Ficky Septian Ali Seorang Suami, Blogger, Penulis Paruh Waktu, Storyteller, Pemuda Hijrah dan Banyak Lagi.

TIADA HIJRAH TANPA UJIAN

3 min read

Ujian Hijrah

Sudah Benarkah Niat Hijrahku?

Ujian Untuk Seseorang yang Berhijrah

Ujian Hijrah – Teman-temanku yang di rahmati Allah SWT, apakah niatmu untuk berhijrah semata-mata hanya untuk Allah semata? Atau untuk hal lain? Jika bukan karena Allah, maka segeralah perbaiki niatmu itu.

“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya. Dan setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya untuk Allah dan Rasul-Nya. Siapa yang hijrahnya karena mencari dunia atau karena wanita yang dinikahinya, maka hijrahnya kepada yang ia tuju”. (HR. Bukhari No. 1 dan Muslim No. 1907)

Sejak seseorang memutuskan untuk berhijrah, setiap harinya ujian demi ujian datang mencoba untuk menggugurkan niat hijrah kita.

Ada banyak orang yang kaya, kemudian ia berhijrah. Allah jadikan hidupnya sederhana. Orang-orang mungkin akan menganggap bahwa si fulan menjadi miskin setelah berhijrah. Jika benar, maka itu ujian dari Allah untuk si fulan. Jika tidak, mungkin dari kesederhanaan itu Allah berikan ia kebahagian.

Ada seseorang pemabuk, kemudian ia berhijrah. Allah jadikan ia selalu ada pada shaf pertama sholat wajib di Masjid.

Lalu apa yang terjadi pada pemuda itu?

Teman-temannya menghujatnya. Setiap hari cobaan datang kepada pemuda itu. Cacian, makian dan lainnya adalah hal biasa baginya.

Apa yang akan terjadi selanjutnya terserah pada pemuda itu. Apakah ia akan tetap istiqomah dengan hijrahnya atau tidak.

Dan semua itu tergantung kepada niat hijrahnya. Jika hanya karena Allah semata, maka Allah akan membantunya untuk tetap pada jalan yang benar.

(Baca juga: Keutamaan Mengajarkan Tauhid Untuk Anak)

Kemudian ada seorang pebisnis yang berhijrah meninggalkan riba. Bisnis perbankan yang telah menghidupinya dan keluarganya ia tinggalkan. Lalu ia berdagang. Berjualan jajanan anak-anak, batagor.

Lalu apa yang terjadi pada pebisnis itu?

Ia bahagia. Allah telah jadikan hidupnya sederhana. Allah jadikan ia manusia yang lebih banyak bersyukur.

Namun, apa yang tidak katakan orang-orang di sekitar pebisnis itu?

“Aneh, gaji besar dan kerjaannya gampang kok ditinggalin.” Kata mereka.

Bahkan tak sedikit yang mengatakan pebisnis itu bodoh.

Itulah cobaan.

Bisa saja seseorang yang berhijrah terlihat jadi miskin, namun sebenarnya tidak.

Bisa saja seseorang yang berhijrah hidupnya terlihat makin susah, namun sebenarnya tidak.

 

Ujian Setelah Hijrah

Seseorang yang berhijrah harus yakin. Bahwa sesungguhnya ketika kita meninggalkan keburukan, Allah akan menggantikan kita dengan hal yang lebih baik.

Tidak peduli orang berkata apa. Biarkan saja!

Allah berfirman,

أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ

“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi?” (QS. Surat Al-‘Ankabut: 2)

Allah menguji setiap manusia. Baik sebelum maupun sesudah ia berhirah. Bisa jadi setelah seseorang berhijrah, Allah permudah segala urusan hidupnya. Ada pula yang setelah seseorang berhijrah, Allah tambah ujian dalam hidupnya.

Tetapi apa yang diberikan dari Allah kepada hambanya yang beriman, pastilah sesuatu yang terbaik baginya.

Allah memberikan ujian kepada hambanya pun sesuai dengan kemampuan orang tersebut. Dan Allah selalu memberikan solusi dari ujian yang didatangkan kepada orang tersebut. Asal kita mau mendekat kepada Allah.

Ujian datang dari Allah, solusinya pun datang dariNya.

Iman seseorang setelah berhijrah itu sama seperti pohon yang diterjang angin. Semakin tinggi pohon tersebut, semakin kencang pula angin yang menerjangnya.

Jika ia kuat, maka ia akan tumbuh lebih tinggi lagi. Tapi jika ia lemah, maka hancurlah ia diterjang angin tersebut.

Ketika seseorang berhijrah, putuskanlah dengan niat yang ikhlas karena Allah. Semata hanya karena Allah SWT.

 

Jangan Pernah Berbalik Arah!

Ketika kamu telah memutuskan berhijrah ke jalan Allah, maka jangan pernah sekali-kali kamu berbalik arah. Kamu telah berada di jalan yang benar, jalan yang lurus.

“Ketika engkau sudah berada di jalan yang benar menuju Allah, maka berlarilah. Jika sulit bagimu, maka berlari kecillah. Jika kamu lelah, berjalanlah. Jika itu pun tidak mampu, merangkaklah. Namun, jangan pernah berbalik arah atau berhenti.” (Imam As-Syafi’i)

Hijrah ini tidak mudah. Memutuskannya pun sangat sulit. Kita harus bersyukur apabila Allah berikan kepada kita hidayah yang besar. Hingga akhirnya kita bisa memutuskan untuk berhijrah. Meskipun ada banyak ujian yang menghalangi jalan hijrah, kita tidak boleh menyerah dan berbalik arah.

Berlarilah Menuju Jalan Allah

Sebanyak tujuh belas kali dalam sehari, di setiap raka’at shalat wajib kita, kita memohon petunjukNya.

Hampir setiap hari, kita telah meminta petunjuk kepada Allah.

اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ

Tunjukilah kami jalan yang lurus. (QS. Al-Fatihah: 6)

Berbahagialah kawan dengan hidayah yang Allah berikan kepadamu dan jangan biarkan hidayah itu berlalu darimu.

Mintalah selalu kekokohan dan keistiqamahan di atas iman kepada Dzat Yang Maha Mengabulkan doa.

Teruslah mempelajari agama Allah.

Hadirilah selalu majelis ilmu. Dekatlah dengan ulama, cintai mereka karena Allah.

Bergaullah dengan orang-orang shalih dan jauhi orang-orang buruk yang membuatmu kembali ke masa lalu, mengganggu keistiqomahanmu di atas agama serta membuatmu terpikat dengan dunia.

Semua ini sepantasnya engkau lakukan dalam upaya menjaga hidayah yang Allah anugerahkan kepadamu.

(Baca juga: Bagaimana Cara Memilih Pemimpin Terbaik Untuk Indonesia?)

 

Cobaan Dalam Berhijrah

Satu lagi yang penting, jangan engkau jual agamamu karena menginginkan dunia, karena ingin harta, tahta, dan karena cinta kepada lawan jenis.

Sekali-kali janganlah engkau kembali ke belakang. Kembali kepada masa lalu yang suram karena jauh dari hidayah dan bimbingan agama.

Sadarilah kawan bahwa hidayah adalah anugerah Allah yang teragung dan terindah. Bila kita diperintahkan untuk mensyukuri nikmat-nikmat Allah, maka nikmat hidayah adalah yang paling harus kita syukuri. Syukur dengan ucapan, perbuatan dan pengakuan bahwa nikmat itu datang dari Allah.

Adapun seorang yang semula ia berjalan di atas kebenaran tersebut, berada di dalam hidayah, namun kemudian ia futur (patah semangat, tidak menetapi kebenaran lagi, red.) dan lisan halnya mengatakan ‘selamat tinggal kebenaran’? Wallahul Musta’an. Sungguh setan telah berhasil menipu dan mengempaskannya ke jurang yang sangat dalam.

Ya Allah, wahai Dzat Yang Membolak-balikkan hati tetapkanlah hati kami di atas agama-Mu, di atas ketaatan kepada-Mu. Amin ya Rabbal ‘alamin.

Wallahu a’lam bish-shawab.

 

Salam hangat,

Ficky Septian Ali

 

Referensi: Indonesia Bertauhid Official

 

Ficky Septian Ali Seorang Suami, Blogger, Penulis Paruh Waktu, Storyteller, Pemuda Hijrah dan Banyak Lagi.