aqidah, kisah, Menikmati Karya Ulama, salaf, Seri Ustadz

Biografi Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Ustadz Senior Salafiyyah di Indonesia

Tidak terasa 2 bulan lebih berlalu sejak kepergian Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas yang kita cintai. Agar ilmu yang beliau ajarkan semasa hidupnya terus menjadi amalan jariyah bagi beliau, mari kita simak Biografi Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Ustadz Senior Salafiyyah di Indonesia yang sangat berjasa dalam menyebarkan dakwah sunnah di negeri ini.

Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas (lahir tahun 1962 di Kecamatan Karanganyar, Kebumen) adalah seorang mubaligh di Indonesia. Da’i yang dibesarkan di kota Bogor ini dikenal sebagai mubaligh yang sangat perhatian dalam menebarkan sunnah.

Ustadz Yazid tinggal di Bogor, Jawa Barat. Beliau adalah Pembina sekaligus pengisi Radio Rodja.

Ustadz Yazid Jawas yang dikenal dengan ceramahnya yang tegas ini ternyata mempunyai kecerdasan yang luar biasa. Siapa sangka Ustadz Senior dari kalangan Ahlus Sunnah ini mampu menghafal kitab Ulama klasik, yaitu Bulughul Maram.

Kitab Bulughul Maram ini dihafal oleh Ustadz Yazid Jawas di luar kepala. Padahal, kitab ini terbilang sangat lengkap karena pengarangnya, yaitu Al Hafidz Ibnu Hajar Al Asqalani menyusun kitab ini dengan metode tematis (maudhu’i) berdasarkan tema-tema fikih, mulai dari Bab Bersuci (Thaharah) sampai Bab Kompilasi (al-Jami’).

Ibnu Hajar juga menyeleksi beberapa hadits dari kitab-kitab shahih, sunan, mu’jam, dan al-Jami yang berkaitan dengan hukum-hukum fiqih. Karena keistimewaannya ini, Bulughul Maram hingga kini tetap menjadi kitab rujukan hadits yang dipakai secara luas tanpa mempedulikan mazhab fikihnya.

Di antara penyebabnya Ustadz Yazid dapat menghafal banyak rujukan kitab seperti Bulughul Maram adalah sebagaimana dikisahkan oleh murid-murid beliau, bahwa ia selalu meluangkan waktu minimal 2 sampai 4 jam setiap harinya atau bahkan lebih dari itu untuk membaca‬ kitab-kitab Islam yang bermanfaat.

 

📒Guru-Guru

Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas berguru kepada banyak masyaikh saat menimba ilmu di Arab Saudi. Salah satunya adalah Al-Imam Al-‘Allamah Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin.

Ustadz Yazid banyak menimba ilmu dari Syaikh ‘Utsaimin saat beliau rahimahullah masih hidup, bahkan Ustadz Yazid mengikuti kelas khusus majelis Syaikh ‘Utsaimin. Ustadz Yazid juga menimba ilmu dari Syaikh Abdurrazaq bin Abdul Muhsin Al-Abbad hafidzhahullah.

 

📒 Murid Syaikh Utsaimin Rahimahullah

Ustadz Yazid bin Abdul Qodir Jawas mempunyai hubungan murid dan guru dengan Ulama Besar yang bernama Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin. Beliau sempat berguru kepada Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin, juga diizinkan mengikuti ‪kelas‬ khusus di majelis Syaikh Utsaimin.

Ustadz Yazid sangat beruntung bisa berguru kepada Syaikh Ibnu Utsaimin, karena Syaikh Utsaimin adalah seorang ulama yang terkenal. Syaikh Utsaimin mengajar pada ma’had Ilmi di Unaizah, Fakultas Syari’ah dan Ushuluddin pada cabang Universitas Ibnu Su’ud di Qosim, dekan Jurusan Aqidah dan aliran-aliran kontemporer, anggota bagian pengajaran di Univeritas Ibu Su’ud Qosim, dan bahkan merupakan anggota Hai’ah Kibaril Ulama’ (Majelis Ulama Besar Kerajaan Saudi Arabia).

Suatu ketika Ustadz Mustafid Markaz bertanya kabar dari Ustadz Yazid Jawas, dengan terheran kami bertanya,
“Bima Arftahu?” (Bagaimana antum mengenalnya?)

Tak disangka nama beliau dikenal di markaz. Sangkaan kami karena beliau keturunan Hadhramaut Yaman, sehingga tak heran dikenal.

“Huwa Kanaa thalib Syaikh Utsaimin rahimahullah, sami’tu min syaikh Abdullah Mar’i Hakadza”, sang ustadz menjawab pertanyaan kami tadi.

“Hadza Shahih?” tambah terheran saya mendengar, karena jujur saja selama ini riwayat pendidikan dari Ustadz Yazid memang tak banyak yang mensharing-nya, sehingga informasi terbatas saja. Kemudian kami mengkonfirmasi kepada salah satu ustadz keturunan Arab yang sudah lama menetap di Yaman sejak zaman Syaikh Muqbil rahimahullah.

Kemudian beliau juga membenarkan bahwa Ustadz Yazid merupakan murid Syaikh Utsaimin, kabar dari Syaikh Abdullah Mar’i. Tak heran Ustadz Yazid banyak mewarisi keilmuan Syaikh Utsaimin sehingga banyak pujian diberikan pada Ustadz Yazid.

Seperti perkataan da’i sunnah bahwa “Di antara kemiripan Syaikh Utsaimin dengan Syaikh Yazid Jawas adalah mereka berdua adalah lautan ilmu, sama-sama dianggap Ulama Besar, dan mereka tidak mengajarkan jamaahnya untuk taklid kepada diri mereka”.

Dari pujian tersebut dapat kita simpulkan bahwa meskipun Syaikh Utsaimin adalah guru beliau, hal ini tidak membuat Ustadz Yazid Jawas menjadi fanatik kepada Syaikh Utsaimin.

 

📒 Ustadz Yazid Jawas dalam Mendakwahkan Sunnah

Tidak banyak yang tahu tentang perjuangan dakwah dari Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas dalam mendakwahkan pemahaman Salafush Shalih.

Pada awal tahun 2000-an, Lembaga Bimbingan Islam Al-Atsary (sekarang Yayasan Pendidikan Islam Al Atsary) pertama kalinya mengundang Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas ke Yogyakarta. Beliau diundang berkenaan dengan acara Tabligh Akbar yang diselenggarakan di Masjid Kampus UGM yang baru jadi (beliau sebagai pemateri).

Kala itu, kondisi dakwah tidak seperti sekarang ini, di mana jumlah ikhwan dan akhwat bermanhaj salaf masih sangat sedikit, belum ada Radio Rodja dan Rodja TV, ma’had-ma’had dan sekolah-sekolah salaf masih sedikit, wanita berjilbab besar apalagi bercadar masih sangat asing, celana di atas mata kaki masih sangat jarang, shof-shof di masjid belum rapat, dan masih banyak kata sedikit atau jarang lainnya bila dikaitkan dengan kondisi dakwah pada saat itu. Kondisi dakwah pada saat itu juga sedang diuji oleh saudara-saudara kita jauh di seberang sana.

Tatkala dalam perjalanan, kami dan beberapa asatidz sempat berdiskusi dengan beliau, terutama berkaitan dengan kondisi dakwah pada saat itu. Di tengah-tengah diskusi tersebut beliau berkata, “Saya yakin, In syaa Allah, dakwah salaf akan berkembang di negeri ini”. Sebuah kalimat penuh keyakinan yang keluar pada saat kondisi dakwah diuji dengan berbagai ujian.

Kini, setelah belasan tahun berlalu, Alhamdulillah kalimat beliau sedikit demi sedikit mulai menjadi kenyataan. Dakwah salaf mulai berkembang dan dikenal masyarakat, wanita bercadar bukan sesuatu yang sangat asing lagi, celana di atas mata kaki tidak dibilangin ‘banjir’ lagi, shof-shof masjid mulai rapat (kami rasakan di Yogyakarta), ma’had-ma’had dan sekolah-sekolah salaf mulai berjamuran, sarana-sarana dakwah berkembang (Radio, TV, majalah-majalah, buletin-buletin, dan lain sebagainya), masyarakat berbondong-bondong dari kelas petani sampai pejabat mulai hijrah ke manhaj ini. Alhamdulillah allaadzi bini’matihi tatimmushalihaat.

 

📒 Ketika Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat Berkenalan dengan Ustadz Yazid bin Abdul Qodir Jawas

Pada kajian pagi yang diisi oleh Ustadz Sulam Mustareja yang membahas kitab “Mulia Dengan Manhaj Salaf”, Beliau bercerita pada mukaddimahnya bahwa kemarin beliau duduk di majelis Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat, sahabat dekat Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas, penulis buku yang sedang dibahas pada kajian tersebut.

Ada pertanyaan di secarik kertas, yang tadinya Ustadz Sulam berpikir bahwa itu pertanyaan tidak penting dan tidak akan dijawab oleh Ustadz Abdul Hakim. Apa pertanyaannya? Singkat saja pertanyaannya adalah “Sejak kapan kenal Ustadz Yazid?”.

Ternyata Ustadz Abdul Hakim menjawabnya dengan cukup rinci. Seakan-akan beliau sedang teringat sahabatnya yang sekarang ini sedang menghadapi tantangan dakwah yang cukup terjal, sampai-sampai masjid tempat sehari-hari beliau beribadah dan berdakwah dibekukan karena desakan demo sekelompok orang.

Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat bercerita bagaimana awal-awal beliau hanya sekolah sampai SMP kelas 2. Sebab, orang tua beliau telah mengarahkannya guna bisa lebih konsentrasi menggeluti bidang agama. Sampai suatu ketika, pada tahun 1980-an LIPIA baru dibuka. Beliau ikut mendaftar tapi ditolak karena ketiadaan ijazah.

Singkat cerita, atas upaya keras dan bantuan dari Ibunda beliau yang sampai menemui pendiri lembaga tersebut yang ternyata masih ada hubungan keluarga, maka diterimalah Ustadz Abdul Hakim di LIPIA walaupun tanpa ijazah sekolah resmi.

Setiap selesai kuliah, Ustadz Abdul Hakim tidak kemana-mana kecuali ke perpustakaan menekuni berbagai kitab. Suatu ketika, datanglah seorang pemuda ke perpustakaan, yang sama tekunnya dengan beliau, setiap hari terus datang dan melahap semua kitab-kitab di sana.

Ustadz Abdul Hakim memperhatikan pemuda tersebut selalu membawa secarik kertas kecil dan pena untuk mencatat faidah dari kitab-kitab yang ditekuninya. Dari saling pandang, tersenyum, maka berkenalanlah Ustadz Abdul Hakim dengan pemuda tersebut. Dialah Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas.

Dari seringnya diskusi yang mereka lakukan berdua di perpustakaan, maka mereka berdua saling cocok satu sama lain. Mulailah fase dakwah mereka di masa-masa tersebut yang tentu saja banyak tantangannya.

Alhasil, perpustakaan menjadi basis mereka berdua sebagai tempat belajar, berdiskusi, membedah berbagai persoalan agama, dan lain-lain. Terkadang, datang tantangan-tantangan debat dari pihak-pihak yang kontra dengan dakwah mereka dan mereka layani di perpustakaan tersebut.

Hingga kini, kita sama-sama tahu kiprah dan kualitas mereka berdua dalam dakwah sunnah. Semoga Allah senantiasa menjaga mereka berdua dalam mengawal dakwah salaf yang penuh berkah ini.

 

📒 Kisah Kesabaran Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas

Cerita ini disarikan dari teman akrab Ustadz Yazid saat i’tikaf di Masjid Ar Rayyan Taman Cimanggu sekitar tahun 2000-an. Beliau bercerita kepada kami layaknya seorang bapak menceritakan pengalamannya kepada anaknya.

“Masjid ini tidak akan berdiri tegak tanpa Ustadz Yazid. Warga perumahan ini tidak akan mengenal sunnah tanpa kesabaran Ustadz Yazid, teman sekaligus guru saya”. Beliau (Fadhilatusy Syaikh Yazid bin Abdul Qodir Jawas) hafizhahullah rela menolak mengajar di Madinah oleh Syaikh Utsaimin rahimahullah hanya demi cintanya kepada tanah kelahirannya.

Sampailah beliau tinggal di sekitar Perumahan Taman Cimanggu. Dari sinilah kesabaran beliau diuji. Mulai dari ancaman rumahnya mau dibakar sampai mau dibunuh.

Pernah suatu hari, di salah satu musholla/masjid pemukul bedugnya hilang. Lalu dituduhlah beliau sampai-sampai mau dipenjara. Namun tuduhan tersebut hanyalah tuduhan tanpa bukti.

Puncaknya beliau diusir dari rumahnya, hanya kajian beliau lebih banyak jamaahnya ketimbang kajian kelompok mereka. Namun, apa yang terjadi? Api dakwah padam? Tidak! Semangat dakwah beliau tetap membekas seiring pengusiran mereka. Banyak dari mereka akhirnya sadar akan kesalahannya. Bahkan sempat meminta maaf kepada beliau termasuk yang ikut mengusir beliau.

Berkat kesabaran dan doa beliau, manhaj salaf bersemi di dada-dada mereka. Sehingga tegaklah masjid yang menjadi tempat sholat warganya, tempat i’tikaf, dan kajian bagi sekitarnya.

 

📒 Beberapa kisah tentang Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas

Diceritakan oleh Ustadz Abu Usamah, bahwa Ustadz Yazid selalu mengumpulkan 11 orang anaknya untuk membaca minimal 4 jam kitab ulama dalam sehari.

Diceritakan oleh Ustadz La Ode Abu Hanifa bahwa Ustadz Yazid memiliki jadwal yang padat. Beliau mengurus keluarga dan mendidik anak-anak beliau. Beliau juga berdagang tetapi masih sempat membaca kitab ulama, mengkajinya, dan memberi kajian rutin.

Diceritakan oleh Ustadz Andika dari Cirendeu, beliau takjub dengan akhlak Ustadz Yazid. Suatu ketika datang tamu ke Ma’had Minhajus Sunnah, dan disediakanlah teh manis sebagai minuman sang tamu. Namun ketika tamu sudah pulang, Ustadz Yazid melihat air teh yang belum habis diminum. Lalu beliau membawa sisa air teh tadi ke kamar mandi. Alih-alih bukannya dibuang ke saluran pembuangan, malah dibuang ke bak mandi.

Lalu Ustadz Andika bertanya ke Ustadz Yazid, “Ya ustadz kenapa dibuangnya di bak mandi?”
Al-Ustadz menjawab: “Sayang kalo dibuang, kan masih bisa dipakai buat mandi. Dan air teh yg merah ini pun akan larut bersama air bak mandi yg lebih banyak. Dan ana takut ditanya Allah cuma karena membuang sisa air teh.”

Di setiap kajian rutin maupun tabligh akbar, Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas tidak jauh-jauh dari pembahasan aqidah, manhaj, tauhid, syirik, dasar Islam, sunnah, dan bid’ah. Ustadz Yazid tahu bahwa inti dakwah adalah tauhid, tauhid, dan tauhid.

Adapun di antara asatidz kita yang merupakan murid dari Ustadz Yazid adalah:
1. Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc (Murid sekaligus memiliki hubungan kekeluargaan dengan Ustadz Yazid, karena Ustadz Yazid adalah kakak ipar beliau).
2. Ustadz Abu Usamah, Lc
3. Ustadz Zainal Abidin bin Syamsudin, Lc
4. Ustadz Abdullah Zaen, MA
5. Ustadz La Ode Abu Hanifa
6. Ustadz Dr. Syafiq Riza Basalamah, MA
7. Ustadz Fathi bin Yazid (anak kandung Ustadz Yazid)
8. Ustadz Afifi Abdul Wadud, BA
Dan masih banyak lagi yang lainnya (Hampir seluruh ustadz-ustadz sunnah berguru kepada Ustadz Yazid).

 

📒 Karya-Karya Ustadz Yazid

1. Buku “Prinsip Dasar Islam Menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah”, penerbit Pustaka At-Taqwa
2. Buku “Jalan Kebahagiaan Keselamatan Keberkahan”, penerbit Media Tarbiyah
3. Buku “Jihad Dalam Syariat Islam dan Penerapannya di Masa Kini”, penerbit Pustaka Imam Asy-Syafi’i
4. Buku “Waktumu Dihabiskan Untuk Apa?”, penerbit Pustaka At-Taqwa
5. Buku “Panduan Shalat Jum’at Keutamaan Adab”, penerbit Pustaka At-Taqwa
6. Buku “Sebaik-Baik Amal Adalah Shalat”, penerbit Pustaka At-Taqwa
7. Buku “Sifat Wudhu dan Shalat Nabi”, penerbit Pustaka Imam Asy-Syafi’i
8. Buku “Syarah Aqidah Wasithiyah Prinsip Aswaja”, penerbit Media Tarbiyah
9. Buku “Istiqamah Konsekuen Konsisten Menetapi Jalan Ketaatan”, penerbit Pustaka At-Taqwa
10. Buku “Haramnya Darah Seorang Muslim”, penerbit Media Tarbiyah
11. Buku “Taubat Kewajiban Seumur Hidup”, penerbit Media Tarbiyah
12. Buku “Prinsip-Prinsip Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jamaah”, penerbit Pustaka At-Taqwa
13. Buku “Jihad Dalam Syari’at Islam”, penerbit Pustaka At-Taqwa
14. Buku “Panduan Keluarga Sakinah”, penerbit Pustaka Imam Asy-Syafi’i
15. Buku “Ritual Sunnah Setahun”, penerbit Media Tarbiyah
16. Buku “Kiat-Kiat Islam Mengatasi Kemiskinan”, penerbit Pustaka At-Taqwa
17. Buku “Kupas Tuntas Memahami Kalimat Syahadat”, penerbit Media Tarbiyah
18. Buku “Fiqih Shalat Berdasarkan Al-Quran dan As-Sunnah”, penerbit Media Tarbiyah
19. Buku “Sifat Shalawat Nabi”, penerbit Salwa Press
20. Buku “Mulia Dengan Manhaj Salaf”, penerbit Pustaka At-Taqwa
21. Buku “Syarah Kitab Tauhid”, penerbit Pustaka Imam Asy-Syafi’i
22. Buku “Syarah Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah”, penerbit Pustaka Imam Asy-Syafi’i
23. Buku “Syarah Arba’in An-Nawawi”, penerbit Pustaka Imam Asy-Syafi’i
24. Buku “Hukum Lagu, Musik dan Nasyid”, penerbit Pustaka At-Taqwa
25. Buku “Dzikir Pagi Petang dan Sesudah Shalat Fardhu”, penerbit Pustaka Imam Asy-Syafi’i
26. Buku “Doa dan Wirid”, penerbit Pustaka Imam Asy-Syafi’i

Itulah biografi singkat Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas hafidzhahullah. Ya Allah. Lindungilah beliau, jagalah beliau, mudahkanlah urusan beliau, balaslah kebaikan beliau dengan balasan yang sebaik-baiknya.

Tulisan dikutip dari ayatkursi.com dan berbagai sumber yang tsiqoh

Semoga bermanfaat.

Disusun oleh Rerey

Tinggalkan komentar