aqidah, hijrah, nasihat, salaf

Ustadz, Bolehkah Kita Berbai’at kepada Salafy?

Bai’at itu apa sih?

Bai’at, sebuah istilah yang tidak asing bagi umat Islam. Bai’at merupakan tindakan mengikatkan diri kepada seseorang, baik itu seorang pemimpin agama atau seorang ulama, dengan tujuan memperkuat ikatan keimanan dan pengabdian kepada Allah. Namun, dalam pemahamannya, bai’at memiliki dua aspek yang perlu kita pahami: yang syar’i (sesuai dengan ajaran Islam) dan yang bid’ah (inovasi agama).

Sebagai umat Islam, sangat penting bagi kita untuk memahami dan melaksanakan bai’at yang syar’i, yang sesuai dengan ajaran Islam yang otentik. Bai’at yang syar’i merupakan bai’at yang dilakukan berdasarkan landasan Al-Quran dan As-Sunnah, serta pengakuan dan penghormatan terhadap otoritas yang telah ditetapkan dalam Islam. Bai’at semacam ini adalah bentuk taat kepada Allah dan Rasul-Nya, serta menjaga keutuhan dan kesatuan umat.

Namun, di sisi lain, kita juga harus berhati-hati terhadap bai’at yang bid’ah. Bai’at yang bid’ah adalah bai’at yang tidak didasarkan pada Al-Quran dan As-Sunnah, melainkan merupakan inovasi dalam agama yang tidak memiliki dasar yang kuat. Hal ini dapat menyebabkan pemahaman dan amalan agama kita menyimpang dari ajaran yang sebenarnya.

Dalam menjaga keaslian dan keutuhan ajaran Islam, sangat penting bagi kita untuk mengacu pada referensi yang sahih dan terpercaya. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Barangsiapa yang melakukan amal perbuatan yang bukan dari urusan kami, maka amalannya tertolak” (HR. Muslim). Oleh karena itu, kita perlu selalu merujuk pada Al-Quran dan As-Sunnah, serta pemahaman para ulama yang berpegang teguh pada sumber-sumber tersebut.

Bai’at: Antara yang Syar’i dan yang Bid’ah

Dalam artikel di almanhaj.or.id yang berjudul “Bai’at: Antara yang Syar’i dan yang Bid’ah”, dijelaskan bahwa bai’at yang syar’i adalah bai’at yang dilakukan berdasarkan petunjuk yang jelas dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Rasulullah mengambil bai’at dari para sahabatnya dengan cara yang telah dijelaskan dalam hadis-hadis shahih. Bai’at semacam ini bertujuan untuk memperkuat ikatan keimanan, menjaga persatuan umat, dan mendapatkan bimbingan serta pengajaran dalam agama.

Namun, di sisi lain, artikel tersebut juga menjelaskan tentang bai’at yang bid’ah, yaitu bai’at yang dilakukan dengan cara-cara yang tidak diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan tidak memiliki landasan yang jelas dalam agama. Bai’at semacam ini dapat menimbulkan perpecahan dan perbedaan pendapat di antara umat yang menyebabkan keraguan dan ketidakpastian dalam memahami agama. Oleh karena itu, sangat penting bagi kita sebagai umat Islam untuk menjauhi bai’at yang bid’ah dan tetap berpegang teguh pada ajaran yang sahih dan otentik.

Dalam sejarah Islam, terdapat beberapa contoh bai’at yang syar’i yang dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan para sahabatnya. Salah satu contoh yang terkenal adalah Bai’at Ridwan. Bai’at Ridwan terjadi pada tahun 6 H di daerah Hudaibiyah, ketika Rasulullah dan para sahabatnya hendak melaksanakan Umrah, tetapi mereka dihalangi oleh musuh-musuh mereka. Pada saat itu, Rasulullah mengambil bai’at dari para sahabatnya dengan janji kesetiaan dan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya, serta keteguhan dalam menghadapi tantangan dan rintangan dalam menyebarkan agama Allah. Bai’at ini merupakan contoh bai’at yang syar’i karena dilakukan berdasarkan petunjuk Rasulullah dan bertujuan untuk memperkuat persatuan dan kesatuan umat Islam.

Hati-hati dengan bai’at yang Bid’ah

Namun, di samping bai’at yang syar’i, kita juga perlu berhati-hati terhadap bai’at yang bid’ah yang dapat mengarah pada pemahaman dan amalan yang salah. Sebagai umat Islam, kita tidak diperkenankan mengikuti atau melakukan bai’at yang tidak memiliki dasar dalam agama, baik itu dalam bentuk pengikutannya kepada individu yang mengaku sebagai pemimpin spiritual tanpa landasan agama yang kuat, atau dalam bentuk praktik-praktik yang tidak diajarkan dalam Al-Quran dan As-Sunnah.

Untuk memastikan bahwa bai’at yang kita lakukan adalah bai’at yang syar’i, kita perlu menjaga tiga hal penting. Pertama, kita harus memastikan bahwa bai’at tersebut dilakukan dengan niat yang ikhlas semata-mata karena Allah, dengan tujuan untuk memperkuat ikatan keimanan dan pengabdian kepada-Nya. Kedua, bai’at harus dilakukan dengan mengikuti tuntunan Al-Quran dan As-Sunnah, serta dalam bingkai otoritas yang diakui dalam Islam, seperti ulama yang memiliki ilmu dan pemahaman yang benar. Ketiga, kita harus senantiasa mengkaji dan merujuk pada sumber-sumber agama yang sahih, seperti kitab-kitab hadis yang terpercaya dan pemahaman para ulama yang terkemuka dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan bai’at.

Hubungan kita dengan Allah lebih utama

Dalam menjalankan bai’at, kita juga harus memahami bahwa hubungan kita dengan Allah lebih utama daripada hubungan kita dengan siapa pun di dunia ini. Bai’at bukanlah suatu ikatan yang menggantikan hubungan langsung kita dengan Allah, tetapi merupakan alat untuk memperkuat dan memperluas ikatan tersebut. Oleh karena itu, kita harus tetap menjaga ketaatan kita kepada Allah dan menjadikan bai’at sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada-Nya.

Dalam mengambil keputusan untuk melakukan bai’at, kita perlu berhati-hati dan tidak terburu-buru. Sebelum melakukan bai’at, penting bagi kita untuk melakukan penelitian dan kajian yang mendalam tentang pihak yang akan kita bai’at dan tujuan dari bai’at tersebut. Kita perlu memastikan bahwa pihak yang akan kita bai’at adalah orang yang memiliki pengetahuan yang luas tentang agama, berpegang teguh pada Al-Quran dan As-Sunnah, serta memiliki integritas dan keikhlasan dalam memimpin umat.

Selain itu, bai’at juga harus dilakukan dalam konteks yang benar dan sesuai dengan situasi dan kondisi saat ini. Setiap zaman dan tempat memiliki kekhususan dan tantangan yang berbeda. Oleh karena itu, kita harus memastikan bahwa bai’at yang kita lakukan relevan dengan kebutuhan dan tuntutan zaman, serta dapat membawa manfaat bagi umat dan masyarakat.

Jangan sampai kita terjebak dalam fanatisme terhadap suatu kelompok atau individu

Selain itu, penting juga bagi kita untuk tidak terjebak dalam fanatisme buta terhadap kelompok atau individu tertentu. Bai’at haruslah dilakukan dengan pemahaman yang luas dan memperhatikan kepentingan umum. Kita harus tetap berpegang pada prinsip-prinsip Islam yang mendorong persatuan, keadilan, dan kemaslahatan umat. Bai’at yang syar’i haruslah memperkuat hubungan dan solidaritas antara sesama muslim, bukan menjadi alat untuk memecah belah dan menciptakan perpecahan.

Dalam mengambil keputusan untuk melakukan bai’at, kita juga perlu memahami bahwa kesetiaan dan ketaatan kita sejatinya adalah kepada Allah dan Rasul-Nya. Bai’at hanyalah sebuah sarana untuk mengokohkan komitmen kita dalam beribadah dan berperilaku sesuai dengan ajaran Islam. Oleh karena itu, kita tidak boleh melebih-lebihkan kedudukan atau menganggap bai’at sebagai jaminan keselamatan mutlak. Kita tetap harus bergantung pada Allah dan mengabdikan diri kepada-Nya dengan tulus dan ikhlas.

Dalam mengakhiri artikel ini, marilah kita selalu berupaya untuk memahami dan melaksanakan bai’at yang syar’i dalam kehidupan kita sebagai umat Islam. Bai’at yang benar dan tepat akan memperkuat ikatan kita dengan Allah, memperkokoh persaudaraan di antara sesama muslim, serta membawa berkah dan rahmat dalam kehidupan kita. Kita perlu berpegang teguh pada Al-Quran dan As-Sunnah, serta mengambil petunjuk dari ulama yang memiliki pemahaman yang benar dalam melaksanakan bai’at. Dengan demikian, kita dapat memastikan bahwa bai’at kita adalah bai’at yang benar dan diridhai oleh Allah.

Ustadz, bolehkan Ana Berbaiat Kepada Salafy?

Pertanyaan mengenai boleh tidaknya ana berbai’at kepada Salafy adalah pertanyaan yang penting dan perlu mendapatkan pemahaman yang jelas. Dalam konteks ini, kita perlu merujuk kepada ajaran Islam yang benar dan panduan yang ditetapkan oleh Al-Quran dan As-Sunnah.

(Baca juga: Allah Tidak Pernah Salah Memilih Pundak Siapa yang Akan Diamanahi Ujian)

Sebelum menjawab pertanyaan ini, ada baiknya kita memahami terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan Salafy. Salafy merupakan istilah yang merujuk kepada mereka yang mengikuti manhaj salafusshalih, yaitu generasi pertama dari umat Islam, yaitu Sahabat Nabi, tabi’in, dan tabi’it tabi’in. Mereka adalah teladan yang luar biasa dalam keimanan, kecintaan kepada Allah, dan pengamalan ajaran Islam secara sempurna.

Mengenai pertanyaan antum, apakah antum boleh berbai’at kepada Salafy, jawabannya dapat ditemukan dalam Al-Quran dan As-Sunnah. Allah Azza wa Jalla berfirman dalam Al-Quran, Surah Al-Imran (3:101), yang artinya, “Dan adapun orang-orang yang beriman sesudah itu, yang menjalankan kebajikan, merekalah yang akan menerima rahmat Allah dan ampunan-Nya. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Dalam hadis Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Barangsiapa yang mengikuti manhaj Salaf, maka dia akan mendapatkan hidayah yang lurus.” (Diriwayatkan oleh Ibnu Majah)

Dari dalil-dalil ini, kita dapat menyimpulkan bahwa mengikuti manhaj Salafy adalah suatu kebaikan dan merupakan jalan yang diberkahi. Bai’at kepada Salafy bukanlah suatu bid’ah atau sesuatu yang dilarang dalam Islam. Justru, mengikuti ajaran Salafy akan membantu antum dalam memahami dan mengamalkan Islam dengan lebih baik.

Namun, dalam menjalankan bai’at kepada Salafy, antum harus memastikan bahwa Salafy yang antum pilih adalah orang-orang yang memahami Al-Quran dan As-Sunnah dengan baik, serta menjalankan Islam secara kaffah. Mereka harus memiliki ilmu yang benar dan mempraktikkan ajaran Islam secara tepat. Antum juga perlu memastikan bahwa bai’at tersebut dilakukan dengan ikhlas karena Allah semata, tanpa ikut-ikutan atau mengikuti tren semata.

Dalam hal ini, penting bagi antum untuk mendapatkan pemahaman yang benar tentang Salafy melalui studi Al-Quran dan As-Sunnah, serta mengambil ilmu dari ulama yang memiliki keahlian dalam memahami dan menjelaskan manhaj Salafy secara tepat. Dengan melakukan hal ini, antum akan mendapatkan manfaat yang besar dalam pengembangan keimanan dan pemahaman antum tentang Islam.

Sebagai penutup, bai’at kepada Salafy bukanlah sekadar trend atau mode sekadar pilihan yang diikuti tanpa pemahaman yang mendalam. Ia merupakan panggilan hati yang didasarkan pada pemahaman yang benar terhadap Al-Quran dan As-Sunnah. Dengan mengikuti manhaj Salafy, antum akan merasakan kedekatan dengan Allah, karena Salafy mengajarkan pemahaman yang murni dan mengamalkan ajaran Islam secara sempurna.

Selain itu, bai’at kepada Salafy juga membawa manfaat lain bagi antum. Antum akan memiliki pedoman yang jelas dalam menjalani kehidupan sehari-hari, karena Salafy mengajarkan prinsip-prinsip yang benar dalam beragama, bersosialisasi, dan menjalin hubungan dengan Allah dan sesama muslim. Antum akan memperoleh ketenangan jiwa, keteguhan iman, dan kebahagiaan yang hakiki.

Namun, penting bagi antum untuk menyadari bahwa bai’at kepada Salafy bukanlah satu-satunya cara untuk mencapai kesempurnaan dalam beragama. Ada berbagai manhaj dan kelompok-kelompok yang mengajarkan pemahaman Islam yang benar. Namun, dalam memilih untuk berbai’at, antum perlu melihat keaslian dan kebenaran ajaran yang diajarkan, serta integritas dan keahlian ulama yang mengajarkannya.

Apa itu Salafy?

Dalam hal ini, antum juga perlu memahami bahwa Salafy bukanlah sebuah organisasi formal dengan struktur hierarki dan kepemimpinan yang baku. Salafy lebih merupakan sebuah pemahaman dan prinsip dalam menjalankan Islam. Oleh karena itu, bai’at kepada Salafy lebih bersifat personal dan individual, yaitu antum sebagai individu yang memilih untuk mengikuti manhaj Salafy dalam menjalankan agama.

Namun, perlu diingat bahwa bai’at kepada Salafy tidak boleh menjadi penghalang bagi antum untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan umat Islam dari berbagai kelompok dan pemahaman. Islam mengajarkan persaudaraan, toleransi, dan saling menghormati di antara umat Muslim. Oleh karena itu, antum harus tetap terbuka untuk belajar dan berdiskusi dengan orang-orang yang memiliki pemahaman yang berbeda.

Dalam mengambil keputusan untuk berbai’at kepada Salafy, antum juga perlu berkonsultasi dengan ulama yang dipercaya dan memiliki pemahaman yang baik tentang manhaj Salafy. Mereka dapat memberikan nasehat dan bimbingan yang lebih mendalam sesuai dengan konteks antum.

Akhir kata, bai’at kepada Salafy adalah pilihan yang sah dan dianjurkan dalam Islam, asalkan antum memahami dengan baik ajaran yang diajarkan oleh Salafy, menjalankan Islam secara kaffah, dan tetap menjaga persaudaraan dan toleransi terhadap umat Muslim lainnya. Semoga antum mendapatkan hidayah dan keberkahan dalam menjalankan agama yang benar menurut manhaj Salafy.

Wallahu a’lam bish-shawab.

Sumber: almanhaj.or.id

Satu pemikiran pada “Ustadz, Bolehkah Kita Berbai’at kepada Salafy?”

Tinggalkan komentar