Abu Qoiz PNS di Badan Riset dan Inovasi Nasional dan Staf pengajar mata pelajaran Siroh dan Pendidikan Agama Islam di kelas VI SD Islam Al-Qudwah, Kompleks Ma’had Jamilurrahman As-Salafy Yogyakarta.

Kafir Quraisy dan Orang Musyrik di Zaman Jahiliyyah Ternyata Mengenal Allah

6 min read

manhaj salaf

Benarkah Kaum Musyrikin Quraisy Tidak Mengenal Allah?

Persepsi yang Salah Tentang Kaum Musyrikin Quraisy

Telah terpatri dalam persepsi kita sejak kecil bahwa kaum musyrikin Quraisy adalah kaum penyembah berhala yang bodoh, sehingga zaman dimana mereka hidup disebut dengan zaman jahiliyyah.

Terngiang pula di telinga kita penjelasan para “guru ngaji” bahwa kebodohan mereka ini disebabkan penyembahan kepada patung yang jelas-jelas merupakan benda mati yang tidak mungkin bisa menciptakan dan mengabulkan permintaan mereka.

Apatah lagi tatkala disebutkan kisah dimana mereka sampai memakan sesembahannya yang terbuat dari tepung terigu akibat rasa lapar yang menghampiri mereka.

Sumber ilmu yang kita warisi sejak kecil tersebut menggambarkan kepada kita bahwa kaum musyrikin Quraisy tidaklah mengenal Alloh sama sekali dan ini membangun pola pikir kita hingga dewasa, sampai kita terhenyak saat mendapati penjelasan ustadz bermanhaj salaf ketika mengetengahkan sebagian ayat dari ayat-ayat Al-Qur’an seperti tersebut dalam firman-Nya, 

وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ

 “Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka, ‘Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?’ Tentu mereka akan menjawab, ’Allah’.” (QS. Luqman [31]: 25)

 atau dalam firman Alloh lainnya,

قُلْ مَنْ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ أَمَّنْ يَمْلِكُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَمَنْ يُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَيُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ وَمَنْ يُدَبِّرُ الْأَمْرَ فَسَيَقُولُونَ اللَّهُ فَقُلْ أَفَلَا تَتَّقُونَ

 “Katakanlah, ’Siapakah yang memberi rizki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup, dan siapakah yang mengatur segala urusan?’ Maka mereka akan menjawab, ’Allah.’ Maka katakanlah, ’Mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya?’” (QS. Yunus [10]: 31)

 Kaum Musyrikin Quraisy Mengenal Rububiyyah Alloh

Apa yang ada di benak kita ketika pertama kali mendapati makna ayat-ayat ini?

Pernahkah kita berpikir tentang siapa yang dimaksud dengan “mereka” saat membaca arti dari ayat-ayat tersebut?

Lalu apa yang kita rasakan tatkala mendapatkan jawaban dari pertanyaan tersebut dari  para ustadz bermanhaj salaf dimana yang dimaksud dengan “mereka” ternyata adalah kaum musrikin Quraisy?

Jawabannya mungkin hanya satu, yakni seolah-olah kita baru menyadari bahwa ternyata ada ayat-ayat Al-Qur’an yang menjelaskan tentang hakikat siapa sebenarnya kaum musyrikin Quraisy.

Kaum yang kita kira sebagai kaum yang sama sekali tidak mengenal Alloh sehingga mereka menjadikan berhala-berhala sebagai Tuhan, ternyata justru merupakan kaum yang sangat mengenal Alloh.

Dan ini juga menjawab pertanyaan di masa kecil kita saat membaca kisah para nabi dan rasul dari komik-komik yang beredar dimana kaum musyrikin Quraisy dalam komik-komik tersebut sering menyebut “Demi Alloh” dalam ungkapan sumpah-sumpah mereka.

Penjelasan Ulama Tentang Kaum Musyrikin Quraisy

Simaklah penjelasan Syaikh As Sa’di saat menafsirkan surat Luqman ayat 25 yang semakin memperjelas siapakah yang dimaksud “mereka” dalam ayat tersebut, “Maksudnya, “Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka,” yaitu kamu bertanya kepada kaum musyrikin yang mendustakan kebenaran, “Siapakah yang menciptakan langit dan bumi,” tentu mereka mengetahui bahwa berhala-berhala mereka sama sekali tidak menciptakan hal itu, dan tentu mereka segera mengatakan, “Allah” semata yang menciptakan keduanya.

Maka “katakanlah” kepada mereka dengan nada mematahkan hujjah atas mereka dengan argumen yang mereka akui atas apa yang mereka ingkari, “Segala puji bagi Allah,” yang telah menjelaskan nur (cahaya) dan menampakkan dalil terhadap kalian dari kalian sendiri.

Maka kalau mereka mengetahui, tentu mereka memastikan bahwa yang Esa (dengan penciptaan dan pengaturan alam semesta ini), Dia-lah yang diesakan dengan ibadah dan tauhid.

Akan tetapi, “kebanyakan mereka tidak mengetahui,” maka dari itu mereka mempersekutukan-Nya dengan yang lain, dan mereka rela dengan kotradiksi keyakinan yang mereka anut dengan kebimbangan dan keraguan, bukan dengan dasar ilmu pengetahuan yang mendalam.” 

Berdasarkan penjelasan dari Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di tersebut, kita mengetahui ternyata kaum musrikin Quraisy telah mengenali Alloh Ta’ala sebagai pencipta langit dan bumi. Bahkan lebih jauh dijelaskan dalam surat Luqman ayat 25 bahwa kaum musyrikin Quraisy telah mengenali Alloh sebagai pemberi rejeki, zat yang menghidupkan dan mematikan, dan pengatur alam semesta ini.

Semakin jelaslah bagi kita bahwa mereka benar-benar telah mengenali Alloh dengan baik sebagai Rabb mereka. Jauh panggang dari api dengan anggapan kita selama ini yang ternyata berbeda seratus delapan puluh derajat. 

Kaum Musyrikin Quraisy Berdo’a Kepada Alloh dalam Kondisi Sempit

Pengenalan kaum musyrikin Quraisy terhadap Alloh tidak berhenti sampai di situ. Tidak hanya sebatas pengakuan semata terhadap eksistensi Alloh sebagai pencipta, pengatur, pemberi rizki, zat yang menghidupkan dan mematikan.

Namun, mereka juga mengakui bahwa Allohlah yang kuasa mendatangkan mudharat atau musibah, sehingga tatkala menghadapi kesulitan, merekapun berdoa dan meminta tolong hanya kepada Alloh Ta’ala semata. Hal ini digambarkan dalam firman-Nya,

وَإِذَا مَسَّكُمُ الضُّرُّ فِي الْبَحْرِ ضَلَّ مَنْ تَدْعُونَ إِلَّا إِيَّاهُ فَلَمَّا نَجَّاكُمْ إِلَى الْبَرِّ أَعْرَضْتُمْ وَكَانَ الْإِنْسَانُ كَفُورًا

“Dan apabila kamu ditimpa bahaya di lautan, niscaya hilanglah siapa yang kamu seru kecuali Dia.  Maka tatkala Dia menyelamatkan Kamu ke daratan, kamu berpaling. Dan manusia adalah selalu tidak berterima kasih.” (QS. Al-Isra’: 67)

Secara panjang lebar, Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di dalam tafsirnya menyatakan, “Dan di antara rahmat-Nya yang menunjukkan bahwa Dia-lah satu-satunya Zat yang layak disembah, bukan objek yang lain, adalah tatkala mereka tertimpa bahaya di lautan, kemudian mereka takut akan binasa karena gulungan ombak, niscaya hilanglah dari benak mereka, segala sesuatu yang mereka sembah selain Allah di waktu lapang, baik sesembahan itu hidup atau mati.

Seolah-olah mereka tidak pernah menyeru sesembahan itu sama sekali. Hal ini disebabkan mereka mengetahui bahwasanya sesembahan itu tak berdaya untuk menghilangkan bahaya (yang sedang dihadapi).

Kafir Quraisy Mengakui Allah Sang Pencipta

Mereka pun berteriak menyeru sang Pencipta langit dan bumi, Zat yang dimintai perlindungan oleh semua makhluk dalam masalah-masalah mereka yang genting.

Pada waktu seperti ini mereka mengikhlaskan doa dan ketundukan kepada Alloh semata. Akan tetapi, ketika Alloh telah menghilangkan bahaya dan menyelamatkan mereka hingga sampai ke daratan, maka mereka lupa kepada Zat tempat mereka berdoa sebelumnya.

Mereka menyekutukan dengan-Nya suatu objek yang tidak mampu memberi dan tidak pula mampu mencegah pemberian. Mereka pun berpaling dari keikhlasan untuk Rabb dan Penguasa mereka.

Ini disebabkan kebodohan manusia dan kekufurannya. Karena sesungguhnya manusia itu sering mengkufuri nikmat-nikmat yang diberikan.

Kecuali orang-orang yang diberi hidayah, maka Allah memberikan nikmat kepada mereka dengan akal yang sehat dan mengambil petunjuk menuju jalan yang lurus.

Ia mengetahui bahwasanya Zat yang telah menghilangkan kesulitan-kesulitan dan menyelamatkannya dari kengerian-kengerian, Dia-lah yang berhak untuk ditunggalkan dan diikhlaskan kepada-Nya seluruh amalan, baik dalam keadaan lapang atau sempit, susah ataupun senang.

Adapun orang yang ditelantarkan tanpa bimbingan (dari Alloh) dan diserahkan kepada penanganan akalnya yang lemah, maka tidak menghiraukan pada waktu kesulitan kecuali hanya kemaslahatan sesaat dan keselamatannya di waktu itu.

Ketika dia telah mendapatkan keselamatan dan kesulitan telah menjauhinya, niscaya dia menduga dengan akalnya yang bodoh bahwa dia telah melemahkan Alloh.

Di dalam hatinya tidak terbetik akibat jelek yang bersifat duniawi, apalagi perkara akhirat.”

(Baca Juga: Meraih Nikmatnya Keberkahan di Atas Sunnah)

Kaum Musyrikin Quraisy Mencintai Alloh

Selain kaum musyrikin Quraisy berdo’a dengan ikhlas kepada Alloh semata tatkala tertimpa kesempitan, bentuk amalan lain yang menunjukkan mereka telah mengenal Alloh adalah mereka mencintai Alloh dalam hatinya, hanya saja cinta mereka terbagi dengan sesembahan-sesembahan selain Alloh baik dari kalangan makhluk yang shalih seperti malaikat yang dekat, nabi/rasul yang diutus, orang-orang shalih atau dari kalangan makhluk mati berupa patung-patung orang shalih yang sudah wafat, matahari, bulan, bintang, pohon, dan batu. Alloh menggambarkan kecintaan mereka dalam firman-Nya,

 وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَتَّخِذُ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَنْدَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللَّهِ وَالَّذِينَ آَمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ

 “Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah.”(QS. Al Baqarah: 165).

Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal menuliskan dalam salah satu artikelnya, “Allah Ta’ala menyebutkan keadaan orang musyrik di dunia dan akibat mereka di akhirat karena mereka telah membuat tandingan bagi Allah.

Mereka beribadah pada selain Allah bersama Allah. Mereka mencintai sesembahan mereka sebagaimana kecintaan mereka pada Allah. Padahal tidak ada ilah (sesembahan) yang berhak ditujukan ibadah kecuali pada Allah saja. Tidak ada sekutu dan tandingan bagi-Nya. Tidak ada pula yang berserikat dengan-Nya dalam hal ibadah.”

Kalimat “mereka mencintai sesembahan mereka sebagaimana kecintaan mereka pada Alloh” menunjukkan kepada kita bahwa disamping orang musyrikin Quraisy mencintai sesembahan selain Alloh, mereka juga mencintai Alloh. Maka tidaklah mungkin dikatakan sesuatu dicintai tanpa pengenalan kepada yang dicintainya tersebut.

 Kaum Musyrikin Quraisy Melakukan Beberapa Ibadah kepada Alloh

Bukti lain yang menunjukkan bahwa kaum musyrikin Quraisy telah mengenal Alloh adalah mereka masih menunaikan ibadah haji, bersedekah, dan banyak berdzikir kepada Alloh Ta’ala. Disebutkan dalam bulletin At-Tauhid, Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah menceritakan bahwasanya kaum musyrikin yang dihadapi oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang-orang yang rajin beribadah.

Mereka juga menunaikan ibadah haji, bersedekah, dan bahkan banyak berdzikir kepada Allah. Mengomentari hal ini Syaikh Shalih Al-Fauzan mengatakan bahwa kaum musyrikin Quraisy yang didakwahi oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah kaum yang beribadah kepada Allah, akan tetapi ibadah tersebut tidak bermanfaat bagi mereka karena ibadah yang mereka lakukan itu tercampuri dengan syirik akbar.

Sama saja apakah sesuatu yang diibadahi disamping Allah itu berupa patung, orang shalih, Nabi, atau bahkan malaikat.

Dan sama saja apakah tujuan pelakunya adalah demi mengangkat sosok-sosok tersebut sebagai sekutu Allah atau bukan, karena hakikat perbuatan mereka adalah syirik.

Demikian pula apabila niatnya hanya sekedar menjadikan sosok-sosok itu sebagai perantara ibadah dan penambah kedekatan diri kepada Allah. Maka hal itu pun dihukumi syirik.

Kaum Kafir Quraisy Ternyata Sangat Mengenal Allah

Jelaslah sekarang bagi kita bahwa kaum musyrikin Quraisy ternyata merupakan kaum yang sangat mengenal Alloh dengan baik, bahkan pengenalan mereka kepada Alloh jauh lebih baik dari pengenalan kebanyakan kaum muslimin yang hidup pada zaman ini dilihat dari beberapa sisi, yaitu:

  1. Kebanyakan kaum muslimin di zaman kita mencukupkan syarat disebut muslim jika telah meyakini Alloh sebagai pencipta alam semesta dan seisinya, meskipun meyakini pula adanya zat selain Alloh yang bisa mendatangkan rizki, manfaat lainnya, dan menolak madharat. Sedangkan kaum musyrikin Quraisy meyakini Alloh sebagai satu-satunya pencipta, zat yang menghidupkan dan mematikan, pemberi manfaat dan madharat, pengatur alam semesta, dan pemberi rizki.
  2. Sebagian kaum muslimin di zaman kita terjerumus dalam berdo’a kepada selain Alloh dalam kondisi lapang maupun sempit, sedangkan kaum musyrikin Quraisy hanya berdo’a kepada sesembahan selain Alloh dalam kondisi sempit.
  3. Kaum musyrikin Quraisy menjadikan berhala-berhala yang mereka sembah berupa patung orang-orang shalih yang sudah wafat, sedangkan sebagian kaum muslimin di zaman kita menjadikan kuburan sebagai sesembahan tanpa mempedulikan penghuni kuburnya orang shalih maupun fasik atau bahkan kafir.
  4. Kaum musyrikin Quraisy hanyalah menjadikan berhala-berhala mereka sebagai perantara untuk menyampaikan hajat dan permohonannya kepada Alloh, sedangkan sebagian kaum muslimin di zaman kita menjadikan penghuni kubur sebagai objek untuk diminta dan berdo’a langsung kepadanya, bukan lagi memohon kepada Alloh Ta’ala.

Kita berlindung kepada Alloh Ta’ala dari amalan syirik yang kita ketahui dan memohon ampunan kepada Alloh dari amalan syirik yang tidak ketahui.

Ditulis oleh Al Faqir ila Maghfirati Rabbihi,

Abu Qois Wasis El-Banjary

 

Referensi:

Image:

Abu Qoiz PNS di Badan Riset dan Inovasi Nasional dan Staf pengajar mata pelajaran Siroh dan Pendidikan Agama Islam di kelas VI SD Islam Al-Qudwah, Kompleks Ma’had Jamilurrahman As-Salafy Yogyakarta.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *