Ada saja musuh Islam yang berusaha menjatuhkan kemuliaan Rasulullah dengan cara memfitnah beliau dengan tuduhan Aisyah menikah di bawah umur.
Padahal Aisyah di usia yang masih muda sudah matang cara berpikirnya, juga cerdas dalam menghafal hadist.
Hadits ke-2 dalam Riyadhush Shalihin adalah sebuah hadits yang juga berbicara mengenai niat.
Hadits ini diriwayatkan oleh Ibunda kita, Aisyah radhiyallahu ‘anhaa.
Seorang shahabiyah, istri nabi, orang yang dicintai nabi, sosok yang cerdas, dan meriwayatkan paling banyak hadits dari suaminya, Rasulullah ﷺ.
Sebelum kita menikmati hadits tersebut, mari sejenak kita berkenalan dengan perawi hadits ini.
Aisyah radhiyallahu ‘anhaa.
Daftar Isi
Sosok Istimewa
Aisyah dinikahi oleh Nabi di Mekah. Dua tahun sebelum hijrah, di saat Aisyah berusia 6 tahun.
Kemudian mulai berumah tangga dengan Nabi ﷺ setelah hijrah di Madinah, di usianya 9 tahun.
Kemudian setelah itu hidup bersama Nabi ﷺ selama kurang lebih 9 tahun.
Di saat Nabi ﷺ wafat usianya baru mencapai 18 tahun.
Mungkin kita pernah mendengar perkataan: tua itu pasti, dewasa itu pilihan.
Pada kenyataannya ada yang seperti itu kondisinya, dalam usia belia tetapi memiliki kematangan berpikir yang sangat baik.
Sebagaimana Aisyah. Usianya sangat muda, tetapi ilmu, pemahaman, dan kematangan berpikirnya sangat baik.
Mewarisi Ilmu Sang Nabi
Ulama mencatat hadits yang diriwayatkan olehnya mencapai 2210 hadits.
Az Zuhri menyatakan, seandainya ilmu seluruh istri Nabi, dan ilmu para wanita, dibandingkan dengan ilmu Aisyah, maka ilmu Aisyah akan mengalahkan ilmu mereka semua.
Adakah Wanita Seperti Itu?
Coba kita melihat pada diri kita.
Bagi kita yang laki-laki dan berposisi sebagai suami.
Adakah di antara kita yang mendidik istri sedemikian bagusnya, sehingga menjadi penghafal hadits, perawi hadits, memiliki ilmu dan pemahaman yang bagus?
Bagi kita yang perempuan dan berposisi sebagai istri.
Adakah di antara kita yang memiliki semangat membara, ketaatan yang baik, serta kematangan dalam cara menyikapi masalah, sehingga tenang ketika menghadapi berbagai masalah kehidupan, khususnya di usia yang belia?
Jika kita bandingkan kondisi kita dengan Nabi dan Aisyah, maka betapa jauhnya kualitas kita sebagai suami yang harus mendidik istri sebaik mungkin.
Dan betapa jauhnya kualitas diri kita sebagai istri yang harus bersikap dengan tepat dalam menghadapi masalah.
Pedofilia?
Setelah kita memahami kondisi Aisyah, usianya, kematangannya, ilmu yang ada padanya, serta betapa jauhnya kualitas rumah tangga kita dengan rumah tangga yang disinari cahaya kenabian tersebut, akankah kita mengatakan bahwa Nabi mengidap pedofilia? Naudzubillah min dzalik.
Beranikah Anda menuduh bahwa Nabi hanya ingin mengeksploitasi keinginannya pada anak-anak? Khususnya dalam hal seksualitas?
Allahul musta’an.
Mereka yang mengatakan hal itu tentu tidak memahami bagaimana istimewanya Aisyah.
Hal itu mungkin karena mereka hanya melihat umumnya usia seorang perempuan untuk menikah.
Bahkan bisa jadi mereka lihat para wanita saat ini, anak-anak mereka, istri mereka, di usia semuda itu, yang menjadi fokusnya bukanlah ilmu, bukan kematangan, bukan kedewasaan.
Tetapi hanya melihat sisi sisi fisik dan hal-hal lain yang sering dieksploitasi oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab dan memiliki jiwa yang buruk.
Tenang Menghadapi Masalah
Jika memang beliau korban pedofilia –wal iyadzubillah, tentu perkembangan kepribadian, kedewasaan, psikologi nya akan terganggu, dan tidak akan melahirkan sosok yang sedemikian tenang ketika menghadapi masalah besar, dalam usia yang sangat muda.
Anda ingin tahu bagaimana bagusnya Aisyah di usia muda dalam menghadapi masalah besar?
Simaklah haditsul ifki, sebuah kisah dusta yang dituduhkan kepada beliau.
Kisah yang sangat terkenal dan banyak memberikan faedah dan pelajaran kehidupan.
Kisah yang sempat mengguncang rumah tangga Nabi ﷺ.
Namun berakhir dengan kebaikan dan pembersihan nama yang langsung turun dari langit melalui wahyu Rabbul ‘Alamin.
Meskipun kejadian itu begitu dahsyat, namun Aisyah berhasil menghadapinya dengan sikap yang tepat.
Beliau tidak mengumbar masalah, tidak pasang status untuk minta dikomentari, tidak mengeluh ke sana ke sini.
Bukankah itu sikap yang sering dilakukan para pemuda dan pemudi di masa ini ketika masalah menimpa mereka?
Menjadi Rujukan Shahabat
Para shahabat adalah orang-orang terbaik.
Terbaik dari sisi masa hidupnya, terbaik dari sisi kebersihan hatinya, dan terbaik dari sisi ilmu dan pemahamannya.
Ulamanya para ulama adalah mereka dari kalangan shahabat Nabi ﷺ.
Dan dengan kondisi demikian, apabila mereka mengalami kesulitan dalam permasalahan agama, mereka akan datang kepada Aisyah untuk meminta jawaban atas hal tersebut.
Yang Disucikan dari Langit ke Tujuh
Kejadian kisah dusta yang menimpa beliau, menjadikan para ulama menjuluki beliau dengan Shiddiqah binti Shiddiq, wanita yang suci dan disucikan.
Hal itu karena turun 10 ayat secara berurutan untuk mensucikan nama beliau.
Membersihkan namanya dari tuduhan keji lagi dusta.
Simaklah ayat-ayat ini dalam surah An Nuur 11-20
Dan ayat demi ayat tersebut akan senantiasa dibaca oleh kaum muslimin dalam tilawah mereka, shalat mereka, dan sejarah indah tentang keistimewaan sosok ini.
Aisyah Ummul Mukminin radhiyallahu ‘anha.
Wa shalallahu ‘alaa nabiyyinaa muhammad. Walhamdulillahi rabbil ‘alamin.
Baca juga artikel terkait: Aisyah Istri Rasulullah dan Biografi Istri-istri Nabi
Referensi
- Riyadhush Shalihin https://app.turath.io/book/2348
- Kajian Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri hafizahullahu ta’ala dalam serial Kajian Riyadhush Shalihin pada judul 15 – Kita Akan Dibangkitkan Sesuai Dengan Niat Kita https://on.soundcloud.com/kX1BH
- Al Manhaj, Haditsul Ifki https://almanhaj.or.id/4078-berita-dusta.html
- Muslimah.or.id, Keutamaan Aisyah https://muslimah.or.id/2833-kemuliaan-dan-keutamaan-aisyah.html
Keyword:
Aisyah, pedofilia, wanita terbaik, kisah dusta