Cara Mengimani Sifat Datangnya Allah Subhanahu wa Ta’ala

Cara Mengimani Sifat Datangnya Allah Subhanahu wa Ta’ala – Sebagai seorang muslim, kita sepatutnya mengerti bagaimana cara mengimani sifat datangnya Allah Subhanahu wa Ta’ala, yaitu harus sesuai dengan keagungan Allah Ta’ala.  Di mana keagungan Allah ialah telah menciptakan seluruh alam semesta beserta isinya.

Allah ‘Azza wa Jalla berfirman :

“Sesungguhnya Rabb kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas ‘Arsy; Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Rabb semesta alam.”
[QS. Al-A’raf: 54]

cara mengimani sifat datangnya Allah
cara mengimani sifat datangnya Allah

Setelah mengetahui betapa agungnya Allah Ta’ala, Rabb semesta alam, Sang Penguasa jagat raya, alangkah baiknya kita tahu bagaimana cara mengimani sifat datangnya Allah.

Bentuk iman terhadap sifat datangnya Allah tidak serta merta sesuai dengan kehendak atau hawa nafsu kita. Ada ketentuan yang harus dihindari seorang muslim dalam mengimani sifat datangnya Allah.

Dalam Mengimani Sifat Datangnya Allah, Kita Tidak Boleh Bersikap:

1. Tamtsil

Tamtsil yaitu menyamakan atau menyerupakan nama atau sifat Allah dengan nama atau sifat makhluk-Nya. Dengan kata lain seluruh zat Allah itu disamakan dengan seluruh zat makhluk-Nya.

Menyamakan sebagian sifat atau zat Allah dengan makhluk-Nya saja sudah dilarang. Sebagai contoh: menyamakan tangan Allah seperti tangan si Fulan atau menyamakan rupa Allah layaknya rupa si Fulan.

Seorang muslim dalam mengimani sifat datangnya Allah, harus ditekankan tanpa melakukan Tamtsil. Tidak berkhayal atau berangan-angan menyerupakan zat Allah dengan sesuatu yang pernah dilihatnya di dunia. Karena zat Allah itu sangat berbeda dengan apa yang ada di dunia, sehingga tidak semena-mena dalam membayangkan-Nya.

Allah ‘Azza Wa Jalla berfirman yang artinya,

“…Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia (Allah)…”
[QS. Asy-Syura: 11]

 

2. Tahrif

Tahrif merupakan menyimpangkan makna atau sifat Allah dari yang sebenarnya tanpa dalil. Dapat dikatakan juga menyimpangkan pada makna-makna yang diinginkan dengan selera hawa nafsu manusia. Hawa nafsu hanya akan membawa seorang muslim memaknai sifat Allah di luar nalar dan keilmuannya.

Sudah menjadi kewajiban seorang muslim dalam memaknai suatu hal harus dengan bersandarkan pada dalil yang shahih. Tentu saja kita tidak diperkenankan untuk melakukan penafsiran menurut hawa nafsu kita, karena dapat mendahului Allah dan Rasulullah.

Allah Ta’ala berfirman yang artinya,

“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah engkau mendahului Allah dan Rasul-Nya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
[QS. Al-Hujurat: 1]

 

Baca juga artikel populer lainnya: Jangan Berputus Asa dari Rahmat Allah


3. Takyif

Takyif adalah menentukan hakikat tertentu dari sifat-sifat Allah. Bisa dibilang menerangkan keadaan yang ada padanya sifat atau mempertanyakan. Seperti “Bagaimana sifat atau zat Allah itu?” dan menanyakan “Bagaimana Allah bersemayam?”.

Takyif itu menggambarkan bagaimananya, karena kita belum pernah melihat Allah dan tidak melihat apa yang serupa dengan Allah, serta tidak ada informasi akurat dari Nabi.

Dengan demikian kita tidak menolak karena sifat ini diterangkan oleh Allah dalam Al-Quran sifat kedatangan Allah. Sehingga kita mengimani sebagaimana yang Allah Subhanahu wa Ta’ala telah jelaskan.

Allah Ta’ala berfirman yang artinya,

“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.”
[QS. Al-Isra’:36]


Penutup

Demikian artikel ini ditulis dari hasil review ceramah satu menit Ustadz Afifi Abdul Wadud, B.A. di Youtube dengan judul “Cara Mengimani Sifat Datangnya Allah Subhanahu Wa Ta’ala” yang dipublikasikan pada 13 Agustus 2020.

Semoga bermanfaat. Sekian dan terima kasih.

Referensi:
https://almanhaj.or.id/
– https://muslim.or.id/

Apa Tujuan Hidup di Dunia?

Apa Tujuan Hidup di Dunia? – Kita harus ingat bahwa umat manusia itu hanya bersinggah di kehidupan dunia. Setelah dunia masih ada kehidupan akhirat, kehidupan yang benar-benar nyata, yang kekal nan abadi. Sungguh dunia yang sedang kau pijak ini hanyalah fana belaka, akan rusak dan hancur pada waktunya.

Sesungguhnya kehidupan dunia ini merupakan kesempatan pertama dan terakhirmu. Kesempatan yang menjadi batu loncatan ke manakah engkau pergi dan tuju. “Apakah Surga atau Neraka?”

“Apakah engkau di dunia melakukan perbuatan buruk? Menghardik anak yatim? Durhaka kepada orang tua? Berbuat kerusakan di seluruh penjuru dunia? Menyembah kepada selain Allah?”

“Atau engkau mengambil kesempatan hidup dunia ini untuk melakukan hal-hal baik? Menyantuni anak yatim piatu? mencari ridha Allah? beriman kepada Allah? beribadah kepada Allah?”

Ada orang yang menjadikan dunia ini hanya tujuannya. Tidak pernah berpikir dengan kehidupan akhirat, bahkan dia tidak percaya adanya akhirat. 

Seharusnya sebagai seorang muslim yang bertakwa kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala, tujuan hidupnya harus akhirat. Dan ridha Allah yang paling utama, sehingga engkau akan di masukkan Surga-Nya.

Alangkah indahnya jika kalian menjadikan dunia untuk mengejar akhirat. Engkau jadikan segala hal yang engkau miliki di dunia untuk mengejar akhirat. 

Harus kalian ketahui, jika engkau beramal untuk kehidupan akhirat, tujuan hidupmu adalah akhirat. Maka dunia senantiasa akan mengiringinya. Nikmat dunia akan engkau gapai, apabila engkau terus mengejar nikmat akhirat, nikmat Surga, yang dijanjikan Allah Ta’ala.

Akhirat jadi tujuanmu, tidak menjadikan duniamu itu haram

Mencari akhirat bukan berarti mengharamkan dunia, bahkan dunia totalitasnya, Anda tanpa mengurangi menikmati dunia. Dan bahkan dunia semuanya Anda jadikan untuk mendapatkan Surga yang disediakan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Dunia ini jalan yang bisa mengantarkan ke surga dan jalan yang bisa mengantarkan ke Neraka.

“Barang siapa yang mobilnya, mengantarkan dia ke masjid. Mengantarkan dia ke majelis ta’lim, mengantarkan dia untuk menjadi orang yang menolong orang lain.”

“Melakukan kebaikan-kebaikan dengan hartanya. Maka sungguh hartanya telah mengantarkan ke Surga.”

“Barang siapa yang dengan mobilnya dan hartanya, mengantarkan ke kafe-kafe, ke bar-bar,  ke tempat perzinaan, ke tempat ia melampiaskan nafsu dan syahwatnya. Maka sungguh hartanya telah mengantarkan dia ke Neraka Jahanam.

Jika Anda mencari Jannah, mencari kampung akhirat. Maka tanpa sedikit pun akan mengurangi jatah Anda nikmat dunia.

“Apakah orang yang mencari surga, dia haram mengawini wanita?” Tidak.

“Apakah orang mencari akhirat, dia di haramkan ber-nikmat-nikmat dengan anaknya?” Tidak.

“Apakah orang mereka mencari Jannah dia di haramkan punya rumah, punya mobil, dia menyantap makanan yang enak-enak?” Tidak.

Semuanya boleh dan boleh. Kecuali yang diharamkan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Dan mereka itu jadikan semuanya mendapatkan kampung akhirat. Alangkah indahnya orang yang seperti ini.

Tanpa mengurangi kenikmatan Anda menikmati dunia. Tetapi Anda dengan itu menuju kepada Jannah yang di sediakan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Sungguh mulia bukan? Agama Islam telah membawa kemudahan dan kenikmatan Duniawi maupun Surgawi. Syaratnya ialah kalian harus jadikan akhirat itu tujuanmu dan ridha Allah jadi tujuanmu. Sehingga segala yang engkau perbuat di dunia harus berdasarkan syariat Islam, maka dunia akan membawamu ke Jannah.   

Penjara menurut Imam Ibnu Hajar Al Asqalani dan seorang Yahudi penjual minyak

Al Imam Ibnu Hajar Al Asqalani merupakan seorang ulama ahlul hadits. Dia seorang qadhi/hakim, yang dia penampilannya Masya Allah indahnya dan kendaraannya Masya Allah mewah.

Ketika dia sedang melakukan perjalanan, maka dia dicegat oleh seorang Yahudi, yang tengik letek (bau minyak yang sudah lama), kluwus (kusut kotor), karena dia penjual minyak, dan melarat/miskin pula.

Dalam Faid Al-Qadir (3: 730) karya Al-Munawi disebutkan kisah Ibnu Hajar berikut ini:

ذكروا أن الحافظ ابن حجر لما كان قاضي القضاة مر يوما بالسوق في موكب عظيم وهيئة جميلة فهجم عليه يهودي يبيع الزيت الحار وأثوابه ملطخة بالزيت وهو في غاية الرثاثة والشناعة فقبض على لجام بغلته وقال : يا شيخ الإسلام تزعم أن نبيكم قال الدنيا سجن المؤمن وجنة الكافر فأي سجن أنت فيه وأي جنة أنا فيها فقال : أنا بالنسبة لما أعد الله لي في الآخرة من النعيم كأني الآن في السجن وأنت بالنسبة لما أعد لك في الآخرة من العذاب الأليم كأنك في جنة فأسلم اليهودي

 

“Diceritakan bahwa Al-Hafizh Ibnu Hajar ketika ia menjadi seorang qadhi (hakim) terkemuka, suatu hari ia pernah melewati sebuah pasar yang penuh keramaian. Ibnu Hajar datang dengan pakaian yang begitu menawan (pakaian mewah). Kemudian orang Yahudi menyergapnya. Orang Yahudi tersebut sedang menjual minyak panas, tentu saja pakaiannya penuh dengan kotoran minyak. Tampilan Yahudi tersebut usang dan penuh keprihatinan.

Sambil memegang kekang kuda (yang biasa dipasang pada mulut kuda, pen.), Yahudi tersebut berkata pada Ibnu Hajar, “Wahai Syaikhul Islam (Ibnu Hajar, pen.), engkau menyatakan bahwa Nabi kalian (Nabi umat Islam) bersabda, “Ad-dunya sijnul mukmin, wa jannatul kafir (dunia itu penjara bagi orang beriman dan surga bagi orang orang kafir).” Bagaimana keadaanmu saat ini bisa disebut penjara, lalu keadaanku di dunia seperti ini disebut surga?”

Ibnu Hajar memberikan jawaban, “Aku dilihat dari berbagai nikmat yang Allah janjikan untukku di akhirat, seakan-akan aku sedang di penjara. Sedangkan engkau (wahai Yahudi) dilihat dari balasan siksa yang pedih yang Allah berikan untukmu di akhirat, seakan-akan engkau berada di surga.”

Akhirnya, orang Yahudi tersebut pun masuk Islam.

Maka si yahudi ini mengucapkan dua kalimat syahadat “asyahadu an laa ilahailallah. Wa asyhadu ana Muhammadarasulullah.” Dia masuk islam.

Jika di lihat dari kisah di atas bahwa nikmat yang Allah janjikan kepada orang islam, orang yang beriman kepada Allah, di akhirat kelak akan serasa seperti penjara.

Sedangkan bagi mereka yang kafir, yang tidak beriman kepada Allah, jika di lihat dari segi balasan siksa pedih yang Allah berikan bagi mereka di akhirat, seakan-akan mereka di Surga.

Hiduplah di Dunia untuk akhirat

Menikmati dan mencari kampung akhirat, tidak mesti dengan meninggalkan dunia. Dan tidak harus meninggalkan duniamu. Tapi jadikan semua dunia Anda untuk mencari kampung akhirat.

Ilmu Anda, tenaga Anda, harta Anda, istri Anda, anak Anda, keluarga Anda. Anda bergaul dengan tetangga, dengan masyarakat. Jadikan semua yang Anda miliki itu  untuk mencari kampung akhirat. Sehingga tidak ada yang sia-sia dalam kehidupan Anda di dunia.

Dan islam tidak mendzolimi orang yang mereka mencari akhirat dengan menyengsarakan hak badan atau hak batin dia.

Maka Rasulullah mengingkari orang yang mereka menyiksa diri, karena untuk mencari kampung akhirat. Ketika mereka survey tentang ibadah Nabi dan ke si fulana. Mereka merasa sedikit, maka di antara mereka berangan-angan.

Dalam hadits yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dari Anas bin Malik Radhiyallahu anhu, ia menuturkan:

Ada tiga orang yang datang ke rumah isteri-isteri Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk bertanya tentang ibadah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ketika mereka diberi kabar, mereka seakan-akan merasa tidak berarti. Mereka mengatakan:

“Apa artinya kita dibandingkan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, padahal Allah telah mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu dan terkemudian?” Salah seorang dari mereka berkata:

“Aku akan shalat malam selamanya.”

Orang kedua mengatakan:

“Aku akan berpuasa sepanjang masa dan tidak akan pernah berbuka.”

Orang ketiga mengatakan:

“Aku akan menjauhi wanita dan tidak akan menikah selamanya.”

Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam datang lalu bertanya:

“Apakah kalian yang mengatakan demikian dan demikian? Demi Allah, sesungguhnya aku lebih takut kepada Allah dan lebih bertakwa daripada kalian, tetapi aku berpuasa dan berbuka, shalat dan tidur, serta menikahi wanita. Barangsiapa yang membenci Sunnah-ku, maka ia bukan termasuk golonganku.’” [HR. Al-Bukhari (no. 5063)]

Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Salam, yang Beliau seorang utusan Allah, Rasul Allah. Beliau yang seorang Rasul lebih takut kepada Allah dan lebih bertakwa daripada umat yang lain. Namun beliau tetaplah seorang manusia, dia berpuasa lalu berbuka, sholat dan tidur, serta Rasul juga menikahi wanita.

Janganlah kalian sok jagoan, sok hebat untuk bisa lebih hebat dalam beribadah kepada Allah dengan kehendak kalian. Sungguh apabila kalian membenci Sunnah Rasulullah, maka kalian bukan umat Nabi Muhammad.

Agama Islam adalah agama yang mudah

Agama Islam tidak menyulitkan seseorang dalam menjalani hidup di dunia. Agama Islam ini mudah, tidak melarang kenikmatan duniawi. Agama Islam malah membawa kenikmatan dunia untuk menuju nikmat akhirat, yaitu Surga.

Bukankah banyak nikmat dunia yang dapat mendatangkan pahala bagi seseorang dan dia akan mendapatkan Surga di akhirat kelak. Nabi juga yang menegaskan. Agama ini mudah, tidakkah orang memberat-beratkan diri dalam beragama ini kecuali dia akan di kalahkan.

Apakah dengan dia dibuat bosan dengan segala perkaranya. Atau kemudian dia bahkan berhenti dari perkara tersebut. Islam mengajarkan tawassuth (hidup pertengahan). Dia betul-betul selalu dalam keadaan bisa menjaga kesegaran jiwanya dalam beribadah Kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala

Yang kedua tadi betul-betul jangan sampai kita maghrur/tertipu dengan dunia kita, sehingga kita melupakan akhirat kita. Carilah akhirat dengan tanpa mengurangi hak anda tentang dunia. Dan ingat dunia itu betul-betul menipu manusia.

Barang siapa yang tidak hati-hati, tidak waspada maka dunia akan betul-betul akan memakan korban, dan anda akan menjadi korban yang ke sekian dari dunia yang tampil menipu.  Jangan sekali-kali kalian terlena dengan dunia, tergiur dengan jabatan, mengambil uang haram atau korupsi, dan lain sebagainya.

Penutup

Jadikanlah Agama Islam untuk membimbing hidup di dunia dengan membawa hartamu, keluargamu, ilmumu, dan segala yang engkau miliki untuk menuju akhirat, untuk mendapatkan ridha Allah dan Surga Allah Ta’ala. 

Demikian artikel ini ditulis dari hasil review kajian 5 menit Ustadz Afifi Abdul Wadud di Youtube dengan judul “Hiduplah Di Dunia Untuk Akhirat” yang dipublikasikan pada 13 Maret 2019. 

Sekiranya mohon dimaafkan apabila ada kesalahan dalam penulisan atau hal lainnya, karena itu semata-mata hanya kekhilafan penulis. Semoga bermanfaat. Sekian dan terima kasih.

 

Referensi:

 

Apakah Semua Umat Islam Masuk Surga?

Islam Masuk Surga

Apakah Semua Umat Islam Masuk Surga? – Iya, semua Muslim akan masuk surga. Seseorang yang telah berikrar dengan Asyhadu an laa ilaha illallah, Wa Asyhadu anna Muhammadarrasulullah akan masuk surga. Siapa pun itu. Meskipun dia bermaksiat, meskipun dia melakukan dosa-dosa besar. Selama dia tidak kafir dan selama dia tidak batal Syahadatnya dengan melakukan hal-hal yang mengeluarkannya dari keislaman.

Namun, apabila ia tidak diampuni oleh Allah dikarenakan dosanya terlalu banyak maka Allah akan memasukannya ke Neraka terlebih dahulu. Kemudian ia akan di azab, sesuai dengan kadar dosanya. Setelah itu baru dimasukan kedalam Surga.

Tapi janganlah bermain-main dengan hal ini dengan mengatakan, “Yang penting kita masuk Surga. Mau di azab atau tidak di azab, yang penting masuk Surga.”

Jangan kalian berpikir azab Allah itu ringan, azab Allah itu sangat pedih. Jangan harap kalian mendapatkan azab Allah itu ringan.

Orang yang Paling Ringan Siksaannya di Neraka

Azab dari Allah itu sangat pedih, orang yang paling ringan siksaanya di Neraka Jahanam yaitu Abu Thalib, di Neraka Abu Thalib memakai sendal api kemudian otaknya mendidih.

Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَهْوَنُ أَهْلِ النَّارِ عَذَابًا أَبُو طَالِبٍ، وَهُوَ مُنْتَعِلٌ بِنَعْلَيْنِ يَغْلِي مِنْهُمَا دِمَاغُهُ

”Penduduk neraka yang paling ringan siksanya adalah Abu Thalib. Dia diberi dua sandal yang menyebabkan otaknya mendidih.”

[HR. Ahmad 2636, Muslim 212, dan yang lainnya]

Kalian saja apabila dihadapkan hanya dengan lilin yang menyala, kemudian jari kalian mendekati api lilin itu, jari kalian sudah merasakan sakit. Sakitnya luar biasa, apalagi jika engkau dihadapkan dengan api Neraka Jahanam. 

Jadi, meskipun sudah beraga Islam tetaplah berusaha untuk melakukan amalan-amalan terbaik. Agar kelak kita langsung masuk ke surga dan melalui neraka karena siksanya begitu pedih.

Umat Islam Masuk Surga dengan 2 Cara

Jadi benar bahwasanya orang islam pasti akan masuk Surga. Ujung-ujungnya pasti masuk Surga. Ada yang masuk Surga secara langsung dan ada yang mampir lebih dulu ke Neraka Jahanam.

Tapi jangan sampai kita termasuk golongan yang mampir terlebih dahulu. Siksa Neraka itu benar-benar pedih. Tidak akan ada manusia yang kuat menahan siksa Neraka.

Umat Islam Masuk Surga secara Langsung Tanpa Hisab Tanpa Adzab

Orang-orang yang termasuk golongan ini ialah dia yang bertauhid dengan benar. Mengesakan Allah dengan sebenar-benarnya tanpa melakukan perbuatan syirik. 

Kemudian berusaha untuk merealisasikan Tauhid secara sempurna dan tetap berpegang teguh dengan Tauhid hingga akhir hidupnya kelak. 

Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi Wa Sallam telah bersabda:

وَإِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالْخَوَاتِيْمِ

“Sesungguhnya amalan itu hanya berdasarkan penutupnya” [HR. Al-Bukhari]

Orang-orang yang di antara mereka taat dan istiqamah dalam menjalankan syariat Allah, menegakkan sholat, menunaikan zakat, dan berpuasa di bulan Ramadhan. 

Dan orang-orang mereka yang menjauhi larangan Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Mereka adalah orang-orang Islam (muslim) yang akan masuk surga tanpa hisap dan tanpa azab.

Orang-orang yang Tidak Pernah Meminta untuk Diruqyah

Ada dalil pertama yang menyatakan tidak boleh meminta ruyqah seperti dalam hadits yang telah ma’ruf di tengah kita, ada 70.000 orang yang dijamin masuk surga tanpa hisab dan tanpa siksa. Sifat mereka adalah,

هُمْ الَّذِينَ لَا يَرْقُونَ وَلَا يَسْتَرْقُونَ وَلَا يَتَطَيَّرُونَ وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ

“Mereka adalah orang-orang yang tidak meruqyah, tidak meminta untuk diruqyah, tidak melakukan thiyaroh (beranggapan sial) dan hanya kepada Allah mereka bertawakal.”

[HR. Bukhari no. 5752 dan Muslim no. 220]

 

Orang-orang yang Sholat Akan Dijamin oleh Allah Masuk Surga

Selain itu juga ada orang-orang yang tidak pernah meninggalkan sholat 5 waktunya. Orang-orang yang selalu mengerjakan sholat dan tidak menyia-nyiakan sholat, mereka akan dijamin Allah masuk surga.

Dari ‘Ubadah bin ash-Shâmit Radhiyallahu’anhu, ia berkata,

“Aku mendengar Rasûlullâh Shallallahu‘alaihi wa sallam bersabda:

خَمْسُ صَلَوَاتٍ كَتَبَهُنَّ اللهُ عَلَى الْعِبَادِ ، مَنْ أَتَىٰ بِهِنَّ لَمْ يُضَيِّعْ مِنْهُنَّ شَيْئًا اسْتِخْفَافًا بِحَقِّهِنَّ ؛ كَانَ لَهُ عِنْدَ اللهِ عَهْدٌ أَنْ يُدْخِلَهُ الْـجَنَّـةَ ، وَمَنْ لَمْ يَأْتِ بِهِنَّ ، فَلَيْسَ لَهُ عِنْدَ اللهِ عَهْدٌ ، إِنْ شَاءَ عَذَّبَهُ ، وَإِنْ شَاءَ غَفَرَ لَهُ.

Lima shalat yang Allâh wajibkan atas hamba-Nya. Barangsiapa mengerjakannya dan tidak menyia-nyiakannya sedikit pun karena menganggap enteng, maka ia memiliki perjanjian dengan Allâh untuk memasukkan dia ke surga. Dan barangsiapa tidak mengerjakannya, maka dia tidak memiliki perjanjian dengan Allâh. Jika Allâh berkehendak, maka Dia mengadzabnya dan jika Dia berkehendak Dia mengampuninya. [HR. Imam Malik dalam dalam al-Muwaththa’, kitab: Shalâtil Lail, bab: al-Amru bil Witr (I/120, no. 14); Abdurrazzaq dalam Mushannaf-nya (no. 4575); Ahmad (V/315-316, 319, 322); Al-Humaidi (no. 388); Abu Dawud (no. 425, 1420);  An-Nasa-i (I/230); Ibnu Majah (no. 1401): Ad-Darimi (I/370); Ath-Thahawi dalam Syarh Musykilil Aatsaar (no. 3167 dan 3168); Al-Baihaqi (II/467); Ibnu Abi ‘Ashim dalam as-Sunnah (no. 967);  Al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah (no. 977), dan lainnya.]

Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

Sesungguhnya amal yang pertama kali dihisab pada seorang hamba pada hari kiamat adalah shalatnya. Maka, jika shalatnya baik, sungguh ia telah beruntung dan berhasil. Dan jika shalatnya rusak, sungguh ia telah gagal dan rugi. Jika berkurang sedikit dari shalat wajibnya, maka Allah Ta’ala berfirman, ‘Lihatlah apakah hamba-Ku memiliki shalat sunnah.’ Maka disempurnakanlah apa yang kurang dari shalat wajibnya. Kemudian begitu pula dengan seluruh amalnya.” (HR. Tirmidzi, ia mengatakan hadits tersebut hasan.) [HR. Tirmidzi, no. 413 dan An-Nasa’i, no. 466. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini shahih.]

[Baca Juga: Kekuatan Doa]

Umat Islam Masuk Surga dengan Singgah Dulu di Neraka untuk Dihisab dan Diadzab

Di antara orang-orang yang masuk neraka lebih dulu sebelum masuk surga, ialah mereka yang masih terikat dengan kalimat syahadat. Mereka yang masih beriman kepada Allah.

Akan tetapi dia masih berbuat maksiat dan melakukan perbuatan buruk yang mendatangkan dosa. Mereka melanggar perintah Allah dan masih mendekati apa yang dilarang Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Mereka itu orang-orang yang akan dihisab dan diadzab di neraka lebih dulu sebelum masuk surga dengan syarat mereka tidak musyrik, tidak munafik, tidak menyembah Tuhan selain Allah, dan tidak kafir. 

Allah Ta’ala berfirman,

وَالَّذِينَ كَفَرُوا بِئَايَاتِ اللهِ وَلِقَآئِهِ أُوْلَئِكَ يَئِسُوا مِن رَّحْمَتِي وَأُوْلَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ

“Dan orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Allah dan pertemuan dengan Dia, mereka putus asa dari rahmatKu, dan mereka itu mendapat adzab yang pedih”. [QS. Al Ankabut: 23].

Orang-orang seperti itu lah yang mereka akan masuk Surga setelah melewati hisab dan azab Allah di Neraka. Dalam rangka untuk menghapuskan dan membersihkan diri dari dosa-dosa yang pernah mereka perbuat.

Orang-orang yang Kekal di Neraka Jahanam

Adapun orang-orang yang kekal di neraka jahanam yaitu mereka yang kafir dan belum sempat taubat kepada Allah di akhir hayatnya.

Allah Azza wa Jalla berfirman,

إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِينَ فيِ نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَآ أُوْلَئِكَ هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِ

“Sesungguhnya orang-orang kafir, yakni ahli kitab dan orang-orang musyrik, (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk”. [Al Bayyinah:6]. 

Penutup

Berdasarkan uraian di atas, umat muslim, setiap umat Islam masuk surga. Ada umat muslim yang masuk surga secara langsung tanpa diadzab, ada juga umat muslim yang diadzab lebih dulu di neraka.

Mereka yang masuk surga secara langsung ialah yang beriman kepada Allah dan taat terhadap segala perintah-Nya.

Sedangkan mereka yang diadzab di neraka oleh Allah lebih dulu sebelum masuk surga ialah mereka yang masih beriman kepada Allah dan tidak kafir, namun masih mencuri-curi perbuatan dosa dengan melanggar perintah Allah.

Demikian artikel ini ditulis dari hasil review kajian 1 menit Ustadz Dr. Firanda Andirja, MA di Youtube dengan judul “Apakah Setiap Umat Islam Masuk Surga?” yang dipublikasikan pada 29 September 2019. 

Sekiranya mohon dimaafkan apabila ada kesalahan dalam penulisan atau hal lainnya, karena itu semata-mata hanya kekhilafan penulis. Semoga bermanfaat. Sekian dan terima kasih.

Referensi: