Daftar Isi
Indahnya Ukhuwah dalam Dekapan Sesama Mukmin
Ukhuwah Islamiyah adalah persaudaraan yang didasari keterikatan hati dengan iman sesama muslim. Ikatan ini menjalin hubungan di antara hati dan jiwa.
Setiap muslim adalah saudara untuk muslim yang lain sejak ia mengucapkan dua kalimat Syahadat.
Ketika seseorang membuat kesaksian bahwa tiada tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah, maka ia telah berikrar untuk saling mencintai satu sama lain (saudara sesama muslim).
Adapun dalil Sunnah terkait dengan persaudaraan sesama muslim di antaranya sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“Seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya. Ia tidak boleh menzaliminya, merendahkannya dan meremehkannya. Taqwa adalah di sini (Rasulullah menunjuk dadanya sampai tiga kali).”
Kemudian beliau melanjutkan sabdanya,
“Cukuplah seseorang dikatakan buruk bila meremehkan saudaranya sesama muslim. Seorang muslim terhadap muslim lain; haram darahnya, kehormatannya dan hartanya.”
[HR. Muslim]
Tidaklah butuh lama untukku mencintaimu. Aku sudah mencintaimu, sejak aku tahu kamu adalah seorang muslim.
Allah Azza wa Jalla berfirman,
“Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.”
[QS. Al-Hujurat:10]
Keharusan Untuk Saling Mencintai Saudara Karena Allah
Ukhuwan Islamiyah mengharuskan seorang muslim untuk saling mencintai karena Allah. Rasa cinta terhadap sesama muslim akan mengokohkan dan menguatkan iman satu sama lain.
Membangun hubungan persaudaraan karena Allah adalah bukti kokohnya iman seseorang. Persaudaraan yang dibangun karena kecintaan kepada Allah akan menyempurnakan iman.
Rasulullah bersabda,
“Seorang mukmin bagi mukmin lainnya laksana bangunan, satu sama lain saling menguatkan.”
[Muttafaq ‘Alaihi]
Iman seseorang semakin kuat ketika ia mencintai saudaranya karena Allah. Mereka bagaikan benih-benih yang tumbuh tinggi menjadi pepohonan yang saling menguatkan dengan akar-akarnya.
(Baca Juga: Kupersembahkan Ibadah Hanya Kepada Allah)
Kewajiban Untuk Membela (Menolong) Sesama Muslim
Seorang mukmin adalah wali untuk saudara-saudara mukmin lainnya.
Hak seorang muslim atas muslim lainnya adalah mendapatkan pertolongan. Seorang muslim diwajibkan untuk membantu dan menolong saudara muslim lainnya.
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Seorang Muslim adalah saudara orang Muslim lainnya. Ia tidak boleh menzhaliminya dan tidak boleh membiarkannya diganggu orang lain (bahkan ia wajib menolong dan membelanya). Barangsiapa membantu kebutuhan saudaranya, maka Allâh Azza wa Jalla senantiasa akan menolongnya. Barangsiapa melapangkan kesulitan orang Muslim, maka Allâh akan melapangkan baginya dari salah satu kesempitan di hari Kiamat dan barangsiapa menutupi (aib) orang Muslim, maka Allâh menutupi (aib)nya pada hari Kiamat.”
[HR. Bukhari]
Ketika kita menolong sesama mukmin, maka Allah akan membalasnya dengan memberikan bantuan kepada kita. Allah akan membalas segala kebaikan berkali-kali lipat kepada seorang mukmin yang memberikan pertolongan kepada mukmin lainnya.
Kenapa bisa begitu besar balasannya dari Allah? Karena pertolongan yang diberikan kepada sesama muslim adalah salah satu bentuk jihad di jalan Allah.
Sementara, Allah akan memerangi orang-orang yang menyakiti seorang mukmin. Tiada kemenangan, melainkan hanyalah kehancuran kepada setiap orang yang menyakiti wali-wali Allah. Karena sesungguhnya, setiap mukmin adalah wali Allah.
Allah Azza wa Jalla berfirman,
“Sesungguhnya orang-orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya, Allah akan melaknatnya di dunia dan di akhirat, dan menyediakan baginya siksa yang menghinakan. Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang mukmin dan mukminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata.”
[QS. Al-Ahzab:57-58]
Selalu Mengharapkan Kebaikan Untuk Saudara Sesama Mukmin
Seorang muslim tidak dianggap beriman sampai mengharapkan kebaikan kepada saudara sesama muslim. Tidak dianggap beriman di sini maksudnya adalah imannya tidak sempurna.
Mukmin harus senantiasa mengharapkan kebaikan kepada mukmin lainnya, sebagaimana ia mengharapkan kebaikan datang untuk dirinya sendiri.
Kewajiban Untuk Saling Menasihati
Seorang muslim kepada muslim lainnya diwajibkan untuk saling menasihati dan mengingatkan satu sama lain. Diantaranya:
- Nasihat untuk senantiasa istiqomah dan taat pada ajaran dari Allah.
- Nasihat untuk mempelajari dan mengamalkan Al-Qur’an.
- Nasihat untuk mengikuti sunnah Nabi Muhammad.
- Nasihat untuk taat pada kebaikan yang diperintahkan oleh Ulil Amri (pemerintah).
- Nasihat untuk saling menjaga satu sama lain.
Saudara yang baik adalah saudara yang selalu mengingatkan. Seringkali seseorang muslim futur, tugas kita adalah mengingatkan agar semangat lagi.
Kita semua manusia memiliki iman yang naik – turun. Tidaklah ada yang bisa menyelamatkan kita dari keburukan, melainkan sahabat yang saling menasihati.
Tolong ingatkan aku agar senantiasa istiqomah, yaa!
Membersihkan Hati Untuk Persaudaraan
Seorang mukmin wajib membersihkan hati dari segala macam bentuk penyakit hati. Kita harus menghindari sifat hasad, iri, dengki dan benci.
Bersihkan hati dengan sering mengingat-ingat kebaikan saudara kita sesama mukmin.
Hati yang bersih akan saling menguatkan persaudaraan. Bersihkan hati kita dengan memperbanyak Doa, Dzikir, Tilawah Al Qur’an dan hadir pada Majelis Ilmu.
Sesungguhnya penyakit hati bisa disembuhkan dengan mengkonsumsi makanan bergizi yang dapat meningkatkan kadar iman.
Berprasangka Baik Kepada Sesama Muslim
Seorang muslim harus senantiasa berprasangka baik kepada saudara muslim lainnya, sebagaimana ia berprasangka baik kepada dirinya sendiri.
Kita diperintahkan untuk menghindari prasangka-prasangka buruk kepada saudara-saudara kita.
Allah berfirman,
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.”
[QS. Al-Hujurat:12]
Menunaikan Hak Sesama Muslim
Seorang muslim atas muslim lainnya diwajibkan untuk saling menunaikan hak-haknya. Diantara hak-hak sesama muslim:
- Ucapkan Salam “Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh” kepada sesama muslim.
- Apabila kita mendapatkan undangan Walimatul ‘Ursy, maka penuhi undangan tersebut.
- Apabila mereka meminta nasihat, berikanlah nasihat dan kasih.
- Apabila saudara kita bersin dan memuji nama Allah dengan mengucapkan “Alhamdulillah”, maka doakanlah ia dengan membaca “Yarhamukallah”.
- Apabila saudara kita sakit, maka jenguklah.
- Apabila saudara kita meninggal, maka antarkanlah ia sampai ke kuburnya.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Kewajiban seorang muslim atas muslim yang lain ada enam.”
Lalu ada yang bertanya, “Apa itu ya Rasulullah.”
Rasulullah bersabda,
“Apabila kamu bertemu dengannya maka ucapkanlah salam kepadanya, apabila dia mengundangmu maka penuhilah undangannya, apabila dia meminta nasehat kepadamu maka berilah nasehat kepadanya, apabila dia bersin lalu memuji Allah maka doakanlah dia (dengan bacaan yarhamukallah), apabila dia sakit maka jenguklah dia, dan apabila dia meninggal maka iringilah jenazahnya.”
[HR. Muslim]
(Baca Juga: Hijrah Dari Keburukan Kepada Kebaikan)
Saling Memberikan Manfaat Kepada Sesama Mukmin
Seorang mukmin dan lainnya wajib untuk saling memberikan manfaat satu sama lain. Seorang mukmin yang bermanfaat bagi sesama mukmin adalah manusia-manusia yang dicintai oleh Allah. Mereka adalah orang-orang yang senantiasa membantu mukmin lainnya.
Dahulu di zaman Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam ada seorang laki-laki yang datang kepada Rasulullah. Ia bertanya, “Wahai Rasulullah, siapa orang yang paling dicintai oleh Allah? Dan apa amalan yang paling dicintai oleh Allah?”
Maka Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda,
“Manusia yang paling dicintai oleh Allah adalah yang paling bermanfaat untuk manusia. Dan amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah kegembiraan yang engkau masukan ke hati seorang mukmin, atau engkau hilangkan salah satu kesusahannya, atau engkau membayarkan hutangnya, atau engkau hilangkan kelaparannya. Dan aku berjalan bersama saudaraku untuk memenuhi kebutuhannya itu lebih aku cintai daripada ber-i’tikaf di masjid Nabawi selama sebulan lamanya. Dan siapa yang menahan marahnya maka Allah akan tutupi auratnya. Barangsiapa yang menahan marahnya padahal ia bisa menumpahkannya, maka Allah akan penuhi hatinya dengan keridhaan di hari kiamat. Dan barangsiapa berjalan bersama saudaranya sampai ia memenuhi kebutuhannya, maka Allah akan mengokohkan kedua kakinya di hari ketika banyak kaki-kaki terpeleset ke api neraka”
[HR. Ath Thabrani 6/139, dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah 2/575]
Keharusan Untuk Mendamaikan Muslim Yang Berselisih
Sebagai saudara sesama muslim kita dilarang untuk berselisih. Apabila seseorang diantara kita ada yang berselisih, maka sudah menjadi kewajiban kita untuk mendamaikan.
Segala macam perselisihan harus dikembalikan kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Tentunya dengan pemahaman para sahabat.
Allah sudah memberikan petunjuk kepada kita. Apabila telah datang kebenaran ditengah-tengah kita, maka kita harus menerimanya. Perselisihan hanya akan mendatangkan kehancuran.
Allah Azza wa Jalla berfirman,
Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat.
[QS. Ali Imran:105]
Penutup
Demikian artikel ini ditulis sebagai nasihat untuk penulis sendiri dan juga teman-teman pembaca.
Artikel ini adalah sedikit dari rangkuman yang terinspirasi dari ceramah Syaikh Prof. Dr. Ibrahim bin Amir Ar-Ruhailiy. Tabligh Akbar di Auditorium Graha Widyatama Universitas Jenderal Soedirman. Ahad, 12 Januari 2020.
Semoga kita bisa membangun Ukhuwah Islamiyah sebagaimana persaudaraan kaum Muhajirin dan Anshor di masa Rasulullah.
Wallahul Musta’an.
Referensi: