Ketika berada di rumah-Nya lah kita merasa sangat dekat dengan Sang Pencipta.

Masjid kini tidak hanya ramai ketika jam-jam sholat saja, melainkan juga ketika diadakan majelis ilmu. Banyaknya pemuda yang berhijrah turut membawa dampak baik yaitu semakin memakmurkan masjid.

Kota Yogyakarta juga termasuk kota yang mengalami kenaikan tingkat pemuda hijrah yang cukup pesat. Di Kota Pelajar ini, antusiasme pelajar hingga masyarakat umum terhadap kajian di masjid-masjid tergolong baik.

Bagi kamu khususnya yang tinggal di Kota Yogyakarta, terdapat banyak masjid yang dapat membantumu untuk berhijrah. Di bawah ini telah kami rangkum 10 masjid terbaik untuk hijrah di Kota Yogyakarta:

1. Masjid Pogung Dalangan (MPD)

masjid pogung dalangan
Gambar: http://yonoyoyes.blogspot.com

Masjid yang terletak di daerah Pogung Dalangan ini identik dengan mahasiswa dan mahasiswi yang menimba ilmu agama sembari kuliah di universitas umum. Mereka biasa disebut ‘mahasantri’.

Di masjid ini, kita akan bertemu dengan banyak mahasiswa dari berbagai universitas di Yogyakarta. Terutama pada saat kajian dan juga dauroh. Maka bagi kamu yang sedang mencari teman hijrah, di masjid ini kamu akan menemukannya.

Salah satu kajian rutin yang selalu dipadati oleh jamaah di masjid ini adalah kajian yang dibawakan oleh Ustadz Abduh Tuasikal, ST, M.Sc setiap hari Kamis pukul 16.00 – 20.00 WIB.

Tidak hanya itu saja, dauroh akbar yang diadakan oleh Yayasan Indonesia Bertauhid sebulan sekali juga selalu dipadati hingga ribuan orang. (IG: https://www.instagram.com/indonesiabertauhidofficial/)

Ustadz-ustadz yang rutin mengisi kajian di masjid ini adalah ustadz yang sangat berkompeten di bidang keilmuannya, antara lain:

  • Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal, ST, M.Sc hafizhahullahu
  • Ustadz Aris Munandar, SS, M.P.I hafizhahullahu
  • Ustadz Ammi Nur Baits, ST, BA hafizhahullahu
  • Ustadz Muhammad Rezki Hr, PhD hafizhahullahu
  • Ustadz Hasim Ikhwanudin, S.Ars hafizhahullahu
  • Ustadz dr. Raehanul Bahraen, Sp.PK. hafizhahullahu
  • Ustadz Sulaiman Rasyid hafizhahullahu
  • dan lain-lain

Hingga kini MPD terus menambah kapasitas jumlah tampungan jamaahnya. Masjid yang awalnya hanya mempunyai 1 lantai tersebut sekarang telah direnovasi menjadi bertingkat 3 lantai.

Pembangunan Rumah Tahfizh MPD juga masih dilakukan. Rumah Tahfizh MPD tersebut nantinya akan terbuka untuk mahasiswa maupun masyarakat umum yang ingin menghafal Al-Qur’an.

Apabila kalian mempunyai Instagram, follow akun MPD berikut ini untuk mendapatkan informasi kajian paling update: https://www.instagram.com/masjidpogungdalangan/

2. Masjid Pogung Raya (MPR)

Gambar: Google View

Berlokasi di kampung Pogung, Sleman, MPR berada sangat dekat dengan MPD. Keberadaan dua masjid ini (MPD dan MPR) membuat kawasan Pogung dikenal dengan sebutan ‘Pogung Kampung Hijrah’.

Kegiatan di MPR tidak jauh berbeda dengan di MPD. Kajian rutin di MPR mayoritas diisi oleh Ustadz Afifi Abdul Wadud, BA hafizhahullahu dan Ustadz Aris Munandar hafizhahullahu.

Follow Instagram Masjid Pogung Raya dengan mengklik link berikut ini agar tidak ketinggalan informasi kajian ter-update, ya! https://www.instagram.com/masjidpogungraya/

3. Masjid Al-‘Ashri Pogung Rejo

masjid al-'ashri
Gambar: muslim.or.id
masjid al-'ashri
Gambar: allevents.in

 

 

 

 

 

 

 

Masih bertempat di lingkungan Pogung, Masjid Al-Ashri menjadi salah satu masjid hijrah terutama untuk para mahasantri menimba ilmu syar’i.

Ma’had Al-‘Ilmi Yogyakarta dan Yayasan Pendidikan Islam Al-Atsari (YPIA) rutin menyelenggarakan kajian untuk para mahasantri dan juga masyarakat umum di masjid ini.

Masjid Al-‘Ashri merupakan salah satu masjid di Kota Yogyakarta yang kegiatan dakwahnya berlandaskan Al-Qur’an dan As Sunnah dengan pemahaman salafusshalih.

Di masjid ini akan kita temui banyak teman-teman pemuda dan pemudi yang memiliki semangat tinggi dalam mempelajari ilmu agama.

Mereka merupakan generasi muda yang tidak hanya pandai dalam masalah ilmu dunia saja, akan tetapi juga memiliki ilmu agama yang baik sesuai pemahaman para sahabat, tabi’in, tabi’ut, serta tabi’ut tabi’in.

Berikut adalah link Instagram Masjid Al-‘Ashri Yogyakarta: https://www.instagram.com/masjidalashri/ di-follow, ya!

4. Masjid Al-Huda Kumpulrejo

masjid terbaik hijrah yogyakarta
Gambar: https://web.facebook.com/masjidalhudajogja/

Salah satu kajian rutin di Masjid Al-Huda Kumpulrejo ini ada setiap Rabu pagi pukul 07.30 – 08.30 WIB membahas Kitab Syarh Nawaqidhul Islam (Pembatal-pembatal Keislaman).

Masjid ini juga menjadi salah satu tempat diadakannya kegiatan Aishah (Akademi Shalihah), yaitu sekolah informal yang mempersiapkan perempuan untuk menjadi seorang istri dan ibu.

Masjid Al-Huda berlokasi di Gg. Pandega Mandala, Manggung Caturtunggal, Kec. Depok, Kab. Sleman, DI Yogyakarta.

Saat ini Masjid Al-Huda Kumpulrejo belum memiliki akun resmi Instagram.

5. Masjid Al-Ikhlas Karangbendo

Gambar: Google View

Masjid Al-Ikhlas Karangbendo berlokasi di sebelah utara Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (UGM). Masjid ini sangat mudah diakses oleh semua orang, terutama mahasiswa Klaster Agro UGM.

Ustadz yang rutin mengisi kajian di masjid ini antara lain:

  • Ustadz Afifi Abdul Wadud, BA hafizhahullahu
  • Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal, ST, M.Sc hafizhahullahu
  • Ustadz Yulian Purnama, S.Kom hafizhahullahu
  • Ustadz Ristiyan Ragil, MT hafizhahullahu

6. Masjid Al-Muqtashidin (Fakultas Bisnis dan Ekonomi UII)

Gambar: Google View

Kalau kamu anak Fakultas Bisnis dan Ekonomi UII, pastinya kamu tahu dong masjid ini. Tapi kamu tahu juga nggak kalau di masjid ini ada cukup banyak kajian rutinnya?

Masjid Al-Muqtashidin termasuk salah satu masjid yang sangat cocok untuk pemuda hijrah yang sedang menimba ilmu syar’i sambil berkuliah.

Eitss, kajian-kajian di masjid ini tidak hanya diperuntukkan bagi mahasiswa UII saja loh, tapi terbuka juga untuk mahasiswa kampus lain dan masyarakat umum.

Masjid Al Muqtashidin saat ini juga mengadakan sebuah program yang dinamakan Naseeha Project, yaitu kajian terstruktur yang diperuntukkan bagi pemuda pemudi yang akan menikah agar memiliki bekal ilmu pra nikah yang cukup. (IG: https://www.instagram.com/naseehaproject/)

Nah, untuk mendapatkan informasi mengenai kajian yang diselenggarakan di masjid FBE UII ini, follow aja akun Instagramnya berikut: https://www.instagram.com/masjidalmuqtashidin/ karena informasinya sangat update.

7. Masjid Agung Sleman

Gambar: Google View

Masjid terbaik untuk hijrah di Yogyakarta yang selanjutnya adalah Masjid Agung Sleman. Masjid ini berlokasi di Jl. Parasamya, Kel. Tridadi, Kecamatan Sleman Yogyakarta. Teman-teman juga bisa mencarinya di Google Maps: http://www.bit.ly/masjidagungsleman

Beberapa ustadz terkenal sudah pernah mengisi tabligh akbar di masjid ini, antara lain:

  • Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas hafizhahullahu
  • Ustadz Subhan Bawazier hafizhahullahu
  • Ustadz Dr. Firanda Andirja, Lc., MA hafizhahullahu

8. Masjid Suciati Saliman

masjid suciati saliman
Gambar: http://www.jetranirezadias.com/
masjid terbaik hijrah yogyakarta
Gambar: http://www.jetranirezadias.com/

 

 

 

 

 

 

 

Terkenal akan kemewahan dan kemegahan arsitekturnya, Masjid Suciati Sleman juga tak ketinggalan menyelenggarakan kajian-kajian sunnah yang menarik, loh! Masjid Suciati memiliki desain yang dibuat mirip dengan Masjid Nabawi di Madinah.

Masjid ini diberi nama seperti nama orang yang membangunnya, yaitu Ibu Suciati. Beliau adalah seorang pengusaha dan bertekad kuat untuk dapat mewujudkan mimpinya membangun masjid yang dijuluki ‘Masjid Nabawi Cantik dari Sleman’ tersebut.

Salah satu kajian rutin di masjid ini adalah Kajian Fiqh membahas Kitab Bulughul Maram bersama Ustadz Ammi Nur Baits, ST, BA hafizhahullahu setiap Kamis ba’da dzuhur.

9. Masjid Jamilurrahman As-Salafy

Gambar: Google View

Kalian pasti tahu Ustadz Dr. Firanda Andirja, Lc., MA hafizhahullahu, kan? Beliau dulunya pernah menimba ilmu di sini sebelum melanjutkan studinya ke Madinah dan menjadi pengajar tetap di Masjid Nabawi Madinah.

Masjid ini terletak di dalam Komplek Ponpes Jamilurrahman As-Salafy, yang berlokasi tepatnya di Glondong, Wirokerten, Kecamatan Banguntapan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Sebagai salah satu masjid salaf tertua di Yogyakarta, Masjid Jamilurrahman telah mencetak banyak generasi penghafal Qur’an dan ustadz.

Ponpes Jamilurrahman sendiri merupakan pusat belajar ilmu-ilmu syar’i di mana terdapat:

  • Madrasah Ibtidaiyah Tahfizhul Qur’an (MITQ) Jamilurrahman (untuk ikhwan dan akhwat) –> setingkat SD
  • MTs Jamilurrahman (untuk ikhwan dan akhwat) –> setingkat SMP
  • MA Jamilurrahman (untuk ikhwan dan akhwat) –> setingkat SMA
  • Ma’had Jamilurrahman (untuk ikhwan dan akhwat) –> setingkat lulus SMA

Jamilurrahman As-Salafy memiliki akun Instagram: https://www.instagram.com/mahadjamilurrahman/ serta channel Youtube bernama Majas TV.

Dapatkan informasi paling update seputar penerimaan santri baru Ma’had Jamilurrahman pada website berikut: http://jamilurrahman.net/

10. Masjid Abdurrahman Bin Auf (MABA)

Gambar: KlikSunnah TV
Gambar: Dwi Sri Wahyuningsih

 

 

 

 

 

 

Meskipun masih tergolong baru, takmir Masjid Abdurrahman Bin Auf atau yang biasa disingkat MABA ini sudah aktif menyelenggarakan kajian-kajian sunnah bahkan sejak bangunannya masih dalam tahap pengerjaan, loh.

Jamaah yang hadir juga selalu lumayan ramai. Panitia kajian pun sudah profesional dalam mengatur berjalannya suatu kajian.

Ciri khas masjid ini yaitu tempat parkir yang terpisah antara parkiran ikhwan dan parkiran akhwat. Selain itu, setiap selesai kajian pasti takmir atau panitia kajian mempersilakan jamaah akhwat yang keluar terlebih dahulu.

Hal tersebut dilakukan untuk meminimalisir terjadinya ikhtilath saat pembubaran kajian. Keren, ya… Semoga bisa diimplementasikan juga oleh semua masjid.

Oh ya, lokasi masjid ini memang agak jauh dari Kota Yogyakarta, karena letaknya di kawasan Desa Wisata Kasongan, Bantul, DI Yogyakarta. Namun begitu, masjid ini masih cukup terjangkau, kok. Masjid ini juga dibina langsung oleh Ustadz Muhammad Romelan, Lc, M.Ag hafizhahullahu.

Apabila guru kita Ustadz Dr. Firanda Andirja, MA hafizhahullahu yang mengajar di Madinah sedang pulang ke Indonesia dan berkunjung ke Yogyakarta, biasanya beliau juga akan mengisi kajian akbar di masjid ini.

Dapatkan informasi kajian update di Instagramnya: https://www.instagram.com/masjidmaba/ serta informasi seputar profil dan program MABA di websitenya: https://abdurrahmanbinauf.or.id/

Penutup

Demikianlah rangkuman singkat kami mengenai 10 Masjid Terbaik untuk Hijrah di Yogyakarta. Semoga Allah ‘azza wa jalla senantiasa memudahkan dan merahmati langkah kita dalam berhijrah. Aamiin.

Baca juga: Meraih Nikmatnya Keberkahan di Atas Sunnah

Menjaga Nikmat di Negeri yang Damai

Nikmat Aman Adalah Salah Satu Nikmat Terbesar di Indonesia

Berikut sedikit renungan bagi kita bahwa nikmat kita sekarang sangat banyak, nikmat sehat dan yang paling penting nikmat rasa aman dan kondusif.

Nikmat yang paling nikmat adalah adanya rasa aman, oleh karena itu Allah menyebutkan bahwa ujian yang disebutkan pertama kali adalah ujian rasa takut (yang sedikit), sebagaimana yang disebutkan dalam firman Allah Ta’ala,

“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit [1] ketakutan, [2] kelaparan, [3]kekurangan harta, [4] jiwa, dan buah-buahan”. (al-Baqarah: 155)

Rasa Aman lebih baik dari nikmat sehat dan waktu luang. Ar-razir rahimahullah berkata,

“Sebagian ulama ditanya, apakah rasa aman lebih baik dari kesehatan? Maka jawabannya rasa aman labih baik. Dalilnya adalah seandainya kambing kakiknya patah maka akan sembuh beberapa waktu lagi. Kemudian seandainya kambing diikat pada usatu tempat dekat dengan serigala, maka ia tidak akan makan sampai mati. Hal ini menunjukkah bahwa bahaya yang akibat rasa takut lebih besar daripada rasa sakit di badan.” (Tafsri al-Kabir 19/107)

Hendaknya kaum muslimin selalu menjaga rasa aman ini dan menjaga agar suasana selalu kondusif.

Kita tidak ingin ada darah yang tertumpah, anak-anak menjadi yatim dan para wanita menjadi janda.

Perlu kesabaran dan bimbingan para ulama ketika terjadi fitnah atau ujian yang menimpa kaum muslimin

Kita harus banyak bersyukur karena semua nikmat ini ada pada diri kita, karena ada tiga pokok kenikmatan yaitu sehat, aman dan ada makanan.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Barangsiapa di antara kamu masuk pada waktu pagi dalam keadaan [1] sehat badannya,[2] aman pada keluarganya, dia [3]memiliki makanan pokoknya pada hari itu, maka seolah-olah seluruh dunia dikumpulkan untuknya.” (HR. Ibnu Majah, no: 4141, Shahih Al-Jami’ush Shaghir no. 5918)

Semoga Allah menjaga kaum muslimin dan menjaga keamanan dan kestabilan negara kita.

#indonesiabertauhid

di Yogyakarta Tercinta

Penyusun: Raehanul Bahraen

 

Source: muslim.or.id