Daftar Isi
Pemuda Yang Dianggap Asing
Sebagai seorang pemuda yang baru berhijrah, saya merasa sangat terburu-buru. Entah kenapa saya sangat haus akan ilmu.
Namun, keburu-buruan ini ternyata tidak selamanya mendatangkan hal baik dari sudut manusia lain.
Bukan hanya aku, pemuda yang lain pun sama. Bahkan diantara mereka orangtuanya takut bahwa anaknya berubah.
Padahal jelas pemuda ini lebih baik dari sebelumnya.
Ketika ia pulang dalam keadaan mabuk, orangtuanya biasa saja. Lalu kemudian ada tatto ditubuhnya, orangtuanya masih biasa.
Namun ketika pemuda tersebut berhijrah lalu sering datang ke masjid, memelihara jenggot, kemudian celanannya tidak ishbal lagi, orangtua mereka waswas.
Padahal ini Sunnah!
“Kenapa kamu, Nak?” Kata orangtua pemuda itu yang khawatir dengan anaknya yang berubah lebih baik.
“Kamu ikut aliran apa?” Tambahnya.
Pemuda itu dianggap asing.
Teman-temannya pun mulai menjauhinya.
Tapi begitulah pemuda.
Meskipun temannya tak jarang yang mencela namun ia tetap mencoba untuk tetap istiqomah.
Ia kehilangan teman-teman lamanya yang biasa mengajaknya maksiat. Bukannya sok alim, pemuda ini semata-mata mengharapkan ridho dari Allah Swt.
Ya. Allah memang menyukai orangtua yang beriman, tapi Allah lebih menyukai pemuda yang beriman.
Pemuda yang beriman itu, seperti menggenggam bara api pada agamanya setelah berhijrah. Ia masuk sedalam-dalamnya agama Islam, walaupun mungkin sedikit menyakiti perasaannya.
Dia adalah pemuda yang dianggap asing.
Penjelasan Indah Mengenai “Menggenggam Bara Api”
Agama Ibarat Bara Api
Bara Api kalau digenggam dengan mantap dan cepat, maka api akan padam, dan bara akan tergenggam, dan panasnya hanya sedikit di awal-awal saja.
Kalau setengah-setengah mengenggam tidak mantap (menyentuh sedikit-sedikit) maka bara tidak akan bisa tergenggam dan hanya terasa panas terus.
Begitu juga dengan mengenggam agama, untuk awalnya berat untuk hijrah ke agama, tetapi jika mantab beragama maka tidak ada beratnya lagi.
Demikian juga jika setengah-setengah beragama, maka ia rasakan agama adalah “beban” dan ia hanya merasakan beban itu, tidak merasakan lezatnya iman
Dalam satu hadits, Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,
“Akan datang kepada manusia suatu zaman, orang yang berpegang teguh pada agamanya seperti orang yang menggenggam bara api.” [1]
Beratnya Menggenggam Bara Api
Mengapa “bara api”? Karena bara api jika digenggam tentu akan menyakitkan ketika digenggam.
Sebagaimana penjelasan syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah,
“Sebagaimana penggenggam bara api, akan menimpanya sakit yang sangat, ketika terjadi fitnah (ujian) dari musuh-musuh” [2]
Dan ini tentu membutuhkan kesabaran yang sangat.
Syaikh Al-Mubarakfuri menukil perkataan Al-Qari,
“Tidak mungkin menggenggam bara api kecuali dengan kesabaran yang sangat dan menanggung kesusahan yang sangat. Ini bisa terjadi pada zaman yang tidak bisa terbayangkan lagi bagaimana bisa menjaga agama kecuali dengan kesabararan yang besar.” [3]
Jangan setengah-setengah dalam beragama.
Yang namanya “bara api” baru bisa digenggam jika digenggam dengan erat dan langsung, maka bara api akan padam dan ia bisa menggenggam bara api tersebut.
Jika disentuh pelan-pelan, maka api tidak akan padam dan bara tidak akan tergenggam.
Begitu juga dengan agama.
Kalau kita setengah-setengah dalam beragama, maka agama tidak akan bisa kita genggam dengan erat.
Dan jika kita mendekat dan menyentuhnya maka akan terasa panas dan kitapun enggan untuk mendekat.
Saya ingin berpesan kepada para pembaca.
Jadilah pemuda yang bersungguh-sungguh untuk menjadi seorang pencari hidayah.
Syukron.
Source: Indonesia Bertauhid Official