tauhid, aqidah

Kupersembahkan Ibadah Hanya Kepada Allah

Hanyalah Kepada Allah Semata Aku Beribadah

Tidaklah Allah menciptakan manusia kecuali agar mereka beribadah kepada-Nya. Ibadah berasal dari kata ta’abbud (penyembahan) yang artinya perendahan diri. Kita tahu semua makhluk yang Allah ciptakan ditujukan agar semua beribadah.

Allah menciptakan Manusia, Jin dan Malaikat untuk menyembah-Nya.

Dan saat itu, Allah sama sekali tidak butuh ibadah-ibadah dari makhluknya.

Sekali pun di dunia ini tidak ada seorang pun yang beribadah kepada Allah, maka tidak berkurang sedikit pun kekuasan-Nya.

Allah tidak butuh makhluk untuk menyebah-Nya, makhluk yang butuh ibadah dan sangat bergantung dengan Allah.

Segala ibadah yang ditujukan seseorang hanya kepada Allah, manfaatnya akan kembali pada orang itu.

Manusia mutlak membutuhkan Allah.

Lantas, bagaimana agar manusia dapat pertolongan dari Allah? Caranya adalah dengan beribadah kepada Allah semata.

Ibadah adalah puncak kecintaan disertai ketundukan dan perendahan diri.

Konsep dasar ibadah sangat sederhana. Cakupan ibadah adalah menaati dengan mengerjakan perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan Allah.

Karena itu, ibadah harus mencakup tiga hal ini:

  1. Cinta Kepada Allah
  2. Takut Kepada Allah
  3. Berharap Kepada Allah

Ketika hal ini harus dimiliki oleh seseorang ketika beribadah kepada Allah. Tidak boleh beribadah hanya karena satu hal saja.

Misalnya saya beribadah kepada Allah karena Cinta saja tanpa mencakup rasa takut dan berharap, maka ini masih belum cukup. Ketika seseorang Cinta kepada Allah, mutlak ia harus takut dan penuh pengharapan kepada Allah.

Begitu pula dengan takut kepada Allah saja ataupun berharap kepada Allah saja.

Seseorang yang beribadah karena cinta, takut dan berharap kepada Allah adalah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah.

 

Lihat postingan ini di Instagram

 

Sebuah kiriman dibagikan oleh INDONESIA BERTAUHID [ASLI] ๐Ÿ”ต (@indonesiabertauhidofficial) pada

Puncak Kecintaan dan Puncak Ketundukan

Ibadah adalah puncak kecintaan dan puncak ketundukan kepada Allah. Hal ini tidak boleh diberikan kepada makhluk, mutlak ibadah hanya untuk Allah semata.

Adapun ketika kita mencintai anak dan taat kepada orang tua tentu tidak mengapa apabila tidak dibarengi dengan unsur perendahan diri. Karena perendahan diri ini hanyalah boleh untuk Allah semata.

Tidak mengapa tunduk kepada pemimpin kita, tetapi jangan sampai itu menjadi puncak ketundukan. Begitu pula dengan cinta kepada pemimpin kita. Karena keduanya hanyalah boleh diberikan kepada Allah semata.

Puncak kecintaan dan puncak ketundukan seorang hamba hanyalah milik Allah semata.

 

Mentauhidkan Allah

Ibadah hanya kepada Allah adalah bentuk dari mengesakan-Nya. Allah sangat cinta kepada makhluk yang tidak berpaling dari-Nya.

Sebaliknya, Allah sangat membenci kepada makhluk yang menyekutukan-Nya.

Pembagian Tauhid dalam Al Qurโ€™an yang populer di kalangan ulama adalah pembagian tauhid menjadi tiga, yaitu tauhid rububiyah, uluhiyah, dan asmaโ€™ wa shifat.

Pembagian ini terkumpul pada firman Allah dalam Al Qurโ€™an:

ุฑูŽุจู‘ู ุงู„ุณู‘ูŽู…ูŽุงูˆูŽุงุชู ูˆูŽุงู„ู’ุฃูŽุฑู’ุถู ูˆูŽู…ูŽุง ุจูŽูŠู’ู†ูŽู‡ูู…ูŽุง ููŽุงุนู’ุจูุฏู’ู‡ู ูˆูŽุงุตู’ุทูŽุจูุฑู’ ู„ูุนูุจูŽุงุฏูŽุชูู‡ู ู‡ูŽู„ู’ ุชูŽุนู’ู„ูŽู…ู ู„ูŽู‡ู ุณูŽู…ููŠู‘ุงู‹

โ€œRabb (yang menguasai) langit dan bumi dan segala sesuatu yang ada di antara keduanya, maka sembahlah Dia dan berteguh hatilah dalam beribadah kepada-Nya. Apakah kamu mengetahui ada seorang yang sama dengan Dia (yang patut disembah)?โ€

[QS. Maryam: 65]

Tauhid rububiyah. Penjelasan dari ayat ini adalah:

  1. Dalam firman-Nya (ุฑูŽุจู‘ู ุงู„ุณู‘ูŽู…ูŽุงูˆูŽุงุชู ูˆูŽุงู„ู’ุฃูŽุฑู’ุถู) (Rabb (yang menguasai) langit dan bumi) merupakan penetapan tauhid rububiyah.
  2. Dalam firman-Nya (ููŽุงุนู’ุจูุฏู’ู‡ู ูˆูŽุงุตู’ุทูŽุจูุฑู’ ู„ูุนูุจูŽุงุฏูŽุชูู‡ู) (maka sembahlah Dia dan berteguh hatilah dalam beribadah kepada-Nya) merupakan penetapan tauhid uluhiyah.
  3. Dan dalam firman-Nya (ู‡ูŽู„ู’ ุชูŽุนู’ู„ูŽู…ู ู„ูŽู‡ู ุณูŽู…ููŠู‘ุงู‹) (Apakah kamu mengetahui ada seorang yang sama dengan Dia?) merupakan penetapan tauhid asmaโ€™ wa shifat.

Berikut penjelasan ringkas tentang tiga jenis tauhid tersebut:

Tauhid rububiyah

Tauhid rububiyah maknanya adalah mengesakan Allah dalam hal penciptaan, kepemilikan, dan pengurusan. Di antara dalil yang menunjukkan hal ini adalah firman Allah:
ุฃูŽู„ุงูŽู„ูŽู‡ู ุงู„ู’ุฎูŽู„ู’ู‚ู ูˆูŽุงู’ู„ุฃูŽู…ู’ุฑู ุชูŽุจูŽุงุฑูŽูƒูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุฑูŽุจู‘ู ุงู„ู’ุนูŽุงู„ูŽู…ููŠู†ูŽ

โ€œIngatlah, menciptakan dan memerintahkan hanyalah hak Allah.โ€

[QS. Al- Aโ€™raf: 54]

 

Tauhid uluhiyah

Tauhid uluhiyah atau tauhid ibadah. Disebut tauhid uluhiyah karena penisbatanya kepada Allah dan disebut tauhid ibadah karena penisbatannya kepada makhluk (hamba). Adapun maksudnya ialah pengesaan Allah dalam ibadah, yakni bahwasanya hanya Allah satu-satunya yang berhak diibadahi. Allah Taโ€™ala berfirman:
ุฐูŽู„ููƒูŽ ุจูุฃูŽู†ู‘ูŽ ุงู„ู„ู‡ูŽ ู‡ููˆูŽ ุงู„ู’ุญูŽู‚ู‘ู ูˆูŽุฃูŽู†ู‘ูŽ ู…ูŽุงูŠูŽุฏู’ุนููˆู†ูŽ ู…ูู† ุฏููˆู†ูู‡ู ุงู„ู’ุจูŽุงุทูู„ู

โ€Demikianlah, karena sesungguhnya Allah, Dialah yang hak dan sesungguhnya yang mereka seru selain Allah adalah batilโ€

[Luqman: 30]

 

Tauhid asmaโ€™ wa shifat

Tauhid asmaโ€™ wa shifat maksudnya adalah pengesaan Allah โ€˜Azza wa Jalla dengan nama-nama dan sifat-sifat yang menjadi milik-Nya. Tauhid ini mencakup dua hal yaitu penetapan dan penafian. Artinya kita harus menetapkan seluruh nama dan sifat bagi Allah sebgaimana yang Dia tetapkan bagi diri-Nya dalam kitab-Nya atau sunnah nabi-Nya, dan tidak menjadikan sesuatu yang semisal dengan Allah dalam nama dan sifat-Nya. Dalam menetapkan sifat bagi Allah tidak boleh melakukan taโ€™thil, tahrif, tamtsil, maupun takyif. Hal ini ditegaskan Allah dalam firman-Nya:
ู„ูŽูŠู’ุณูŽ ูƒูŽู…ูุซู’ู„ูู‡ู ุดูŽูŠู’ุกูŒ ูˆูŽู‡ููˆูŽ ุงู„ุณู‘ูŽู…ููŠุนู ุงู„ุจูŽุตููŠุฑู

โ€Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan-Nya, dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.โ€

[Asy-Syuura: 11]

(Baca Juga: Senjata Terkuat Bagi Seorang Mukmin)

Ibadah adalah mencukupkan diri dengan rasa cinta dan ketundukan. Ibadah adalah mentauhidkan Allah.

Seseorang yang hanya mencukupkan diri dengan rasa cinta dan ketundukan, tanpa melakukan apa saja yang Allah perintahkan dan tidak meinggalkan apa saja yang Allah larang, tidaklah dianggap seseorang yang sedang beribadah kepada Allah.

Ibadah kepada Allah harus dibarengi antara puncak ketaatan dan ketundukan disertai dengan mengerjakan perintah-perintah Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan menjauh segala larangan-larangan-Nya.ย Apabila terpenuh semua syarat ini, maka seseorang baru bisa dikatakan telah beribadah hanya kepada Allah.

Ibadah mencakup pada setiap hal yang Allah cintai dan Allah Ridhai berupa ucapan dan amalan yang lahir maupun batin.ย Maka dari itu, seseorang bisa dikatakan sedang beribadah hanya karena mengucapkan kata-kata/ucapan yang baik.

 

Lihat postingan ini di Instagram

 

Sebuah kiriman dibagikan oleh Indonesia Bertauhid [Official] (@indonesiatauhid) pada

Macam-Macam Ibadah

Ibadah adalah sesuatu yang dapat tampak pada anggota badan. Ibadah yang bisa tampak ini adalah sholat, puasa, jihad, amar makruf nahi mungkar, silaturahmi dan lain sebagainya.

Adapun ibadah yang tidak tampak pada anggota badan, yakni ibadah di dalam hati. Ibadah hati adalah ibadah yang menggunakan batin, diantaranya adalah khauf (rasa takut), khassyah (rasa takut karena ilmu yang dimiliki), raghbah (rasa harap), rahbah (cemas), mahabah (cinta), tawakal (berserah diri) dan inabah (doa). Ibadah ini hanya diketahui oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Kemudian, ada ibadah yang menggunakan lisan semisal zikir kepada Allah tasbih, tahlil, tahmih, berdakwah kepada Allah, ucapan yang baik, amar makruf nahi mungkar dan mengajarkan ilmu yang bermanfaat.

Ada berbagai macam ibadah dan yang paling agung adalah doa.

Allah Azza Wa Jalla mencintai hamba yang berdoa dan barang siapa meminta pertolongan, niscaya Allah akan mengabulkan.

Allah berfirman,

โ€œBerdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang sombong tidak mau menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina.โ€

[QS. Ghafir:60]

Allah memerintahkan kita untuk berdoa kepada-Nya. Doa yang dimaksud ini adalah salah satu dari macam ibadah.

Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam juga bersabda,

“Doa adalah ibadah.”

[HR. AT-Tirmidzi nomor 2969]

 

Doa, Ibadah Paling Agung

Hal ini tentu menjadikan doa adalah jenis ibadah yang paling agung. Karena itu, Allah tidak ingin ada hambanya yang berdoa/memohon selain dari pada-Nya.

Siapa pun yang berdoa kepada selain Allah, diantaranya kepada orang-orang yang sudah mati, jin dan thagut, maka seseorang itu telah berbuat syirik akbar.

Doa begitu agung dan nilainya begitu tinggi di sisi Allah. Allah begitu mencintai orang-orang yang berdoa, karena itu tidak boleh manusia berdoa selain kepada-Nya.

Allah satu-satunya yang maha kuasa atas segala sesuatu. Allah yang mampu untuk mengabulkan dan memberikan apa saja yang manusia inginkan. Adapun selain Allah, maka tidak akan mampu.

Katakanlah, “Serulah mereka yang kamu anggap (sebagai tuhan) selain Allah, mereka tidak memiliki (kekuasaan) seberat zarrah pun di langit dan di bumi, dan mereka tidak mempunyai suatu saham pun dalam (penciptaan) langit dan bumi dan sekali-kali tidak ada di antara mereka yang menjadi pembantu bagi-Nya.โ€ Dan tiadalah berguna syafaat di sisi Allah melainkan bagi orang yang telah diizinkan-Nya memperoleh syafaat itu, sehingga apabila telah dihilangkan ketakutan dari hati mereka, mereka berkata, “Apakah yang telah difirmankan oleh Tuhanmu” Mereka menjawab: “(Perkataan) yang benar,” dan Dialah Yang Mahatinggi lagi Mahabesar.

[QS. Saba’:22-23]

 

Tolong Menolong Sesama Makhluk

Adapun meminta pertolongan kepada sesama makhluk yang bisa memberikan pertolongan atas izin Allah, masih diperbolehkan. Misalnya seperti meminta dibuatkan teh manis dan lainnya.

Tolong menolong dalam perkara yang baik dan bermanfaat diperbolehkan apabila manusia tersebut mampu dan ada untuk memberikan pertolongan. Seperti ketika kita meminta pertolongan dengan harta, meminta membawakan sesuatu dan lainnya.

Nabi Bersabda,

“Allah senantiasa menolong hamba selama hamba tersebut menolong saudaranya.”

[HR. Muslim nomor 2699]

Perkara-perkara yang manusia mampu melakukannya, tentu boleh saling tolong menolong.

Namun terkait permintaan pertolongan yang hanya Allah mampu memberikan-Nya, maka tidak boleh doa itu ditujukan kepada selain-Nya. Doa yang ditujukan kepada selain Allah adalah syirik.

Perkara ini seperti meminta rezeki, memohon keturunan, meminta kesembuhan dan segala sesuatu yang hanya Allah yang dapat mengabulkannya, maka cukup kepada Allah saja memohon pertolongan.

 

Penutup

Ya. Seperti itulah tentang ibadah.

Ibadah hanya boleh ditujukan kepada Allah semata. Sebagaimana seperti yang tercantum pada surat yang selalu kita baca setiap hari.

“Hanya kepada-Mu kami beribadah dan hanya kepada-Mu kami meminta pertolongan.”

[QS. Al-Fatihah:5]

Terima kasih telah membaca sampai pada baris ini.

Artikel ini terinspirasi dari kajian Ustadz Azhar Khalid Seff di Masjid Pogung Dalangan pada saat Dauroh Indonesia Bertauhid yang membahas Kitab Al-Jamii li li ‘Ibadatillahi Wahdah Karya Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab At-Tamimi.

Semoga bermanfaat.

 

Referensi: