Hikmah Menikah Menurut QS. Az-Zariyat : 49

hikmah menikah

Hikmah Menikah Menurut QS. Az-Zariyat : 49 – Bila kita membahas mengenai QS. Az-Zariyat ayat 49, sebenarnya ayat ini sangat kental sekali dengan tema Tauhid yang tak lain adalah mengesakan Allah ‘Azza wa Jalla.

Namun selain tentang Tauhid, ayat ini juga menunjukkan hikmah menikah yang akan kita bahas pada artikel singkat ini.

Hikmah Menikah: Dapat Merasakan Nikmat dari Allah Berupa Pasangan Hidup

Tahukah kamu bahwa setiap makhluk-Nya diciptakan berpasang-pasangan? Ya, mayoritas umat muslim sudah mengetahuinya karena hal ini telah Allah sampaikan di dalam Al-Qur’an surah Az-Zariyat ayat 49 yang berbunyi:

وَمِن كُلِّ شَىْءٍ خَلَقْنَا زَوْجَيْنِ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ

Wa ming kulli syai`in khalaqnā zaujaini la’allakum tażakkarụn

Artinya:

“Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah.”

Adapun arti dari ayat tersebut menurut Ilmu Tafsir adalah :

Allah menyebutkan nikmat-nikmat-Nya yang lain bahwa semua makhluk yang berada di bumi diciptakan berpasang-pasangan.

Ada langit dan bumi, timur dan barat, hitam dan putih, laki-laki dan perempuan, jantan dan betina, positif dan negatif, api dan air, dan semuanya berpasang-pasangan.

Tujuan penciptaan makhluk berpasangan adalah agar manusia mengetahui bahwa yang tidak berpasang-pasangan hanyalah Allah subhanahu wata’ala semata.

Hikmah Menikah: Menumbuhkan Ketauhidan Bahwa yang Tidak Butuh Pasangan Hanyalah Allah

Hal ini juga sesuai dengan firman Allah dalam Al-Qur’an surah Al-Ikhlas ayat 1:

قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ

Qul huwallahu ahad

Artinya:

“Katakanlah (Muhammad), “Dialah Allah, Yang Maha Esa.”

Menurut Ilmu Tafsir, ayat ini memiliki maksud untuk menjelaskan secara gamblang bahwa Allah Yang Maha Esa (الْفَرْدُ الصَّمَدُ) dan Maha Ganjil (الوِتْرُ) artinya sendirian dan tidak berpasang-pasangan dengan yang lain.

Faedah yang selanjutnya mengenai QS. Az-Zariyat ayat 49 yaitu Allah ingin menjelaskan bahwa yang namanya berpasang-berpasangan itu memiliki arti saling membutuhkan antara yang satu dengan yang lain.

Seorang lelaki tidak akan sempurna kecuali dengan pasangannya yaitu seorang perempuan, begitu pula sebaliknya tidak akan tenang seorang wanita sampai ia dinikahi oleh suaminya.

Adapun Allah tidak butuh kepada pasangan. Dia sudah Maha Sempurna tanpa adanya pasangan. Maka dari itu, Allah berfirman dalam kalam-Nya:

لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ

La’allakum tadzakkaruun

Artinya:

“Agar kamu mengingat (kebesaran Allah).”

Artinya yaitu supaya manusia mengingat kebesaran Allah, dan bahwasanya Allah tidak sama dengan ciptaan-Nya yang berpasang-pasangan dan saling membutuhkan satu sama lain.

Allah tidak membutuhkan siapapun. Termasuk ketika kita melaksanakan sholat, itu karena kitalah yang membutuhkan pertolongan Allah lewat sholat.

Baca artikel menarik lainnya: Anjuran Menjadi Suami yang Berhias untuk Istri

Itulah hikmah menikah jika ditilik berdasarkan QS. Az-Zariyat ayat 49, bahwa kita manusia sebenarnya saling membutuhkan dengan pasangan kita dan ini bukti yang menunjukkan bahwa manusia hanyalah makhluk yang lemah, tidak dapat berdiri sendiri tanpa pertolongan-Nya dan makhluk-Nya.

58 Dosa-dosa Suami Istri yang Meresahkan Hati

dosa-dosa suami istri

Dosa-dosa Suami Istri yang Meresahkan Hati – Setiap pasangan suami istri pasti mendambakan kehidupan rumah tangga yang harmonis dan bebas dari konflik.

Agar dapat meraih harapan tersebut, tentu pasangan suami istri harus meminimalisir dosa-dosa di antara keduanya.

Pada artikel kali ini kami akan membagikan sejumlah dosa-dosa suami istri yang telah kami rangkum dari buku karya Muhammad bin Ibrahim Al-Hamd yang berjudul: “Dosa-dosa Suami Istri yang Meresahkan Hati”.

Mengintip Dosa-dosa Istri

1. Berlebihan dalam Menuntut Kesempurnaan

Beberapa gadis sebelum menikah membayangkan bahwa kehidupan rumah tangga tidak ada kesulitan dan kesusahan. Mereka mengira setelah menikah hanya ada kebahagiaan seperti di kisah-kisah fiksi.

Ketika realita kehidupan rumah tangga menghantam, para gadis yang telah menikah itupun merasa kecewa lalu menuntut suaminya untuk mewujudkan impian mereka seperti yang ada di novel atau drama Korea.

Ketika tuntutan itu terlalu berlebihan hingga melukai hati dan martabat suami, maka istri akan mendapat dosa.

Sikap seorang istri yang cerdas yaitu dapat menghadapi kegembiraan maupun kesulitan di dalam pernikahannya, bukan hanya menuntut kesempurnaan semata.

2. Kurang Memperhatikan Orang Tua Suami

Seorang istri memang mempunyai hak untuk menolak tinggal serumah bersama orang tua suaminya.

Namun apabila kondisi memaksa kedua orang tua suami butuh tinggal satu rumah dengan suami, sedangkan suami dituntut untuk berbakti kepada orang tua, istri harus membantu suami untuk berbakti.

3. Terlalu Apa Adanya, Kurang Mempercantik Diri di Hadapan Suami

Setiap istri hendaknya mengingat dan memahami bahwa berdandan di hadapan laki-laki yang bukan mahromnya adalah berdosa karena dapat menimbulkan fitnah bagi lelaki yang melihatnya.

Namun, apabila istri berdandan di hadapan suaminya akan mendapatkan pahala dari Allah. Maka istri yang takut kepada Rabb-nya tidak akan berdandan lengkap kecuali hanya untuk suaminya.

4. Banyak Berkeluh Kesah dan Kurang Bersyukur

5. Mengungkit-ungkit Kebaikan kepada Suami

6. Menyebarkan Problematika Rumah Tangga kepada Orang Lain

7. Kurang Memperhatikan Posisi dan Status Sosial Suami

8. Kurang Membantu Suami dalam Kebajikan dan Ketakwaan

9. Membebani Suami dengan Banyak Tuntutan

10. Membuat Risau Suami dengan Banyak Menjalin Hubungan

11. Bersikap Nusyuz terhadap Suami

12. Menolak Ajakan Suami Berhubungan Badan

13. Lalai dalam Melayani Suami

14. Memasukkan Orang yang Tidak Diizinkan Suami untuk Masuk ke Dalam Rumahnya

15. Keluar dari Rumah Tanpa Izin Suami

16. Menaati Suami dalam Kemaksiatan kepada Allah

17. Cemburu Berlebihan terhadap Suami

18. Buruknya Perilaku Istri Bila Suami Berpoligami

19. Lalai dalam Mendidik Anak-anak

20. Kurang Perhatian terhadap Kondisi dan Perasaan Suami

21. Menyebarluaskan Rahasia Tempat Tidur

22. Istri Mendeskripsikan Seorang Perempuan kepada Suami

23. Menggugat Kepemimpinan Suami

24. Istri yang Ikhtilath dan Tabarruj di Hadapan Kaum Laki-laki

25. Kurang Setia terhadap Suami

26. Kurangnya Ketakwaan kepada Allah Setelah Berpisah dari Suami

 

Dosa Suami yang Meresahkan Hati Istri

  1. Lalai Berbakti kepada Orang Tua Setelah Menikah
  2. Kurang Serius dalam Mengharmoniskan Antara Istri dan Orang Tua
  3. Ragu dan Buruk Sangka kepada Istri
  4. Kurang Memiliki Sikap Cemburu terhadap Istri
  5. Meremehkan Kedudukan Istri
  6. Melepaskan Kendali Kepemimpinan dan Menyerahkannya kepada Istri
  7. Memakan Harta Istri secara Bathil
  8. Kurang Semangat dalam Mengajari Istri Ajaran-ajaran Agamanya
  9. Bersikap Pelit terhadap Istri
  10. Datang secara Tiba-tiba Setelah Lama Pergi
  11. Banyak Mencela dan Mengkritik Istri
  12. Kurang Berterima Kasih dan Memotivasi Istri
  13. Banyak Bersengketa dengan Istri
  14. Lama Memutus Hubungan dan Meninggalkan Istri Tanpa Sebab yang Jelas
  15. Sering Berada di Luar Rumah dan Jarang Bercengkerama dengan Keluarga
  16. Interaksi yang Buruk dengan Istri
  17. Tidak Menganggap Penting Berdandan untuk Istri
  18. Kurang Perhatian terhadap Doa yang Dituntunkan Ketika Menggauli Istri
  19. Kurang Memperhatikan Etika, Hikmah, dan Hukum Hubungan Badan
  20. Menyebarkan Rahasia Ranjang
  21. Tidak Mengetahui Kondisi Biologis Perempuan
  22. Menggauli Istri Ketika Haid
  23. Menggauli Istri pada Duburnya
  24. Memukul Istri Tanpa Alasan
  25. Kesalahan Tujuan Poligami
  26. Tidak Bersikap Adil antara Beberapa Istri
  27. Terburu-buru dalam Urusan Talak
  28. Tidak Mau Mentalak, Padahal Sudah Tidak Mungkin Ada Perbaikan dan Kecocokan
  29. Mencela Istri Setelah Berpisah Dengannya
  30. Menelantarkan Anak-anak Setelah Mentalak Istri
  31. Kurang Setia terhadap Istri
  32. Kurang Puas dan Selalu Melirik Perempuan Lain

 

Akhir Kata

Daftar Pustaka:

Ibrahim Al-Hamd, Muhammad. 2012. Dosa-dosa Suami Istri yang Meresahkakn Hati. Solo. Kiswah.

PACARAN ISLAMI

Istilah Pacaran Islami dalam Islam

Maraknya Label Islami di Indonesia

Label yang Tidak Sesuai Dengan Syariat

Sejalan dengan maraknya dakwah di berbagai media, masyarakat muslim Indonesia mulai sadar pentingnya syariah. Semangat ini ditandai dengan maraknya label islam dan syariah. Hingga label ini diobral untuk semua properti yang ada di lingkungannya. Terlepas apakah yang dia lakukan diizinkan oleh syariat, atau sebaliknya, justru bertentangan dengan syariat.

Di sekitar kita ada bank syariah, asuransi syariah, pegadaian syariah, hotel syariah, dst. Demikian pula kata islami, banyak orang menggunakannya untuk menyebut melabeli kegiatannya. Kita dengar ada musik islami, joget islami, sampai pacaran islami.

Ada 2 kemungkinan latar belakang orang menggunakan label ini,

  1. Dalam rangka mencari pembenar karena dengan label islami, akan lebih mudah diterima masyarakat.
  2. Keinginan untuk menyesuaikan diri dengan aturan islam sehingga semua kegiatan di atas dibersihkan dari unsur yang dilarang dalam syariat islam.

Apapun itu, melihat latar belakang ini, sebenarnya mereka memahami bahwa semua properti dan aktivitas di atas, mulai dari bank, asuransi, pegadaian, hotel, musik, joget, sampai pacaran, semua itu bermasalah secara syariat. Jika tidak, mereka tidak akan menggunakan label itu sebagai langkah pembenaran.

Yang menarik, mereka yang suka menggunakan label islam dan syariah itu, sangat semangat untuk menjadi islam syamil, kamil, islam kaffah.

Mengikuti firman Allah,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً

“Wahai orang-orang yang beriman, masuklah ke dalam islam secara keseluruhan.” (QS. al-Baqarah: 208)

Tentu saja untuk menjadi muslim yang kaffah, bukan dengan memberi label islami untuk semua aktivitas kita. Karena label semata tidak ada artinya, sementara hekakatnya bertentangan dengan islam. Akan tetapi, muslim kaffah adalah muslim yang menjalankan setiap aktivitasnya sesuai aturan syariat. Meskipun tidak dilabeli dengan nama syariat.

 

Adakah Pacaran Islami?

Jika memang itu halal, mengapa harus diberi label islami?

Adanya label islam, tentu saja karena dia bermasalah. Bagaimana mungkin pacaran bisa diberi label islami? Sementara semua hubungan lawan jenis yang bukan mahram, berpotensi untuk menjadi sumber dosa.

Adanya label islam, tentu saja karena dia bermasalah. Bagaimana mungkin pacaran bisa diberi label islami? Sementara semua hubungan lawan jenis yang bukan mahram, berpotensi untuk menjadi sumber dosa. Mulai yang tangan sampai hati.

Sabda Rasulullah

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ اللَّهَ كَتَبَ عَلَى ابْنِ آدَمَ حَظَّهُ مِنَ الزِّنَا، أَدْرَكَ ذَلِكَ لاَ مَحَالَةَ، فَزِنَا العَيْنِ النَّظَرُ، وَزِنَا اللِّسَانِ المَنْطِقُ، والقلب تَمَنَّى وَتَشْتَهِي، وَالفَرْجُ يُصَدِّقُ ذَلِكَ كُلَّهُ وَيُكَذِّبُهُ

“Sesungguhnya Allah menetapkan jatah dosa zina untuk setiap manusia. Dia akan mendapatkannya dan tidak bisa dihindari: zina mata dengan melihat, zina lisan dengan ucapan, zina hati dengan membayangkan dan gejolak syahwat, sedangkan kemaluan membenarkan semua itu atau mendustakannya.” (HR. Bukhari 6243)

Dalam riwayat lain, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الْعَيْنُ تَزْنِي، وَالْقَلْبُ يَزْنِي، فَزِنَا الْعَيْنِ النَّظَرُ، وَزِنَا الْقَلْبِ التَّمَنِّي، وَالْفَرْجُ يُصَدِّقُ مَا هُنَالِكَ أَوْ يُكَذِّبُهُ

“Mata itu berzina, hati juga berzina. Zina mata dengan melihat (yang diharamkan), zina hati dengan membayangkan (pemicu syahwat yang terlarang). Sementara kemaluan membenarkan atau mendustakan semua itu.” (HR. Ahmad 8578)

Kalaupun pacaran islami itu fisik tidak bersentuhan, tapi saling menatap dan menikmati. Kalaupun pacaran islami dilakukan dibalik hijab, mata tidak saling menatap, tapi telinga saling mendengar. Mendengar kalimat demi kalimat dari orang yang dia cintai. Kalaupun dalam pacaran islami itu hanya dengan berkomunikasi lewat hp, chat layaknya suami istri, tapi bukankah hati menikmati dan bahkan membayangkannya?

Karena hakikat zina hati adalah dia membayangkan melakukan sesuatu yang haram, yang membangkitkan syahwat, baik dengan lawan jenis maupun dengan sejenis. Sehingga tidak ada peluang untuk melakukan pacaran islami, selain pacaran setelah pernikahan. Hanya dengan menikah, anda bisa pacaran.

Dalam hadis dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَمْ نَرَ لِلْمُتَحَابَّيْنِ مِثْلَ النِّكَاحِ

“Kami tidak mengetahui adanya solusi bagi orang yang saling mencintai selain nikah.” (HR. Ibnu Majah 1847 dan dishahihkan al-Albani)

Makna hadist, seperti dijelaskan al-Munawi,

المراد أن أعظم الأدوية التي يعالج بها العشق النكاح، فهو علاجه الذي لا يعدل عنه لغيره ما وجد إليه سبيلا

“Makna hadits bahwa cara paling mujarab yang bisa mengobati orang yang dirundung cinta adalah nikah. Tidak ada yang bisa menandingi solusi ini selama masih memungkinkan.” (Faidhul Qadir, 5/376)

Allahu a’lam.

Ustadz Ammi Nur Baits,

Silakan disebarluaskan.

═══ ¤❁✿❁¤ ═══
Follow us !
Facebook : Majeelis Dakwah Remaja
LINE : majeedr
Instagram : majeedr1
Telegram : majeedrofficial
Website: www.majeedr.com
Majeedr tv: bit.ly/majeedr