Hijrahdulu.com – Ilmu dan adab adalah suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dalam Islam. Keduanya berkaitan erat dan saling berhubungan satu sama lain. Imam Malik rahimahullah pernah berkata,
“Pelajarilah adab sebelum mempelajari suatu ilmu.”
Ulama salaf terdahulu sangat memperhatikan adab dan akhlak. Adab tidak bisa dipisahkan dengan ilmu, karena beradab itu sendiri membutuhkan ilmu.
Lantas Apa Hubungan di Antara Adab dan Ilmu?
Daftar Isi
Hubungan di Antara Ilmu dan Adab
Sebelum kita mempelajari hubungan di antara ilmu dan adab, Kita perlu mengetahui definisi dari keduanya terlebih dahulu.
Ilmu secara bahasa اَلْعِلْمُ (al-‘ilmu) adalah lawan dari اَلْجَهْلُ (al-jahl atau kebodohan), yaitu mengetahui sesuatu sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, dengan pengetahuan yang pasti. Ilmu sendiri seharusnya bermakna ilmu syar’i, yaitu ilmu yang diturunkan oleh Allah Ta’ala kepada Rasul-Nya berupa keterangan dan petunjuk.
Adapun ilmu yang berkaitan dengan dunia seperti sains dan teknologi seharusnya tidak disebut dengan ilmu, tetapi ilmu dunia. Ilmu hanya dinisbatkan kepada ilmu syar’i saja.
Sedangkan untuk adab adalah salah satu dari bagian ilmu. Para ulama mengatakan adab adalah menghiasi diri dengan sikap-sikap yang indah dan menghindari (menjauhi) dari sikap-sikap lawannya. Adab adalah melakukan perkara-perkara yang baik dan menjauhi perkara-perkara yang buruk. Hal ini berlaku pada perkataan maupun perbuatan.
Adab adalah akhlak. Seseorang yang sudah hijrah, mengaji, belajar agama dan sudah terbiasa hadir di majelis ilmu seharusnya memiliki adab dan akhlak yang baik. Apabila kita sudah ngaji namun ternyata akhlak kita masih belum baik, maka bisa jadi kita bukan termasuk orang-orang yang berilmu.
Seseorang yang sudah berilmu tentu harus memperhatikan adabnya. Jangan sampai dengan ilmunya, ia malah tidak beradab.
“Pelajarilah adab sebelum mempelajari suatu ilmu” tentu ditujukan kepada orang-orang yang saat itu ilmunya sudah tinggi namun kurang beradab. Dikatakan bahwa dahulu ada banyak orang berilmu namun tidak mengamalkan dengan menunjukan akhlak yang baik.
Dengan adab kita bisa lebih mudah memahami ilmu dengan baik dan cepat.
Penisbatan Terhadap Adab dan Penisbatan Terhadap Ilmu
Adapun dalam diri seseorang, seharusnya penisbatannya terhadap adab lebih besar dari pada penisbatannya kepada ilmu.
Tidak perlu jauh-jauh, coba lihat sendiri kepada diri kita masing-masing.
Ada diantara kita yang sudah berjenggot lebat, mengenakan celana cingkrang, rajin ke masjid dan lainnya. Namun, apa yang masyarakat kenal tentang kita?
Bisa jadi mereka hanya kenal kita sebagai orang yang berjenggot saja. Mereka tidak mengenal kita sebagai orang yang baik.
Sebagai seorang muslim, kita seharusnya berakhlak baik. Kita harus rajin membantu tetangga-tetangga kita, mengucapkan tutur kata yang baik, menghadiri undangan dan lain sebagainya. Sehingga kita akan mulai terkenal karena adab kita yang baik.
Tidak hanya terkenal sebagai seorang yang berjenggot saja, namun kita akan dikenal sebagai seseorang yang baik di kehidupan bermasyarakat.
Ada mungkin di antara kita, seorang akhwat yang sudah mengenakan jilbab syar’i ditambah dengan niqab (cadar). Tapi apakah itu menjamin akhwat tersebut memiliki adab yang baik? Tentu saja tidak. Mungkin bisa jadi ia terkenal sebagai seorang perempuan muslimah yang bercadar, tapi hanya dikenal sebatas itu.
Ada yang lebih parah apabila ia dikenal sebagai seorang muslimah yang mengenakan cadar, tetapi masih saja suka ghibah. Naudzubillah min dzalik.
Adab lebih dibutuhkan oleh seseorang yang berilmu walaupun itu sedikit. Perkataan ini tentunya dimaksudkan untuk orang-orang yang sudah berilmu namun kurang beradab.
Adapun untuk orang-orang yang sudah berilmu dan berakhlak baik, sebaiknya selalu mempelajari keduanya.
Mempelajari adab dan ilmu haruslah berdampingan. Kita tidak perlu menunda belajar ilmu dengan mempelajari adab terlebih dahulu. Apabila kita sudah mempelajari ilmu, maka tinggal dilanjutkan dengan mempelajari adab. Keduanya jalan berdampingan sebagaimana dua sejoli yang tak boleh terpisahkan.
Semoga kita menjadi pribadi-pribadi yang kelak dikenal sebagai seorang mukmin yang sering berbuat baik.
(Baca Juga: Kupersembahkan Ibadah Hanya Kepada Allah)
Adab Kepada Allah dan Sesama Makhluk dengan Ilmu
Sebagai seorang muslim, kita harus bisa menjadi seseorang yang beradab kepada Allah dan beradab kepada sesama makhluk. Sesungguhnya adab inilah yang akan mengantarkan kita menjadi orang-orang yang berakhlak mulia.
Adab kepada Allah tentu kita harus taat dalam mengikuti perintah dan menjauhi larangan-Nya. Seorang muslim yang beradab seharusnya melakukan sholat, zakat dan ibadah lainnya sesuai dengan syariat.
Lalu, adab kepada sesama makhluk bisa kita tunjukan dengan perkataan dan perbuatan baik. Meskipun hanya sekedar menyingkirkan gangguan dari jalan.
Ya. Begitulah tentang adab.
Tentunya agar kita bisa mempelajari adab dan akhlak yang baik, kita harus rajin dalam menuntut ilmu.
Dengan ilmu kita bisa tahu bahwa seorang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya.
Adapun meninggalkan debat juga termasuk adab, baik kepada Allah maupun sesama makhluk.
Bisa jadi kita yang baru hijrah, kita terlalu menggebu-gebu dalam menyampaikan kebenaran. Kita menjadi terlalu mudah dalam menyalahkan. Apabila sudah sampai terjadi perdebatan, maka sebaiknya kita tinggalkan.
Begitulah tentang adab dan akhlak yang mulia. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berdoa supaya dianugerahi akhlak yang mulia,
“Ya Allah, tunjukilah padaku akhlak yang baik, tidak ada yang dapat menunjukinya kecuali Engkau. Dan palingkanlah kejelekan akhlak dariku, tidak ada yang memalinggkannya kecuali Engkau.”
[HR. Muslim no. 771, dari ‘Ali bin Abi Tholib]
Penutup
Ilmu tanpa adab hanya akan menjadikan seorang pemilik ilmu terseret oleh hawa nafsunya. Tanpa adab, seseorang bisa menjadi sombong dan ujub dengan ilmu yang dimiliki. Ilmu tidak akan memberikan manfaat jika tidak dibarengi dengan adab. Begitu pula dengan adab yang tidak akan memberikan manfaat jika tidak dibarengi dengan ilmu.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.’
[QS. An-Nahl: 125]
Pada firman ayat diatas, Allah menjelaskan kepada kita untuk menyampaikan ilmu dengan adab dan akhlak yang baik.
Wallahu A’lam Bish-Shawab.
Demikian artikel ini ditulis.
Artikel ini terinspirasi dari ceramah beliau Ustadz Yulian Purnama, S.KOM yang membahas kitab “Min Washaya Al Ulama li-Thalabatil Ilmi” karya Syaikh Abdul Aziz Bin Muhammad As Sadhan.
Terima kasih telah membaca sampai pada baris ini. Saya mohon maaf apabila masih ada kesalahan dalam penulisan dan lainnya.
Sesungguhnya saya adalah seseorang yang masih fakir akan ilmu. Saya dan teman-teman yang mengelola situs ini bersedia untuk menerima nasihat dari Anda. 🙂
Jangan lupa bagikan kepada teman-teman kita! 🙂
Semoga bermanfaat.
Gambar: