Ficky Septian Ali Seorang Suami, Blogger, Penulis Paruh Waktu, Storyteller, Pemuda Hijrah dan Banyak Lagi.

Kisah Pembawa Khamr

1 min read

Kisah Pemuda Muslim yang membawa Minuman Keras dan Pergi ke Tempat Pelacuran

Kisah Sultan Murad IV (Sultan Turki Utsmani, memerintah Juni 1612 – Februari 1640). Di dalam buku hariannya itu diceritakan bahwa suatu malam sang Sultan merasa sangat galau, ia ingin tahu apa penyebabnya. Maka ia memanggil kepala pengawalnya dan mengatakan bahwa ia akan pergi keluar istana dengan menyamar. Sesuatu yang memang biasa beliau lakukan.

Sultan berkata: “Mari kita keluar, kita blusukan melihat wargaku”. Mereka pun pergi, udara saat itu sangat panas. Tiba-tiba, mereka menemukan seorang laki-laki tergeletak di atas tanah. Disentuh dan dibangunkan oleh Sultan, ternyata ia telah wafat. Orang-orang yang lewat di sekitarnya tidak ada yang peduli kepada mayat tersebut.

Maka Sultan memanggil mereka, kemudian mereka bertanya: “Ada apa? Apa yang kau inginkan?”. Sultan berkata: “Mengapa orang ini wafat tapi tidak ada satu pun diantara kalian yang membawanya? Siapa dia? Dimana keluarganya?” Mereka berkata: “Orang ini Zindiq, pelaku maksiat, dia selalu minum khamar dan selalu berzina dengan pelacur”. Sultan berkata: “Tapi . . bukankah ia juga umat Muhammad SAW? Ayo angkat dia, kita bawa ke rumahnya”. Mereka pun membawa mayat laki-laki itu ke rumahnya.

Ketika sampai di rumahnya, saat istri laki-laki tersebut mengetahui suaminya telah wafat, ia pun menangis. Tapi orang-orang langsung pergi, hanya sang Sultan dan kepala pengawalnya yang masih tinggal.

Sultan Mendengarkan Kisah Sebenarnya

Kemudian Sultan berkata kepada istri laki-laki itu: “Aku mendengar dari orang-orang disini, mereka berkata bahwa suamimu itu dikenal suka melakukan kemaksiatan ini dan itu, hingga mereka tidak peduli akan kematiannya”. Sang istri pun bercerita: “Awalnya aku menduga seperti itu. Suamiku setiap malam keluar rumah pergi ke toko minuman keras (khamar), kemudian membeli sesuai kemampuannya. Ia bawa khamar itu ke rumah, kemudian membuangnya ke dalam toilet, sambil berkata: “Aku telah meringankan dosa kaum muslimin”. Dia juga selalu pergi ke tempat pelacuran, memberi mereka uang dan berkata: “Malam ini merupakan jatah waktuku, jadi tutup pintumu sampai pagi, jangan kau terima tamu lain!”

Kemudian ia pulang ke rumah, dan berkata kepadaku: “Alhamdulillah, malam ini aku telah meringankan dosa pemuda-pemuda Islam”. Tapi, orang-orang yang melihatnya mengira bahwa ia selalu minum khamar dan melakukan perzinahan. Dan berita ini pun menyebar di masyarakat.

Sampai akhirnya suatu kali aku pernah berkata kepada suamiku: “Kalau nanti kamu mati, maka tidak akan ada kaum muslimin yang akan memandikan jenazahmu, tidak ada yang akan mensholatimu, tidak ada pula yang menguburkanmu”. Ia hanya tertawa, dan berkata: “Jangan takut sayangku, jika aku mati, aku akan disholati oleh Sultannya kaum muslimin, oleh para Ulama dan para Auliya”. Maka, Sultan Murad pun menangis, dan berkata: “Benar! Demi Allah, akulah Sultan Murad, dan besok pagi kita akan memandikannya, mensholatinya dan menguburkannya”.

Demikianlah, akhirnya jenazah laki-laki itu dihadiri oleh Sultan, para ulama, para syeikh dan seluruh warga masyarakat.

 

Ficky Septian Ali Seorang Suami, Blogger, Penulis Paruh Waktu, Storyteller, Pemuda Hijrah dan Banyak Lagi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *